Oktober, 2012.
Hari ke-28.
Sore ini, hujan turun dengan deras. Aku membuka korden jendela kamarku, membiarkan nuansa hujan yang teduh dan menenangkan menguasai kamarku. Alice ada di sini sekarang, duduk di atas kasurku sambil bermain handphone.
"Eh, laporan praktikum Fisika dikumpulin besok?!" tanya Alice mendadak, membuatku ikutan panik.
"Hah?!" Aku langsung turun dari kasurku, kemudian meraih tasku dan mengambil buku catatanku. "Ih, dikumpulin minggu depan, tau! Jangan bikin panik, dong!"
Alice hanya menanggapiku dengan tertawa kecil sambil tetap berfokus pada handphonenya. Setelah aku kembali ke kasur, dengan iseng aku mengintip handphone Alice. "Sibuk ngapain, sih?"
"Ini, Jaemin. Dia bilang kalau jaketku ketinggalan di rumah sakit, jadi aku suruh dia bawain dulu."
"Tadi kamu ke rumah sakit?" tanyaku heran.
"Setelah sekian lama aku nggak ikut campur sama misi kalian, akhirnya kemarin aku ditelpon Renjun - dia minta aku datang ke rumah sakit. Jadi ya... dari kemarin aku selalu ke rumah sakit setelah pulang sekolah."
"Ih!" Aku berseru, mengabaikan rasa sedih yang mulai kurasakan.
"Kenapa nggak bilang, sih? Masa dari rumah sakit langsung naik ke kasurku gini? Ganti baju sana!" Aku mendorong Alice ke lemari bajuku, lalu mengambilkan baju rumahku.
"Jangan lihat!" Alice memperingatiku, membuatku kembali ke kasur sambil membelakangi Alice.
"Tapi... keadaan mereka semua juga nggak lebih baik dari kamu sekarang, Na."
Sambil termenung menatap dinding, aku mempertajam pendengaranku. "Jeno marah dan nggak mau bicara sama Jaemin, Haechan, dan Renjun. Gara-gara itu, Renjun menyalahkan Haechan dan Jaemin, dan mereka bertiga nggak berani masuk ke kamar Mark. Chenle dan Jisung yang nggak tau apa-apa, terpaksa ikutan merasa canggung di rumah sakit. Mark juga sekarang cuma bicara sama Jeno karena yang lain enggan buat ketemu dia."
Banyak hal yang melintas di otakku. Dan dari sekian banyak, yang berhasil ditangkap otakku hanya satu. Ini semua terjadi karena ada aku.
"Kalau misal dari awal aku nggak terima tantangan bodoh itu, pasti keadaannya nggak akan kayak sekarang."
Alice menepuk bahuku, menandakan bahwa dia sudah selesai berganti baju. "Nggak ada yang menjamin keadaannya bakal berbeda kalau seandainya kamu tolak tantangan itu. Everything happens for a reason, Na."
Aku menatap Alice kebingungan. "Oke, happens for a reason. Tapi apa?"
Alice mengangkat bahunya. "Kamu nggak mau coba datang ke rumah sakit dan ketemu Mark?"
Aku menggeleng. "Percuma. Dia bilang sendiri dia nggak mau ketemu aku."
"Bukan demi dia, tapi demi kamu." Alice mengusap bahuku. "Kamu mau semua orang kira perasaanmu ke Mark bohongan juga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days ; Mark Lee ✅
FanficIni adalah kisah tentang dua garis takdir yang berpotongan melalui cara yang tidak terduga. Semuanya bermula dari Raina Lidya - gadis periang dan cerewet yang mendapat tantangan aneh untuk menjadi penggemar palsu dari seorang laki-laki yang tidak di...