Annyeong yeorobundeul, aku kembali membawa story yang aku janjikan kemarin.. oke baiklah aku tidak akan banyak cakap... Let's read it!!
__________________________*
Park Chanyeol, seorang mahasiswa tingkat 2 jurusan Farmasi di College of Science Kyung Hee University, namja jangkung dengan mata almond dan wajah tampan yang cenderung manis itu tengah serius menyelami beberapa tugas kampusnya, kedua alisnya bertemu kala ada soal-soal yang tidak ia mengerti, tangannya sesekali membetulkan letak kacamata baca yang betengger dihidung mancungnya. Chanyeol termasuk mahasiswa tauladan dimana ipk nya selalu diatas 3.5, kepribadian yang hangat namun sedikit menutup diri pada siapapun.
Tidak! Dia tidak anti sosial hanya saja terlalu pemalu dan terkadang memiliki rasa minder pada orang-orang disekitarnya. Malamnya selalu ia habiskan dengan belajar dan belajar, setelah makan malam usai, ia akan berkencan dengan buku-bukunya dikamar, tentu saja Ayah dan ibunya sangat paham dengan kebiasaan anaknya itu. Tuan dan Nyonya Park tidak akan mengetuk kamar atau mengganggu Chanyeol belajar jika sudah begitu.
Namun tanpa diketahui oleh kedua orang tuanya, kebiasaan Chanyeol yang lain adalah memperhatikan keadaan kamar tetangganya yang letaknya tepat besebrangan dengan jendela kamarnya. Meja belajarnya berada disamping kanan jendela kamarnya dengan posisi vertikal dimana jika Chanyeol duduk di kursi belajarnya dia dapat melihat jendela kaca dengan bingkai putih dan tirai biru laut dikiri tubuhnya. Kamar Chanyeol terletak dilantai dua rumahnya begitupun kamar tetangganya itu, hanya berjarak beberapa meter, meskipun rumah mereka terhalang pagar tembok tinggi namun itu tidak sampai menutupi bagian lantai atas rumahnya, jadi sangat jelas terlihat kegiatan apapun yang sedang terjadi di kamar tetangganya itu.
Tepatnya sejak dua belas tahun yang lalu jendela kamar itu kembali menyala, karena dua tahun sebelumnya selalu gelap gulita karena rumah itu hanya akan terang dibagian depan, rumah itu kini dihuni oleh keluarga yang berasal dari China, ayahnya seorang pebisnis besar asal China dan ibunya seorang designer asal korea, dan namja dengan garis rahang tegas yang tengah berbicara dengan seseorang diseberang ponselnya itu adalah putranya. Namanya Kris Wu, ia adalah kakak tingkatnya namun berbeda jurusan dengan Chanyeol. Kris mengambil Jurusan bisnis sesuai perintah orang tuanya, jelas karena dia adalah pewaris tunggal perusahaan sang ayah, tidak mungkin ayahnya memberikan tanggung jawab besar kepada anaknya jika sang anak tidak memiliki kemampuan yang mumpuni.
Sejak kedatangannya sebagai tetangga keluarga Park, hubungannya antar tetangga terjalin baik, itu karena Nyonya Park adalah wanita yang sangat ramah dan juga lemah lembut, jadi saat tau akan kedatangan tetangga baru ia dengan santunnya memberikan bingkisan selamat datang pada keluarga Wu. Saat itu Chanyeol masih berusia 8 tahun, masih segar dalam ingatannya bagaimana pertama kali ia bertemu dengan namja yang umurnya berada 2 tahun diatasnya.
Hingga kini Chanyeol dan Kris bersahabat, selama lebih dari saparuh usianya ia habiskan untuk bermain bersama sang sahabat sekaligus tetangganya itu. Bukan tidak mungkin jika mereka sangat mengenal kepribadian masing-masing, Chanyeol sangat mengenal Kris yang keras kepala dan gegabah, kepribadian Chanyeol yang tenang sangat melengkapi kehidupan Kris begitupun sebaliknya.
Matanya tak henti memperhatikan jendela disebrang sana, tangannya berkutat mempermainkan ballpoint. Sebenarnya dia sedang berfikir mengenai tugas-tugas kampusnya, atau pelajarannya yang sedang berusaha ia ingat mungkin beberapa materi yang disampaikan dosennya tidak tercatat olehnya. Namun kehadiran seseorang disana membuat otaknya tidak bekerja untuk soal-soal mata kuliahnya melainkan penuh dengan siluet namja yang tengah mondar mandir dengan ponsel ditelinganya sesekali tangan satunya mengusak kasar rambutnya, terlihat sangat frustasi, entahlah ini sudah pemandangan biasa bagi Chanyeol sejak beberapa minggu lalu, jadi ia tidak heran atau khawatir 'yahh itu kan memang pilihan hidupmu kan Tuan WU' pikirnya.