1 • Zinda

200 40 16
                                    

Pukul empat sore tepat,
Taman kota tampak ramai, terlihat banyak orang bersendau gurau dengan tawa. Sepertinya disana ada seorang gadis, dengan bahagianya bisa mengunjungi taman sore itu. Ia ketaman untuk sekedar menghilangkam suntuk dan bosannya. Melihat keramaian baginya seperti hiburan sendiri baginya.

Dan, Ya! Dia Zinda Alkina. Gadis yang biasa di panggil Zinda.

Brakkkk

"Astaga" kejut Zinda

Zinda terkejut melihat suasana taman yang ramai menjadi tegang, semua orang tampak terkejut. Luna mencari sumber suara tersebut

Ternyata ada seorang wanita tertabrak sore itu. Zinda langsung mendekatinya, sepertinya korban tabrak lari

"Astaga" kejut Zinda sembari menutup mulutnya tak menyangka, melihat wanita paruh baya dengan luka cukup parah

Zinda tak tega melihatnya, ia segera mencari taksi

"Ibu tunggu disini ya, jangan kemana-mana" perintah Zinda kepada wanita setengah sadar itu

Tak sengaja, kalung Zinda jatuh di sekitar wanita itu, ya kalung kesayangannya itu, kalung dengan liontin bulan sabit, pemberian almarhum Papahnya. Lalu dengan sigap wanita itu mengambilnya, dan menggegam kalung Zinda

Zinda bingung, dan sibuk mencari taksi untuk membawa wanita itu. Beberapa menit kemudian ia berhasil menemukannya

"Taksi pak" ujar Zinda sembari melambaikan tangannya

"Pak, kesana ya. Ikut saya" ucap Zinda

Zinda dengan cepat memasuki taksi. Tak seberapa lama kemudian, ia sampai ditempat wanita tadi, ternyata sudah banyak orang yang mengkrubunginya. Zinda dengan cepat turun

"Pak, tolong bawa ibu ini ke taksi itu ya" ucap Zinda meminta tolong

-oOo-

Tak seberapa lama kemudian, Zinda sampai di Rumah Sakit terdekat. Ia turun dari mobil dan langsung mencari sebuah ruangan UGD untuk ibu yang ia temui tadi. Zinda sibuk mencari perawat untuk membawa perempuan paruh baya itu.

"Perawatt!" teriak Zinda

Entah apa yang dipikirkan gadis itu, gadis bak seorang malaikat yang jatuh kebumi menenggelamkan semua pandangan kepadanya.

Beberapa menit kemudian, perawat datang dan menuju ruang UGD.

"Pak." seru Zinda sembari menepuk pundak supir taksi yang berjalan didepannya

"Iya, neng?"

"Berapa pak?"

"Terserah neng aja"

"Kok terserah saya pak? Bapak ini lucu deh, kan saya tadi naik taksi bapak." ucap Zinda dengan tersenyum dengan tawa, satu kata yang dapat menggambarkan 'manis'

"Hehe gapapa neng, neng baik banget cantik lagi" tutur supir taksi tersebut

"Nggak lah pak. Kita sesama manusia harus saling tolong menolong, kata almarhum Papah saya, hehe" jawab Zinda

"Jadi, berapa pak?"

"Nggak usah neng" tutur supir taksi sembari melambaikan tangannya menandakan tidak mau menerima uang dari Zinda

SEMESTA | DKSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang