Pertemuan Tak Terduga

70 7 2
                                    

NOTED : Alur, waktu dan tempat hanya rekayasa semata.


5 Oktober diperingati dengan HUT TNI dan hari ini untuk pertama kalinya aku mengikuti upacara peringatan tersebut. Memakai baju PDU khas TNI AU berwarna biru donker, sepatu pantofel hitam mengkilat yang baru kusemir tadi subuh dan rambut pendek rapi yang kucatok. Seluruh prajurit TNI berkumpul untuk mengikuti upacara yang setiap tahun diadakan untuk mengingat peristiwa penting bagi seluruh anggota TNI dari berbagai matra dan kesatuan. Aku pergi dengan rombongan yang sudah bersiap-siap untuk menuju lokasi, selama beberapa minggu yang lalu kami dan anggota TNI yang lain latihan upacara agar acara berlangsung sukses dan khidmat. Perasaan senang, deg-degan dan bangga bercampur aduk. Semoga sukses upacaranya ya Tuhan.

"Yok nanti telat." Ajak Mamace aka Maria mengajakku menuju mobil yang sudah disiapkan

"Yok ahh, aku lagi semangat." ajakku senyum penuh semangat

Rombongan kamipun tiba di lokasi upacara, sudah banyak dari anggota TNI yang sudah datang. Berbagai jenis alutsista juga sudah terpajang rapi untuk diperlihatkan kepada masyarakat umum bahwasanya negara ini aman karena peralatan canggih dan anggota militer yang berkompeten dan terlatih baik untuk menjaga NKRI ini dengan aman. Terlihat banyak masyarakat datang untuk melihat acara yang berlangsung terbuka untuk umum meskipun tetap dijaga aman oleh beberapa petugas yang dikhususkan untuk mengamankan para tamu penting dari berbagai kalangan. Ditengah-tengah kerumunan para TNI aku melihat ada rombongan baret merah pasukan KOPASSUS. Terlintas dibenakku mas Widi melihat rombongan itu. Takut jika nanti aku bertemu dengannya.

"Kekar-kekar rek badan mas-mas baret merah. Merinding aku." tukas Ajeng yang mengejutkanku

"Eleh paling juga senang liat begituan. Ingat seragammu."

"Ah bosan. Itu si Rahmat dan kawan-kawan juga gede badannya. Bosan liatnya, besok aku cari sipil aja."

"Huuu diajak malam minggu sama Sertu Adi aja, koe langsung iya, piye?"

Ajeng cuman nyengir dengar omonganku. Yah maklum, kini ia tengah dekat dengan senior kami. Entah pake pelet apa itu si senior bisa menaklukan hati Ajeng. Kata Ajeng ia rajin sholat dan taat beragama. Alhamdulillah kalo emang benar mencintai karena Allah. Aku cuman bisa mendoakan mereka agar bersatu dalam ikatan suci.

"Nis? Temani aku cari teman lama ku yok dirombongan baret merah itu, manatau elu nemu dia kan?" Ajak Indah yang entah darimana tiba-tiba nongol

"Apasih, engga ah. Pergi dhewe' gih. Entar lagi mau baris."Tolakku malas

"Ih emanglah, bentar aja." Indah menarik tangan ku dengan paksa diikuti Ajeng yang kebingungan

Indah sibuk mencari yang katanya teman lama. Teman SMP nya yang terpisah akibat ikut sang ayah bertugas ke Kalimantan dan terpisah sampai saat ini. Dan akhirnya ia menemukan teman lamanya, laki-laki berseragam loreng dengan baret merah kebanggaan siapapun yang memakainya. Perawakan tinggi, kulit gelap karena sering latihan dibawah terik matahari, berhidung mancung. Cukup tampan kupikir. Indah tampak senang. Aku dan Ajeng bagai nyamuk bagi mereka, bukannya dikenalin malah dicuekin. Dasar.

"Sopo iku? Mantannya?" Tanya Ajeng

"Teman lamanya." 

Ajeng mengangguk paham. Tiba-tiba dari arah belakang ada yang menabrak diriku. Aku spontan menoleh.

"Maaf." terlihat laki-laki dengan seragam loreng dan sekilas melihat ia berpangkat Kapten, dan sempat melirik nametag beliau yang bernama Widi Mahardika. Aku terbelalak kaget dan buru-buru menutupi wajahku. Aku yakin itu beliau. Jantung berdegup kencang takut kalo ia mengenalku.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 15, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

KOWARAWhere stories live. Discover now