12. Peka

7.5K 614 31
                                    

Nancy beranjak mengikuti langkah kaki Sam hingga melihat pemandangan di mana pria itu dipeluk oleh seorang perempuan yang seingat Nancy adalah perempuan yang datang tadi siang.

Apa-apaan itu!

Eh, maksudnya siapa sebenarnya perempuan itu hingga berani memeluk Sam. Padahal yang Nancy tahu, Sam tidak menginginkan kehadirannya bahkan sejak ia muncul dihadapan matanya siang tadi.

Dugaan Nancy nyata benar kala ia melihat Sam yang tampak tidak nyaman dan berusaha untuk melepaskan pelukan secara paksa itu. Sam lantas melepaskan tangan si perempuan yang melingkar dipinggangnya dengan segera dan melepasnya dengan sedikit kasar hingga perempuan itu terperangah.

Nancy yang kini tengah berdiri di belakang Sam, ia hanya mampu menonton kedua orang tersebut dengan perasaan... biasa saja. Ya, lagipula untuk apa Nancy cemburu? Ia bahkan tidak menyukai Sam sama sekali.

"Hentikan kelakuan bodohmu!" Ketus Sam.

"Kenapa? Apa aku salah? Aku bahkan hanya memelukmu Sam dan menunggumu sejak siang! Aku yakin jika kau pun menyukai pelukan itu."

Sam tertawa merendah mendengar penuturan perempuan yang rupanya belum berubah sedikit pun dan masih saja merasa percaya diri.

Terlalu percaya diri dan tidak punya rasa malu rupanya beda tipis, pikir Sam, mendengus geli menyimpulkan hal itu.

"Kau bahkan tidak mempunyai rasa malu." Sam kembali melontarkan kata-kata pedasnya.

"Cukup Sam, aku bahkan tahu jika kau merasa senang akan kedatanganku meski kau menyembunyikan dan berpura-pura akan hal itu." Perempuan itu lantas melangkah maju mendekati Sam untuk kembali memeluknya. Namun, Sam menepisnya dengan cepat.

"Diam!" bentak Sam yang kini amarahnya kian memuncak membuat kedua gadis yang berada di ruangan itu terperanjat kaget. "Kau bahkan tidak tahu apapun mengenai hidupku atau bahkan apa yang aku rasakan."

Nancy yang tidak mau tinggal diam, ia mendekati atasannya itu lalu memegang tangannya dan mengusap punggung Sam yang tampak sudah tersulut emosi.

Sam menoleh merasakan perlakuan lembut itu dan menatap Nancy yang mencoba berbicara lewat tatapan matanya agar Sam sedikit tenang.

"Oh! Apa karena gadis ini, hah?" tanya perempuan bernama Lexi, membuat Sam dan Nancy memusatkan fokusnya.

Nancy tersentak kaget karena tangannya ditarik secara paksa oleh Lexi dan satu tamparan telak mengenai pipinya.

"Dasar jalang! Apa kau tidak tahu jika Sam hanya mencintaiku?"

Nancy mendongak masih dengan tangan yang refleks memegangi pipinya yang terasa panas. Damn it! Apa ini yang dinamakan karma karena ia mendaratkan tamparan dengan tidak sengaja ke pipi Sam sebelumnya?

Ya ampun... ternyata rasa perih. Dasar nenek lampir! batin Nancy seraya mengusap pipinya yang malang.

"Bisa kau katakan sekali lagi?! Sam mencintaimu?" Nancy tertawa sarkas, betapa pedenya manusia satu ini? "Dia bahkan dengan jelas menolak kehadiranmu. Apa tidak cukup atau kau tidak mendengar jika dia menginginkan kau segera pergi dari sini?"

Lexi mentap nyalang ke arah Nancy merasa kesal akan ucapannya yang tepat menusuk palung hati. "Dasar wanita ja--,"

"Cukup!" sanggah Sam menengahi kedua gadis yang tengah beradu mulut itu. Ia menatap lexi lalu berbicara, "Kau mau tahu apa yang aku rasakan bukan?"

Lexi menautkan alis, bingung akan kata-kata Sam. Ia hanya berharap Sam mengatakan sesuatu sesuai ekspetasinya. Namun, ia terperangah kala melihat pria itu menarik Nancy ke dalam pelukannya lalu menciumnya tepat di depan mata. Air matapun mengalir tidak terbantahkan menuruni kedua pipi lembutnya. Ia melihat jika Sam sangat begitu berhati-hati mencium gadis dihadapannya.

Sweet Psycho ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang