two

141K 2.7K 21
                                    

"Maaf Clarice, Andrew memang suka terlambat."

"Tidak apa-apa Tuan."

"Panggil saja aku kakek."

"Baik Kek."

Saat ini aku sedang duduk di ruang makan keluarga Mahardian. Ruangan ini di-design minimalis dan modern. Waktu telah menunjukkan pukul delapan malam tetapi Andrew belum juga bergabung bersama kami.

Aku memandang
Aris. Dia tampak menawan malam ini. Tiba-tiba Aris memandang ke arahku dan tersenyum. Tertangkap basah sedang memandangnya membuatku menjadi malu dan gugup.

Terdengar suara sedikit gaduh dari arah luar rumah.

"Akhirnya dia datang juga." kata Kakek pelan. Aku menghela napas gugup. Ini pertama kali nya aku akan bertatap muka dengan calon suamiku. Calon suami yg tidak pernah aku inginkan.

Sesosok pria tinggi dan tegap datang menghampiri kakek. Aku belum dapat melihat wajahnya yang membelakangiku.

"Apa kabar Kek?" T
tanyanya dengan suara barito yang anehnya tidak terdengar asing di telingaku.

"Cukup baik dan akan lebih baik jika kau segera menikah dan memberiku cucu." Pria itu terkekeh dan mengambil tempat di depanku. Saat itulah aku terkejut. Wajah itu, wajah yang sama yang kulihat di kantor Pak Khelvin. Ekspresi terkejut sepintas juga terlihat di wajahnya tetapi kemudian kembali datar dan dingin.

"Clarice, ini cucuku Andrew." Aku menangguk hormat kepada Andrew dan dia balas dengan senyum.

"Maaf membuat kalian menunggu, ada beberapa hal yang harus aku urus sebelumnya." Dengan senyum sopan yang tidak sampai ke mata, Andrew memandang Aris.

"Bagaimana kabarmu Aris?" tanyanya.

"Baik Tuan Andrew." jawab Aris singkat. Ada sedikit ketegangan yang muncul dari interaksi keduanya. Pasti sudah terjadi sesuatu di masa lalu.

"Drew, Kakek ingin kau menikah dengan Clarice." Suasana malam ini sebenarnya sedikit menegangkan. Hanya saja Andrew tampak santai menyantap makan malamnya. Dia bahkan tidak terlihat terkejut sama sekali.

"Baik." jawabnya, kemudian mengangkat wajahnya dan menatapku tajam. Entah apa yang merasukiku malam ini, mungkin ini yang dinamakan rasa depresi dan putus asa sehingga aku mampu untuk membalas tatapan tajam itu.

"Baiklah, minggu depan kalian menikah. Kakek dan Aris telah mengatur semuanya. Dan untuk Clarice, terus koordinasi dengan Aris." Aku menangguk pelan. Aku melanjutkan makan malam dalam diam sambil sesekali melirik Aris. Bukannya Andrew tidak menarik, tetapi dia terlalu dingin dan jauh dari jangkauanku. Disisi lain Aris selalu tampak terbuka dan hangat.

***

Mobil M3 Andrew berhenti di depan rumahku. Atas desakan kakek akhirnya Andrew mengantarku pulang.

"Ada beberapa hal yang akan aku sampaikan kepadamu Clarice." ucapnya dingin.

"Ada apa?" tanyaku.

"Ada beberapa hal yang harus kita sepakati bersama mengenai pernikahan ini. Tentunya kamu tidak berpikir bahwa aku benar-benar ingin menikahimu'kan." Aku menelan ludah dan mengangguk.

"Langsung saja ke intinya. Aku tidak rela melepas kebebasanku tetapi aku juga tidak akan menolak permintaan Kakek."

"Aku hanya ingin kau mengerti, jangan pernah berharap aku akan bersikap seperti suami normal lainnya." ucapnya sambil tersenyum sinis. Lelaki ini pintar berakting, bertindak gentle di depan kakeknya dan bersikap sangat brengsek di luar itu.

"Aku jarang tidur bersama dengan wanita yang sama lebih dari sekali." lanjutnya sinis.

"Baik. Ada lagi yang ingin kau katakan?"

"Sebenarnya aku cukup penasaran, apa yang terjadi denganmu dan Khelvin?" Pria jantan satu ini rupanya juga tertarik dengan gosip. Aku tertawa pelan. Sejenak aku menangkap keterkejutan dalam matanya.

"Khelvin, aku tahu dia temanmu, tapi dia mungkin lebih brengsek darimu." Andrew terkekeh.

"Kita bahkan baru bertemu tidak lebih dari sehari, tapi sepertinya kamu sudah sangat mengenalku."

"Mengenai permintaanmu, kamu tidak perlu khawatir Andrew. Aku mengerti. Tapi bagaimana dengan anak? atau kau ingin mendapatkannya melalui inseminasi saja?" tataku sejujurnya. Aku tidak memiliki perasaan apa-apa kepada Andrew. Tidak ada getaran atau gairah. Semuanya terasa hambar. Jadi mudah saja bagiku untuk mengatakan hal ini. Pria tampan di depanku tampak berpikir.

"Kurasa kita bisa mencobanya secara alamiah, paling tidak aku bisa mendapatkan kenikmatan fisik sejenak dari pernikahan konyol ini." ucapnya serius. Aku mengerutkan dahi tidak setuju.

"Tadi  kau bilang kau tidak pernah tidur dengan wanita yang sama lebih dari sekali."

"Well, demi menyenangkan kakekku aku tidak keberatan." Lalu mata kurang ajarnya menatapku dari atas sampai bawah. Aku mendadak risih dengan tatapannya yang seolah menelanjangiku.

"Aku tidak keberatan dengan apa yang kulihat. Ukuran badanmu mungil dan proporsional. Tipe tubuh kesukaanku. " ujarnya menyeringai lebar , membuat wajahku panas. Hal itu kemudian membuatnya tertawa terbahak-bahak.

"You know what?"

"Apa?" jawabku ketus.

"Khelvin berbohong padaku. Katanya kamu wanita murahan. Dan asal kamu tahu." ucapnya sensual. Kemudian dia melayangkan jari jarinya di rambut panjangku yang terurai.

"Wanita murahan tidak akan merona sepertimu ketika mendengar kata-kata yang bahkan tidak bisa dibilang senonoh." Aku mencoba mengatur roman mukaku dan membalas tatapannya yang berubah sensual.

"Mencoba merayuku Drew?" Dia tersenyum dan mengernyit sekaligus lalu ekspresinya kembali santai. Tidak lagi mencoba menggoda.

"Baiklah, semua sudah cukup clear. Kalau begitu, sampai jumpa Clarice."

"Sampai jumpa." balasku dan keluar dari mobilnya.

***

Kalau kalian tertarik dengan cerita ini, kalian bisa mendukung aku di Karya Karsa @SiennaBachir.

Terimakasih sayang-sayangnya aku.

Dengan dukung Rp99.900, teman-teman bisa baca 6 karya terbaik aku untuk 30 hari akses.

1. Solen and Gab
2. Traped with Jae
3. Love and Drew
4. Chocolate Kiss
5. Langit Gemini
6. Not an Angel

Ini worth Rp 200rb something
Cus manfaatkan kesempatan emas ini.😘😘😘😘

Thx
With luv

S.B
Xoxo

Love and Drew (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang