3. The Dreams

510 67 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


September, 2012.

Hari Ke-2.


Hobi merupakan sesuatu yang digemari oleh seseorang, dan secara sadar atau tidak, orang itu akan melakukannya secara rutin dan berulang.

Sejak kecil hingga sekarang, hobiku beberapa kali berubah. Seperti pada waktu SD dulu, aku hobi menonton film-film Disney yang kukoleksi dalam bentuk DVD. Lalu hobiku berubah ketika aku duduk di bangku SMP. Hingga detik ini, aku gemar melukis apapun yang menarik perhatianku.

Dan di kelas dua belas ini, hobiku bertambah satu. Yaitu, memperhatikan dia.

Memperhatikan laki-laki yang sekarang sedang duduk di seberang kananku. Memperhatikan bagaimana wajah seriusnya saat belajar, bagaimana matanya menghilang saat dia tersenyum menyapa guru, dan mengagumi betapa sempurnanya laki-laki itu.

Namanya Jeno. Dia ketua kelasku dan murid favorit semua guru. Dia bassist di The Dreams, dan dia juga anak OSIS. Dia pandai, bijaksana, dan selalu bersikap dewasa. Wajah tampan dan eye smile yang dia miliki menjadi nilai bonusnya - benar-benar definisi manusia sempurna.

Sama seperti teman-teman The Dreams-nya, dia punya banyak penggemar perempuan yang tergila-gila padanya. Namun sepertinya itu membuatnya risih, sehingga dia menjadi dingin dengan semua perempuan. Itulah kenapa, orang-orang mulai menjulukinya dengan sebutan Ice Prince atau Pangeran Es.

Tenang, aku tidak pernah memaksakan perasaanku. Hanya memperhatikan Jeno dan mengaguminya dalam hati saja sudah cukup bagiku. Aku sadar, tidak akan ada harapan kalau aku mengharapkan sesuatu yang lebih dari Jeno.

Aku merahasiakan ini dari Jaemin, Haechan, dan Renjun. Kalau mereka tau, bisa-bisa mereka malah meledekku, atau bahkan membocorkan rahasiaku ini ke Jeno langsung - kalau hal itu sungguh-sungguh terjadi, bisa mampus aku. Jadi, sejauh ini hanya Alice yang tau tentang perasaanku.


"Na, tugas PKnmu." Jeno tiba-tiba menoleh ke arahku sambil menyodorkan tangannya, membuatku yang sedari tadi memperhatikannya jadi gelagapan. Jeno lalu memutar bola matanya dan menghela nafas. "Cepetan."

Aku langsung mengobrak-abrik isi tasku. Aku mengambil buku PKnku dan memberikannya kepada Jeno. Begitu aku menatap wajah Jeno, aku langsung teringat sesuatu.

"Oh iya Jen, laporan praktikum Fisikanya-"

"Nanti," potong Jeno. "Nggak lihat aku lagi nagih tugas sejarah satu kelas?" lanjutnya dengan nada datar dan ekspresinya yang dingin, lalu langsung meninggalkanku untuk menagih tugas sejarah murid lain.

Jangan tanya. Aku sendiri juga heran, kenapa aku bisa suka dengan orang seperti Jeno.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
30 Days ; Mark Lee ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang