"Aku sangat senang telah
mengetahui dirinya, ada."<><><><><><><><><><><><>
Hari kepindahanku akhirnya datang.
Nasibku, memang.
Aku adalah seorang gadis yang tidak dapat menyewa apartemen mewah saat sudah beranjak 20 tahun.
Saat mereka yang seusiaku sudah memiliki apartemen mewah dan sudah memiliki pekerjaan tetap, aku hanya bisa menghela napas pasrah.
Menyedihkan, Aku hanya seorang gadis yang memiliki pekerjaan part time. Untuk bisa makan sehari-hari saja sudah syukur. Apalagi ingin mempunyai apartemen mewah? Tidak mungkin.
"Sigh," aku mendongak, meneliti tiap sisi gedung yang bisa di bilang apartemen baruku ini.
Cat tembok bewarna krem yang sudah terlihat kusam, dindingnya tampak terkelupas bak kulit mati yang tanggal dari kaki seseorang, lantai yang sudah tampak menguning, jangan lupa tangganya sudah di lingkari oleh tanaman menjalar yang aku tidak tahu itu tanaman apa.
Aku menghela napas "Waaah, cantik sekali, kau harus semangat Noara!" Ucapku menggebu sambil menggeret koper dan mengeratkan pegangan tas tanganku dan bergegas melangkah masuk.
Aku menaiki anak tangga dengan langkah pelan, hawa dingin menjalar di sekujur tubuhku.
Aneh,
Aku mengambil langkah terakhir tepat di lorong lantai kedua apartemen ini.
WUUUUSSSSS
Tiupan angin dingin yang sangat kuat membuat roda koperku berjalan.
"Heol, ini sangat tidak lucu. Ini musim panas, dan pendingin tidak dihudupkan oleh pemilik apartemen." Gumamku takut sambil melihat sekeliling.
"Tidak mungkin angin dingin datang begitu saja ntah dari mana asalnya?" Tanyaku pada diri sendiri.
"Molla molla, ini sudah paling murah Ara, tidak ada apartemen yang lebih murah dibandingkan dengan ini." Yakinku semangat, lalu menarik koper menuju kamarku yang hampir berada di ujung lorong.
"Nah ini dia 092,"
WUUUSSSSSS
Hembusan angin dingin keluar melewati celah bawah pintu sebelah kamarku, disana tertulis Room 093.
"Apakah tetangga baruku suka bereksperimen? Haha nanti aku akan membawakannya kue beras. Tunggu aku!" Teriakku tepat di depan pintu yang bertuliskan "Room 093"
Tidak ada sahutan,
Aku menyentuh pintu kamarnya, sangat dingin.
"Apakah dia mencoba membekukan pintu kamarnya lalu ingin menghancurkannya menjadi keping-kepingan? Dia tidak terkunci dari dalam, kan?" Ujarku sedikit berbisik.
Aku mengetuk pintu itu, "Nona, tuan maksudku apakah kau baik baik sa-"
BOOOOM!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Blank Page of A Book
Fanfiction[YOONGI'S BIRTHDAY PROJECT] Dia. Pemuda itu termenung pada muka jendela berintik likuid. Kedua netranya nampak sayu, kelabu, tanpa cahaya. Rona wajahnya perlahan memudar beriringan dengan sang lunar yang kian meninggi. Pikirannya kalut. Ada puluhan...