Kris membanting iPhone X-nya dengan kasar. Matanya terlihat berkilat marah dan tangannya sudah mengepal di atas meja. Mulutnya mulai merapalkan jutaan kata yang tak patut di keluarkan oleh seorang CEO terkenal di Beijing. Tubuh tinggi itu bangkit dari kursi kebesarannya. Memakai kembali jas yang berada di gantungan itu dengan cepat. Mengambil smartphone yang tadi ia banting di atas meja juga tak lupa kunci mobilnya. Dengan segera Kris keluar dari ruangannya. Memasuki lift yang akan mengantarkan dirinya menuju basement tempat mobilnya berada. Setelah sampainya Kris disana tanpa banyak membuang waktu kembali, pria tinggi itu mengendarai audi hitamnya keluar dari gedung perusahaan. Mengemudikan mobilnya menuju tempat yang sudah ia hafal luar biasa di otak pintarnya.
'Sialan..'
Hanya karena bocahitu, aku—
Sesampainya Kris ke tempat yang ia tuju langsung saja pria itu memasuki bar mewah yang terkenal di Beijing. Suasana bising langsung menyapa gendang telinga Kris saat dia sudah berada di dalamnya. Matanya mengedar mencari bocah nakal yang terang-terangan mengabaikan perintahnya untuk tidak kembali masuk ke dunia malam seperti ini.
Tak butuh lama Kris bisa menemukan sosok yang dicarinya. Bocah itu–Tao sedang minum berdua dengan wanita yang bisa Kris terka jika umurnya jauh lebih tua dari bocah itu. Bercanda ria seperti kekasih yang sedang kasamaran juga saling menggoda dengan melakukan skinshipsatu sama lain sudah membuat Kris yang melihatnya jengah. Tanpa basa-basi lagi dengan segera ia melangkah cepat untuk mendekati bocah nakal yang ada di depannya. Kris bahkan sampai mengabaikan bagaimana banyak pasang mata yang sedari tadi menatapnya dengan penuh minat. Pria tinggi itu sudah tak memperdulikan keadaan sekitarnya karena yang menjadi atensi utamanya adalah bagaimana caranya membawa Tao pergi dari sini dan memberikan sebuah hukumun untuk bocah itu agar tidak kembali melanggar aturannya.
Ohh memikirkan itu, otak pintar Kris sudah mulai merencanakan sesuatu hal yang terdengar fantastis untuk dijadikan sebuah hukuman.
Kris mencegah tangan itu saat Tao kembali ingin meminum cairan berwarna kuning tersebut. Aksinya tentu membuat Tao yang awalnya ingin marah harus kembali ia telan karena melihat siapa sosok yang telah mengganggunya.
"K-Kris.." ucapnya terbata-bata. Tao mencoba melepaskan cengkraman tangan dari Kris dengan susah payah.
"Lepas, Kris"
"Tidak, ayo ikut aku" Kris menarik Tao pergi dari tempat ini. Ia sudah tidak peduli dengan rontaan dari Tao dan teriakan dari wanita yang terus memanggil mereka berdua. Juga sorotan mata yang mengarah kepada Kris dan Tao di setiap langkah mereka.
—harussampaiterlihatseperti orang tua yang mencarianaknya, juga...
Brak..
Kris membanting pintu rumahnya dengan kasar. Ia tidak mengahawatirkan jika nantinya pintu itu rusak. Semua itu akan menjadi urusan pelayannya karena yang menjadi urusannya saat ini hanyalah bocah yang sedang ia seret ke kamar penuh dengan figur panda ini.
"Kris.."
Tao mengeluarkan puppy eyes andalannya mencoba untuk meluluhkan hati pria di depannya.
"Sudah berapa kali ku bilang padamu untuk tidak bermain di tempat laknat itu" Kris berteriak marah di depan Tao membuat pemuda itu menunduk dalam. Tanggannya meremas celana jeansnya sendiri karena saking takutnya Tao mendengar suara amarah Kris.
"Maaf.."
"Kris.. Maaf. Aku minta maaf"
Suara lirih itu sedikit banyak membuat Kris entah mengapa merasa iba kepada pemuda yang sekarang menunduk dengan dalam disana. Kris berlutut di depan Tao yang sedang duduk di tepi ranjangnya. Memegang dagu runcing itu, mengangkatnya agar Kris bisa melihat wajah Tao yang kini sudah mulai di hiasi dengan lelehan air mata.
Kris membersihkan pipi itu dari bekas air mata yang jatuh sebelum menarik tubuh Tao ke dalam pelukannya. Mendekap erat dan tak lupa tangannya mengelus lembut punggung sang pemuda agar kembali tenang.
"Jangan menangis.."
"Kumohon, jangan menangis lagi. Aku tidak akan memarahimu lagi jika kau berjanji tidak akan mengulangi hal ini lagi, kau mengerti?"
"Aku hiksmengerti, Kris"
Kris tersenyum mendengar jawaban dari Tao. Ia semakin mendekap erat tubuh Tao seolah tak ingin pemuda ini jauh-jauh darinya. Juga tangannya yang masih setia mengelus punggung itu dengan penuh perhatian. Terus seperti itu sampai ia tak sadar jika pemuda yang saat ini ia dekap sudah tersenyum dengan seribu makna yang terkandung di dalamnya.
Juga.. Aku yang selalululuhhanya karena melihatnyasedih. Yang selalumerasasakitsaatdiamenangisdidepanku. Yang harusbertindakekstrimhanyainginmelihatsenyumanindahnya.