3 - Gwaenchanayo?

7 4 1
                                    

🎵Cold Cherry - Growing Pain 2🎵

Tercenung di depan pintu masuk kelas adalah aktivitas yang sedang Minna lakoni di siang bolong ini. Jalinan otaknya yang simple namun kreatif itu masih tak bisa sepenuhnya melahap materi kuliah yang baru saja ia terima.

"Na? Geser elah. Orang mau lewat ini." Salah seorang mahasiswa menggerutu dengan tindakan Minna yang memblokir jalan.

Minna menatap dalam ke arah lelaki yang dikenalnya paling cakap dan aktif di kelas itu. Dengan pandangan kosong dan lagak seperti zombie kehilangan jati diri, Minna merengek kaku. "Luuuu ..."

"Serem ah, Na. Jangan gitu elah." Lelaki itu meringis sambil menghalau tangan-tangan Minna yang gerayangan di depan mukanya.

Minna menghentikan aksi zombie-nya. Ia segera mengubah rautnya jadi merengut. "Luis!" Lalu Minna mulai merengek. "Blank. Haaaaa ..." Sebuah rengekan panjang.

Luis menanggapi dengan malas rengekan menyedihkan Minna. Ia mengetuk-ngetuk kepala Minna sebanyak tiga kali. Hal yang teramat biasa ia lakukan tiap kali gadis itu sudah menunjukkan gejala zombie yang menandakan bahwa gadis itu terkena mabuk kuliah. "Masih blank?" tanyanya sesaat setelah mengetuk-ngetuk kepala Minna dengan buku jarinya.

Minna asal mengangguk-angguk seraya mengatur-atur poni. "Luuu ... Pak Deddy emang sedahsyat itu ya, kalo ngajar?" Hidung mungil Minna berkerut jengkel. Sekali lagi, Luis mengetuk sisi kepala Minna. Kali ini keras.

"Aduw!" Minna merintih.

"Baru tau atau pura-pura baru tau, sih?" sahut Luis dengan tawa berderai sesudahnya.

"Mollayo." Minna bergerak menjauhi Luis dengan tubuh lesu yang didramatisir.

Luis mendengkus geli memandangi kelakuan Minna. Merasa tak ada yang berubah dari gadis itu sejak mereka saling berjabat tangan untuk kali pertama di masa pengenalan mahasiswa baru. Tetap sama.

🍄🍄🍄

Minna mengetik sebaris pesan atau lebih tepatnya sebaris keluhan ke kontak bundanya.

Aku tuh gak suka matematika, Bun. :(

Suka iri sama Luis. Dia pinter dan aktif banget kalo di kelas. 😥

Aku gak sepinter Luis. Tapi cukup cantik 'kan Bun, buat jadi pacarnya Baekhyun? 🙄

Kadang-kadang suka mikir, pengen pindah jurusan aja deh, Bun. 😥

Tapi aku selalu punya alasan untuk bertahan. Bunda misalnya. 😶

Minna menyimpan kembali ponselnya di saku jogger putih yang ia pakai hari ini. Seterbuka itu pada Bunda membuatnya tak punya rasa sungkan mengungkapkan segala keluh kesah yang ia rasakan. Besar atau kecil, sampaikan.

Sambil menyusuri koridor demi menuju kantin Fisip, Minna terus-menerus meraba ponsel di dalam sakunya. Balasan dari Bunda adalah apa yang diharapkannya saat ini. Setidaknya, ia butuh pasokan motivasi jarak jauh dari Bunda untuk menyemangati harinya yang 'lunglai' setelah tadi dipaksa melahap Matematika Bisnis yang disuguhkan Pak Deddy.

Bermenit-menit menunggu sambil dipaksakan berjalan, tapi tak juga ada balasan WA dari BundAeri ♡. Minna menggerutu samar. Biasanya, keluhannya akan dibalas Bunda segera dengan dering telepon atau berbait-bait voice note. Ah, Bunda kali ini mengabaikan pesannya lama sekali. Apa beliau sedang mengajar?

Baiklah, tak ada celotehan Bunda, celotehan Baekhyun dan kawan-kawan pun jadi. Maka, Minna segera inisiatif mengambil earphone dari tas punggung kecilnya yang hitam pekat. Dengan tangkas, jemarinya menyambungkan ujung earphone ke hape. Nada-nada EXO memberinya energi.

Composition of Life (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang