September, 2012.
Hari ke-18.
UTS telah berakhir. Hari ini adalah jadwal untuk UTS terakhir yaitu Kimia, dan mata pelajaran itupun sudah kulalui. Sekarang aku dan Alice sedang menunggu di depan kelas Haechan dan Jaemin, menunggu mereka selesai UTS dan kami akan berangkat bersama ke rumah sakit dengan sepeda motor mereka.
Selama beberapa hari ini, aku memang selalu menghabiskan hariku di rumah sakit. Tentu saja ini dengan sepengetahuan orang tuaku. Mereka mengijinkanku selama aku tidak pulang larut malam dan tidak lupa untuk belajar.
Satu hal yang baru kuketahui - Renjun, Mark, dan Jeno akan selalu berkumpul setiap malam untuk belajar ketika keesokannya ada ujian. Itu merupakan tradisi mereka, dan tentu saja di antara mereka bertiga, Jeno yang menjadi tutornya. Hanya saja untuk UTS kali ini, Mark tidak ikut belajar.
Aku dan Alice selalu menimbrung ketika mereka mulai membuka buku mereka. Untung saja tidak ada yang keberatan - pengecualian untuk Jeno. Aku tidak tau apakah dia keberatan, tapi selama ini dia tidak menunjukkan tanda-tanda keberatan setiap aku dan Alice ikut belajar.
Selain belajar, aku juga menghabiskan waktuku di rumah sakit dengan menjadi teman bicara Mark. Biasanya aku akan ditemani Haechan atau Chenle - karena kami sama-sama berisik, dan kami berdua akan berusaha agar Mark tidak merasa kesepian dengan lebih banyak berbicara.
"Astaga kepalaku." Suara Haechan mengalihkan fokusku dan Alice dari handphone kami ke arah pintu kelas XII IPS 2. Ternyata Haechan dan Jaemin sudah keluar dari kelasnya. "Nggak tau, ah! Ekonomi memang selalu yang paling susah!"
"Yeuuu," cibir Alice. "Kalau kalian nggak bisa Akuntansi mah, memang kaliannya aja yang keseringan cabut dari kelas itu!"
Kedua alis Haechan menukik tajam. Ia bersiap untuk mendebat Alice ketika dering telepon dari handphone Jaemin memotong aksinya. Setelah memastikan tidak ada suara yang mengganggu di antara kami berempat, Jaemin mengangkat teleponnya.
"Halo, Jen. Kenapa?"
Tak beberapa lama setelah mengucapkan itu, raut wajah Jaemin berubah drastis. Matanya terbelalak, dan dia mulai kalang-kabut sendiri mencari tasnya yang ternyata lupa ia bawa dari kelasnya. Handphonenya masih setia menempel di telinga kanannya.
"Renjun udah tau? Chenle? Jisung?"
"..."
"Oke. Aku ke sana."
Jaemin menghampiri kami yang kebingungan melihatnya. Tas ranselnya sudah tersampir di bahunya. "Guys, kita ngebut, ya."
"Kenapa sih? Jangan bikin takut, dong," keluh Haechan.
"Kondisi Mark kritis. Dia masuk ICU sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days ; Mark Lee ✅
FanficIni adalah kisah tentang dua garis takdir yang berpotongan melalui cara yang tidak terduga. Semuanya bermula dari Raina Lidya - gadis periang dan cerewet yang mendapat tantangan aneh untuk menjadi penggemar palsu dari seorang laki-laki yang tidak di...