Sore hari yang sangat dingin, kegiatan rutin Haechan sehari hari adalah mengurus rumah dan putranya yang sudah berusia 4 tahun. Tentu saja sambil menunggu suaminya pulang, Wong Yukhei. Direktur utama perusahaan Game yang sudah sangat sukses. Kebetulan, Yukhei memegang perusahaan di korea bersama saudara angkatnya, Kim Jungwoo.
"Mom, can i?" Sang Putra menunjukan bola kepada Haechan, bermaksud meminta izin untuk bermain bola di luar.
Haechan menoleh dan kemudian menggelengkan kepalanya. "Tidak, dan jangan lepaskan jaketnya sayang"
Junkai, anak itu hanya menunduk sedih dan diam saja ketika sang ibu membenarkan kembali letak jaketnya yang tadi sempat ia buka sedikit. "Tapi mom-"
"Wong Junkai!"
Akhirnya Junkai hanya diam ketika Haechan membentaknya sebagai peringatan bahwa ia tidak ingin di bantah. Junkai memilih duduk di depan sofa dan menangis sambil memainkan kaplet obat. Diam-diam Junkai berdoa kepada tuhan. Doa seorang anak seperti Junkai tidaklah rumit. Junkai hanya ingin Daddy nya cepat pulang.
"Waahh benar benar wangi chinese, kau sangat berniat menyambut suamimu sayang"
Junkai mendongak menghapus air matanya ketika mendengar suara Daddynya dari arah dapur. Tanpa menunggu lama Junkai berdiri dan berlari menuju dapur. Benar saja, disana ada Yukhei yang sedang merecoki Haechan.
"Dad" panggil Junkai yang membuat Yukhei menoleh dengan senyum lebarnya.
"Astaga kenapa putra Daddy menangis hm" Yukhei duduk di atas lantai dan membawa Junkai ke pangkuannya, dilihatnya wajah sang anak yang sudah memerah dengan mata sembab.
Bukannya menjawab, Junkai malah semakin menangis di bahu Yukhei.
Yukhei hanya tertawa kecil dan menepuk punggung Junkai untuk menenangkannya. "Why? Look at me and tell me why"
Haechan yang sedang sibuk memasak hanya bisa menghela nafas melihat Junkai yang selalu seperti itu. Menangis ketika keinginannya tidak di penuhi dan menempel kepada Yukhei untuk mengadu.
Karena tidak kunjung menjawab, Yukhei melihat Haechan. "Sayang, Junkai kenapa?"
"Dia ingin bermain bola di luar, cuaca musim gugur sangat dingin hyung dan aku melarangnya" Jelas Haechan.
"Dad, i want to play" Rengek Junkai yang semakin menenggelamkan wajahnya di leher Yukhei.
"Diluar dingin, mommy mu tidak ingin kau sakit" Yukhei mengusap pelan kepala Junkai. "Besok jika cuacanya bagus kita bertanding, kau melawan Daddy, Okay?" Lanjutnya.
Perlahan lahan kepala Junkai terangkat, matanya menatap mata sang ayah dengan lekat. "Janji?" Tanya Junkai ragu. Namun Yukhei mengangguk cepat membuat Junkai segera beranjak dan berlari menuju ruang tengah. Entah apa yang akan dia lakukan.
"Anakmu benar-benar hyung" Gerutu Haechan yang masih sibuk mengaduk sup ayam jahe untuk Junkai.
"Dia akan tumbuh sepertiku Chan-ah" Jawab Yukhei. Kini Yukhei memeluk Haechan dari belakang, manyalurkan rasa rindunya kepada sang istri tercinta.
"Perasaanku saja atau memang badanmu semakin berisi" Tangan Yukhei meremas dada Haechan yang memang sedikit berisi. Meski Haechan adalah seorang pria, namun sejak melahirkan dada Haechan jadi lebih besar. Dan ini yang Yukhei sukai, Nipple Haechan yang sangat menggoda.
"Hyung jangan mulai, kau tidak pengertian sekali ahhh-" Haechan melenguh ketika tangan Yukhei memelintir nipplenya dari luar.
"Aku selalu pengertian,aku hanya meminta kewajibanmu!" Protes Yukhei tanpa menghentikan aksinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Okay, Mom
FanficTentang Wong Yukhei, seorang suami dan ayah yang sangat mencintai keluarga kecilnya. warning 🔞🔞 banyak adegan 18+ disini. Boy × Boy Yukhei - Haechan - NCT - Junkai