04. Retrouvaille

43 7 12
                                    

Rasanya aneh. Asing. Mendapati diri sendiri dalam kubangan membingungkan. Ada sesuatu yang salah, sesuatu yang harus diluruskan. Tapi apa, ya?

"Beri satu alasan kenapa kami harus memulangkanmu."

Pemuda itu terdiam. Irisnya memandang lurus mengamati satu per satu dari tiga di antara mereka. Ini berat. Tatapan-tatapan itu sedikit mengintimidasi seolah yang sedang mereka saksikan merupakan hal konyol dan sialnya dia merasa terpojok.

Pikirannya menerawang jauh, memalingkan muka saat menjawab, "Saya tidak begitu yakin. Jaksa Penuntut mungkin benar mengenai diri Saya, tetapi tetap saja, Saya berhak mendapatkannya."

Min Yoongi merutuki dirinya, pemuda itu hanya bisa tersenyum kecut saat pria di seberang sana menepuk jidat, menatapnya dengan penuh teror seolah berkata hal-bodoh-macam-apa-yang-kau-katakan.

Menulikan rungu ketika audiens mulai berbisik serta Alvin yang tersenyum miring, pemuda itu terfokus pada para Pengadil yang mengerutkan kening mendengar jawabannya kemudian menuliskan sesuatu pada catatan.

Mendadak dia yakin sekali bukannya kembali, justru dia akan tinggal.

Mati saja kau, Min Yoongi.

"Ada hal lain yang ingin disampaikan?" Tanya salah satu dari mereka yang dia ketahui bernama Selyn. Wanita bersurai hitam legam itu terlihat begitu elegan sekaligus sadis dalam satu waktu dengan irisnya yang selalu mengintimidasi.

"Tidak. Hanya itu, Yang Mulia."

Kedua pria di samping kiri kanannya membisikkan sesuatu kemudian Selyn mengangguk paham.

"Baiklah, karena tidak ada hal lain lagi, maka sidang ini akan dilanjutkan kembali tanggal 7 Maret 2013 untuk menetapkan keputusan, satu minggu dari dari sekarang."

Peserta berangsur meninggalkan ruangan setelah Selyn mengetuk palu. Begitu juga dengan Yoongi. Isi kepalanya berkecamuk, rasa-rasanya ingin kembali ke kediamannya sebelum Kim Namjoon mencekal kasar lengannya.

"Sadar dengan yang barusan kau katakan?" Ujar pria berbadan jangkung itu dengan nada sedikit meninggi.

Yoongi mendecak, melepaskan cekalan tangannya. "Lalu aku harus apa?"

"Setidaknya katakan dengan jelas, mereka tidak bisa mempercayai alasan klisemu begitu saja."

"Bagian mana yang terdengar kurang jelas? Bukankah sudah kukatakan aku hanya ingin kembali?"

Namjoon frustasi. Harusnya dia tidak mengiyakan saat Ketua menawarkan kasus ini padanya. Dia jadi mempertanyakan pemuda macam apa yang sedang dia hadapi. Sebenarnya ini kasus siapa, sih? Kenapa hanya dia yang terlihat antusias?

Menghela napas, pria itu berusaha tidak meninju wajah sok keren yang berada tepat di depannya tersebut kemudian melanjutkan dengan lebih terkontrol.

"Selyn akan menghabisimu di tempat, Yoon. Alvin juga tidak tinggal diam. Dia akan melakukan berbagai macam cara agar kasus ini tidak selesai dengan mudah. Kau tahu itu."

Yoongi bungkam. Diam-diam memikirkan cara lain untuk bisa kembali ke tempat yang seharusnya tanpa melewati proses rumit yang begitu menyebalkan. Selyn memang terdengar sarkatis namun tidak berat sebelah karena dia adalah Hakim. Tapi Alvin,

Mendengar namanya saja sudah membuat kepalanya mendidih. Pria itu terlihat cukup cerdas dalam mengotak-atik suasana saat sidang. Tipe orang yang akan mengorek celah terkecil dirinya dan membalik keadaan dengan mudah.

Sial sekali. Dia harus berhati-hati. Bukan tidak mungkin kata-kata yang dia lontarkan akan berbalik menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.

"Aku harus melakukan studi lapangan. Sidang berikutnya adalah giliran kita membela, kemudian mereka akan memutuskan bagaimana nasibmu setelahnya."

Blank Page of A BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang