"Jadi, siapa namamu nak?" tanya wanita itu, pemilik rumah ini.
Aku mengabaikan pertanyaan tadi dan melayangkan pandanganku ke sekeliling rumah ini. Rumahnya tidak kotor, tampak terlalu rapi. Bahkan perabotannya disusun apik sedemikian rupa. Aku menggeleng, lalu berjalan perlahan memutari ruang tamu itu sambil meliriknya sedikit. Dia sedang menata kue ternyata.
"Ra'el menamainya Senja, padahal tidak tanya siapa namanya lebih dulu". Jawab bapak berkumis itu."Aduh suamiku, yang kutanyai dia, bukan kamu. Dan Ra'el , lain kali tolong lebih sopan lagi terhadap tamu, oke?" ucap wanita itu sambil meletakkan piring berisi kue itu di atas meja makan.
Kulihat wanita muda berambut cokelat yang sepertinya bernama Ra'el menunduk, kelihatannya dia malu.
"Jadi nak, siapa namamu?" tanya dia sekali lagi sambil menatap tajam ke arahku. Rasanya canggung dilihat dengan lekat seperti itu.
"A.. Aku.. maafkan aku.. Aku sungguh lupa.. " jawabku lesu.
Tiba-tiba saja seorang pria berwajah masam muncul melompati jendela, mengagetkan semua orang.
"Wah, ternyata amnesia itu beneren ada ya." dengusnya.
Dia berjalan perlahan ke arahku. Aku berjalan mundur, merasa sedikit terancam. Tapi, gerak dia lebih cepat daripada aku. Lalu dia menepuk pundakku dan tersenyum. Orang aneh.
"Bisakah aku tau, mengapa kamu berbaring di lautan?" tanya Ra'el, membuyarkan suasana yang canggung tersebut.
"Berbaring di lautan?" heranku.
"Iya, berbaring. Kami menemukanmu sedang berbaring dilaut, lalu ombak membawamu ke tepi pantai." kata Ra'el.
"Atau lebih tepatnya, kau, yang menemukannya Ra'el. Lagi pula , mana mungkin orang yang 'hilang-ingatan' bisa ingat kenapa dia terdampar di sini." sahut pria itu sambil mengacak-acak rambut Ra'el.
perawakan lelaki itu cantik. rambutnya yang berwarna kuning keperakan, pipinya yang bersemu seperti tomat, bibirnya yang basah, serta matanya berwarna hijau lumut, serasi dengan kulitnya yang kemerah-merahan.
"memang, itu benar. Aku tidak ingat apa-apa. doakan saja aku segera mendapat ingatanku. Ngomong-ngomong aku belum mengenal kalian." kataku sambil menyeret kakiku, menyadari ada bagian telapak yang sedikit sakit. Akhirnya aku berdiri di tengah-tengah mereka.
"Aku Gina, dan ini suamiku, Sam. Ini anakku Ra'el, dan dia tetangga kami, Kay." sahut wanita itu.
"Salam kenal Senja. Namaku sebenarnya Rakhaela, tapi entah kenapa mereka lebih senang memanggilku Ra'el. Sedikit menyebalkan, tapi, ya sudahlah. Aku juga senang-senang saja. Salam kenal yaaaa..." jawab Ra'el menimpali ibunya.
Aku melirik Ra'el. Kulihat penampilan dia yang sedikit berantakan dan rambut yang kusut. Tapi, mata indahnya memikat hatiku. Namun, dia yang terlihat muda membuat aku sedikit kecewa.
"Apa lo liat" ha? Jangan genit dengan Ra'el. Jangan-jangan lu mau mesum ya sama dia?!" sindir Kay aku pun langsung terkejut.
"Ha? Aku ga ngomong apa-apa loh. Salah ya lihat dia?"
"Elo tuh bukan lihat, tapi menatap dengan napsu". Jawab Kay sambil menahan emosinya yang mulai terlihat, bahkan mukanya mulai merah.
"Siapa juga yang nafsu, aneh lo." jawabku, mulai ikutan berang.
"Sudah, ayo duduk!" lerai Gina. Ajaibnya, hanya dengan 3 kata itu saja, sudah mampu membuat kami berhenti berteriak dan bahkan Kay menurut. Waw.
"Jadi, katakan, Senja, kalau kamu tidak keberatan kami sebut dengan nama itu, apa rencanamu?" tanya Sam, sambil mengambil sepotong kue yang sudah disusun rapi Gina di atas meja bundar kecil. Aku memandang mereka, mengeritkan dahiku, lalu memejam mataku. Tidak lama, kurasa, tapi itu sudah cukup memberiku waktu untuk menjawab mereka.
"aku tidak tau. Mungkin menyembuhkan tangan dan kakiku, sementara aku mencari tempat tinggal. Lalu mungkin mencoba mengingat kembali apa yang terjadi dengan diriku, yah.. Meskipun itu mungkin butuh waktu yang lama untuk mengingatnya." sahutku perlahan dan menunduk. Seperti orang yang kehilangan arah, batinku dalam hati.
"Bagaimana kalau kamu tinggal di sini sementara, sambil membantuku bekerja? Kami senang menyambutmu di sini. Gimana menurutmu?" tanya Sam, dengan tangan terbuka, bahkan Gina tersenyum. Lalu.. Aku menatap Ra'el. Dia memalingkan mukanya.
"Kalau kalian tidak keberatan, aku tentu menerimanya. Tapi, aku sepertinya akan merepotkan kalian." sahutku lesu.
"tidak perlu begitu, formal sekali.. Dan jangan khawatir. Apa pun yang menurutmu baik, lakukan saja itu. Yang terpenting, kesembuhanmu dan kembalinya daya ingatmu yang terpenting di sini." sahut Gina.
"Kalau begitu, Ra'el, tolong antarkan Senja ya ke atas. Berikan dia kamar tamu. Lalu ajak dia turun lagi untuk makan malam bersama kita. Kay, kamu juga ikut." sahut Sam.
Aku pun mengikuti Ra'el sambil tertatih. " Besok aku akan panggilkan dokter untuk melihat kondisimu. Jadi, istirahat yang baik malam ini." bisik Ra'el.
Aku mengangguk, lalu menaiki anak tangga demi anak tangga. Di pertengahan, aku berhenti, lalu berpaling ke arah Kay. "Hey Kay, maaf untuk tadi. Aku tidak bermaksud.."
"Tidak apa Senja, sudahlah, lupakan saja." sahut Kay.
*****
Aku memasuki kamarku. Setelah Ra'el mengantarku ke kamar, dia langsung meninggalkan diriku tanpa berbicara apa-apa. sejenak, aku termenung. apakah aku melakukan kesalahan? pikirku. namun aku tak ingin memikirkannya lebih lanjut. lalu aku mencoba melayangkan pandanganku ke sekeliling kamar itu.
Aku mulai mengitari kamar yang sudah dipersiapkan untuk diriku. Tidak banyak yang dimiliki kamar ini. Hanya ada sebuah jendela di sudut kanan, sebuah kasur yang rapi dan wangi, dan ada sebuah meja di sebelahnya. ada juga perabotan lain yang kurasa cukup simpel. Meski tidak ramai, tapi itu sudah membuatku merasa cukup nyaman.Kucoba untuk kembali menyusuri serangkaian peristiwa yang menimpa diriku semampu yang ku ingat. Namun, berulang kali aku mencobanya, setiap detail demi detail yang mungkin sudah kulewatkan, hasilnya tetap nihil.
Maka aku pun berbaring di atas kasur dan mencoba memejamkan mataku. Di saat itulah aku mengingat kembali sosok hitam yang melihatku di pantai. Matanya yang berwarna hijau tampak mengamatiku dalam diam. Apakah itu Kay? tapi sepertinya sosoknya sedikit berbeda. Entah mengapa, aku merasa merinding. Perasaan itu merasuki diriku. Firasatku mengatakan, aku harus segera mengingat apa pun tentang diriku. Apa pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLARES-BEYOND THE JOURNEY
General FictionTerbit Setiap KAMIS Bisakah aku kembali? Mengingatnya saja aku tak mampu, apalagi menapakkan kaki. Rasanya aku tak sanggup. Tapi, entah kenapa, aku terus menjejakkan kakiku, mencoba menelusuri kembali setiap untaian yang ada. Tidak apa, bahkan sebua...