one

303K 3.2K 71
                                    


Dan di sinilah aku terjebak, di kehidupan yang tidak pernah aku inginkan. Keluarga hancur yang tetap mempertahankan kehidupan mewah meskipun telah jatuh miskin. Dengan mata nanar aku mendang ke arah ayahku.

"Tapi Pap,"

"Tidak ada tapi-tapian Cinta, keputusan Ayah sudah bulat." Kualihkan pandanganku ke Kak Citra. Dia memalingkan wajahnya. Hampir semua anggota keluargaku tak berkutik bahkan untuk membelaku. Mereka lebih memilih untuk menikmati hidup mewah dan mengorbankanku. Disebelahku, Mariana sibuk bercermin. Mariana menikah dengan ayah dua tahun lalu. Saat ini kami sedang berkumpul di ruang keluarga untuk membahas nasibku.

"Aku tidak menyangka kalian setega ini padaku. Menjualku kepada kakek-kakek tua pedofil? Apa yang ada di otak kalian?"

"Jaga cara bicaramu Cinta!" tegur Kak Citra.

"Untuk apa aku menaruh hormat pada kalian semua sedangkan tidak satu orangpun yang mau untuk setidaknya berpikiran logis!"

"We have no choice Love." terang Mariana.

"There's always have a choice mariana, and don't call me Love. I hate it."

"Sudahlah Cinta, jangan bertingkah dramatik seperti itu. Toh ini semua juga demi keluargamu dan dirimu sendiri. Kau bisa hidup bahagia dengan hartanya yang melimpah itu." Aku menatap garang ke arah kak Citra.

"Maaf, tapi aku tidak sama seperti kalian yang tega menjual anggota keluarganya untuk membayar hutang! Hutang yang dipakai buat apa hah?" semburku marah dengan mata yang berkaca-kaca. Suaraku bergetar, "berjudi? narkoba? dan membawa lebih banyak pelacur masuk ke keluarga ini?"

Plak!

"Jaga mulutmu anak kurang ajar! Bisa-bisanya kau berkata seperti itu tentangku. Jangan berpura-pura kalau sebenarnya kau tidak menyinggungku dan Marina."

Air mataku akhirnya menetes. Baik, jika itu yang mereka inginkan. Dari cermin yang di tempatkan di seberang ruangan aku melihat bekas tamparan ayah di pipiku mulai memerah.

"Aku cabut dulu, tidak tahan melihat kalian semua" ujar Kak Citra. Dia meninggalkan rumah dengan terburu-buru. Tidak perlu menjadi seorang ahli untuk mengetahui apa yang akan dilakukannya satu jam ke depan. Narkoba dan seks. Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan dengan keluargaku ini. Andai saja Ibu masih hidup.

"Jika itu membuat kalian senang dan membawaku pergi dari keluarga ini, aku akan melakukannya." Senyum Mariana mengembang dan dia mulai menyalakan rokoknya.

"Itu sudah kewajibanmu, jangan bertingkah seolah kau adalah korbannya Cinta." kata ayah dingin. Mereka kemudian meninggalkan ruang keluarga bersama. Meninggalkan aku yang memang sudah terbiasa hidup sendiri di rumah megah ini. Rumah yang seharusnya tidak lagi menjadi milik kami karena hutang judi ayah yang membengkak. Rumah yang seharusnya tidak lagi menjadi milik kami karena Kak Citra. Bahkan sejak dua tahun terakhir aku harus mengurus rumah disamping pekerjaan kantor karena sudah tidak mampu membayar pembantu. Dengan langkah gontai aku menuju ke kamarku. Terlalu lelah untuk berpikir apa yang akan terjadi ketika aku menikahi kakek tua itu.

***

"Jadi kamu bakalan nikah sama kakek-kakek Cin?" tanya Josh. Aku mengangguk lemah.

"Keluargamu kejam, dan sahabat macam apa aku karena tidak dapat membantumu."

"Sudah Josh, aku sudah 25 tahun. Aku yakin kuat menghadapi cobaan ini." Josh mendengus sinis.

"Kau bahkan merona ketika digoda Pak Khelvin tempo hari. Apa yang akan terjadi ketika kau harus berhubugan seks dengan seorang kakek-kakek Cinta?" Aku membelalak mendengar pertanyaan vurgar dari Josh.

Love and Drew (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang