Prolog

42 4 2
                                    


   Senja, itu namaku, setidaknya untuk saat ini. Aku tidak tau siapa aku, darimana asalku, bahkan.. Aku tidak mengenal wajah orang-orang yang sedang mengelilingiku saat ini.

Mataku tertuju kepada seorang wanita yang sedang menunjukku, sambil menyebut "Senja. Karna dia ditemukan saat matahari sedang berwarna jingga menyala".

Aku sedikit melayangkan pandanganku disekitar dan menangkap sosok hitam yang memalingkan badan dari arahku.

"Mas, bisa berdiri?" tanya bapak berjenggot hitam disebelahku.

Aku melupakan sosok tersebut dan mencoba menggerakkan kakiku. Syukurlah masih bisa bergerak. Tapi tanganku sedikit sakit. Aku pun menjawab, "bisa mas, meski tanganku sedikit sakit".

"Mau saya papah?" tanya dia.

Aku mengangguk. Seketika itu juga, aku menoleh dan melihat deburan ombak menyapu bersih tempat aku baru saja terbaring disana.

*****

   Aku menyusuri tepian pantai sambil berusaha mengumpulkan kerang-kerang yang diminta ayahku untuk dijadikan gantungan. Tapi, kerang yang kukumpulkan tidaklah sebanyak yang kukira. Aku memutuskan untuk duduk di antara pasir putih dikakiku. Sesaat kemudian, aku melirik sesuatu dari sudut mata kiriku di laut. Aku memicingkan mata dan mengerutkan alisku, mencoba untuk melihat lebih jauh apa benda yang ada di atas lautan luas. Ombak yang besar membawa benda itu mendekati tepian pantai. Pada saat itulah aku menyadari, bahwa benda itu adalah sesosok manusia yang sedang hanyut.

Lalu aku melihat sahabatku, dan memintanya untuk menarik orang itu, sementara aku berusaha mencari ayahku untuk pertolongan.

Tak lama, orang itu sudah berada di tepian pantai. "Apakah dia masih hidup?" tanyaku. Lalu ayahku segera menerobos kerumunan yang sudah mengitari kami sambil berusaha memompa jantung orang itu. Tak lama, dia pun terbatuk.

"Siapa aku?" ucap pria itu.

Tidak ada yang berani menjawab orang itu. Aku memperhatikan sekitarku. Semuanya saling membisikkan sesuatu yang tidak aku pahami.

"Siapa aku?" ucap pria itu sekali lagi. Maka, aku pun mengerti bahwa pria ini hilang ingatan.

"Senja. Namamu adalah Senja. Matahari yang berwarna jingga menyala menunjukkan dirimu kepada kami." ucapku. Lalu aku melihat bayangan hitam yang menarik diri dari kerumunan. Ingin kukejar tapi ayahku memintaku untuk menemaninya membopong pria itu kerumah. Maka, aku pun mengangguk dan mengabaikan bayangan hitam misterius yang kulihat tadi.

FLARES-BEYOND THE JOURNEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang