se concentrer - takut

11 1 0
                                    

Kringggg.....

Bel istirahat berbunyi tapi tidak dengan syira yang ingin segera pulang untuk menemui orangtuanya.

"Lo kenapa?" ucap ghira.

"Gw mau pulang. Gw mau daftar beasiswa. Gw juga mau belajar habis ini biar gw keterima". Ucapnya polos.

"Kenapa lo seniat itu si? Gw heran semua anak aja biasa kenapa lo ribut terus daritadi."

"Karena gw ingin buktiin kalo gw gak seperti yang mereka bayangkan. Gw bisa berubah. Gw mampu. Gw bisa jadi anak yang berguna. Gw juga ingin meringankan beban orang tua gw." Ucapannya dengan nada yang halus ya sepertinya dia nangis tapi dia tau situasi.

"Jangan bilang kalo lo anak yang gak berguna. Orangtua lo pasti sedih kalo denger omongan lo. Ya mungkin pendapat lo sama mereka beda. Dia sayang lo. Mungkin dengan orangtua lo kaya gini lo bisa mandiri." Kata ghira menguatkan syira.

"Ya gw tau itu. Tapi seengaknya mereka tau apa yang gw rasakan. Ya sedikit aja. Seharusnya mereka seperti orangtua lo yang ngertiin lo setiap saat. Ya selalu tanya sepulang sekolah lo. Dan selalu bisa disebelah lo. Mereka beda. Dengan kakak gw aja mereka bisa seperti itu. Tapi kenapa gw gak ngrasain itu semua." Syira mulai menangis.

Ghira memeluk syira yang sedang menangis. Dia tau perasaan temannya itu terlalu rapuh. Kadang juga syira sok kuat. Walaupun ghira teman yang belum terlalu akrab tapi mereka sudah menganggap seperti saudara.

****
23 April 2021

Syira mengingkari tanggalan dirumahnya. Sebagai tanda jika dia benar benar lupa. Tanggal ulangtahunya aja dia lupa. Mungkin efek kalo dia pemalas kali ya.

Pukul 09.00

Dia sedang menunggu papi dan maminya pulang kantor. Dia duduk di sofa ditemani laptop dan makanan ringan yang tidak selalu tertinggal. Dia bosen dengan menunggu. Dia tidak suka menunggu. Apalagi menunggu yang tidak pasti. Ah bucinn. Tapi kalo gak bucin gak normal ya kan. Dia mendengar suara mobil milik papinya. Dia langsung berdiri dan menemuinya.

"Assalamualaikum papi mami".

"Waalaikumsalam syira".

"Papi, syira boleh gak ikut bidikmisi di SMA BHAKTI?". Nadanya dengan penuh arti.

"Kalo papi boleh aja. Coba syira tanya mami". Ucap ayahnya sambil meyakinkan maminya.

"Mami, syira boleh gak ikut?". Dengan nada memelas.

"Mami bolehin kamu ikut. Asal kamu harus diterima. Dan kamu harus lebih semagat belajar". Ucapanya penuh penegasan.

"Terimakasih mami papi syira sayang kalian." Sambil mencium pipi mereka.

Tapi syira sedih kata dengan penekanan 'HARUS DITERIMA' 'HARUS BELAJAR'. Syira sudah membayangkan betapa takutnya dia tidak bisa memenuhinya. Tapi dia harus mampu agar dapat dipercaya lagi dengan maminya. Dia harus belajar giat. Gak malas malasan lagi. Dengan tekad yang kuat syira melakukannya dengan ikhlas. Dan harus tulus.

"Syira gak boleh nyerah. Syira harus bisa. Syira harus berani. Gak boleh boleh takut dan putus asa". Dia meyemangati diriya sok kuat.

Semenjak abangnya kualiah dia tidak bisa curhat lagi. Yang dulunya sering dia ajak berantem, ngajarin tugas sekolah itupun kalo lagi akur. Syira kangen momen itu. Sekarang dia hanya bisa curhat lewat diary miliknya. Yang dia punya sejak kelas 7 SMP. Walaupun hanya dengan tulisan dia memiliki kenyamanan. Hanya orang terpercaya yang dia beritahu tentang dairynya itu. Orangtuanya pun tidak tau. Dulu maminya ingin membaca tapu selalu di rebut syira. Syira tidak mau maminya ikut sedih. Syira tidak enak kalo dirinya menjadi beban maminya.

#monmaapkalogaknyambung
#gwjugalagibelajar
#janganbosenbacayaaaa
#yataukalogaring

Akan aku lanjutin semoga suka....

SeconcentrerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang