04.Drakwin

4.1K 297 8
                                    

Sesuai janjinya pria itu datang dan selalu memberikan Ava uang entah dari mana Drakwin bisa mendapatkan uang? Sedangkan pria itu tinggal di dalam hutan.
Lagian Ava berusaha untuk menolak pemberian dari Drakwin tapi ada saja hal aneh terjadi.
Contohnya saja ketika Drakwin tiba-tiba muncul dari arah belakang ibu tirinya tidak lupa kabut itu seakan-akan ingin memakan ibu tirinya dengan cepat Ava menahan teriakannya dan menggelengkan kepala supaya Drakwin mengerti dan menghentikan aksinya itu.

"Kenapa kau suka melamun"kesal Drakwin yang duduk ditepi ranjang Ava, ya pria itu datang dengan sendirinya nya. Saat Ava berkata 'kenapa kemari? ' dengan santainya Drakwin menjawab 'aku merindukan mu'.
"Tidak, aku tidak melamun"Ava menggelengkan kepalanya dan Drakwin menatap tidak suka kepadanya, apa yang salah?.
"bohong? Hm"tiba-tiba saja kabut hitam itu muncul kembali disekitar tubuh Drakwin.
"Astaga Drakwin, sungguh aku tidak berbohong "Kabut itu hilang dan Drakwin dengan santainya berbaring diatas ranjang Ava ,gadis itu hanya bisa diam melihat tingkah pria ini, pria yang baru baru ini ia kenal.
"Aku tidur denganmu"Ava menatap Drakwin dengan mata melotot bagaimana mungkin Drakwin tidur di ranjang nya dan bagaimana jika ibu dan adik tirinya masuk kedalam kamarnya secara tiba-tiba dan melihat dirinya tidur dengan seorang pria. Astaga
"Tidak mau, kenapa aku harus tidur denganmu"kesal Ava menyilangkan tangan nya didada sedangkan Drakwin tersenyum lembut dan
"Bukankah aku adalah suamimu? Dan kau adalah istri ku" mata Ava kembali melotot mendengar ucapan Drakwin, dengan gampang nya pria itu mengatakan nya, padahal dengan jelas jika mereka tidak memiliki hubungan apapun, suami istri? Berpacaran saja belum bagaimana mungkin menjadi suami istri.

"Kau itu bukan suamiku, mana bisa seperti itu"dengan kesal Ava mencubit kaki Drakwin yang berada didekatnya, walaupun Ava tau cubitan nya tidak akan terasa sakit dibadan pria itu.
"Tentu saja bisa, apa kau mau menjadi istri ku? "
"Astaga apa aku tuli? Drakwin kau ini, benar-benar keterlaluan bagaimana mungkin kau mengucapka... "Ucapan Ava langsung saja dipotong oleh Drakwin.
"Ya atau tidak? " Ava menaikkan satu alisnya menatap Drakwin dengan heran,apa maksudnya? .
"Kau ingin menjadi istri ku atau tidak...? "Hening. Ucapan Drakwin mampu membuat Ava diam tidak bergerak dari posisi nya menatap Drakwin tidak percaya. Jujur saja sebenarnya Ava menyukai, hm lebih tepatnya mencintai Drakwin saat pandangan pertama tapi Ava masih tidak yakin dengan pria yang ada didepannya ini, takut Drakwin hanya memainkan perasaan nya.
"Ya atau tidak...?"kesal Drakwin yang melihat Ava hanya diam memperhatikan nya dengan wajah bodoh.
"Y-ya"ucap Ava gugup.
"Ya apa? " .
"A-aku mau menjadi istri mu" mata Drakwin berbinar mendengar ucapan Ava, akhirnya dia mendapatkan Ava.
"Mendekat padaku"langsung saja Ava mendekati Drakwin jarak mereka sangat dekat tidak butuh waktu lama dan kini Ava telah duduk diatas pangkuan Drakwin.

Ava hanya diam melihat Drakwin tiba-tiba melukai tangannya,darah keluar dan Drakwin menampung darah nya dicangkir kecil setelah darah itu terkumpul tidak terlalu banyak, Ava merasa kaget saat Drakwin menarik tangannya.
"Mau apa? "Tanyanya pelan dan sedikit takut.
"Darahmu" tanpa aba aba dari Drakwin langsung saja Pria itu melukai tangan Ava sehingga darah Ava keluar dan menjadi satu dengan Darah Drakwin didalam cangkir kecil itu.
"Maaf"ucap Drakwin saat mendengar Ava meringis merasa sakit, setelah cukup dan darah itu tidak keluar lagi langsung saja Drakwin meminum darah dirinya dan juga darah Ava.

Masih ditahannya langsung saja Drakwin mencium Ava dan mendorong darah itu supaya masuk kedalam mulutnya, dapat dirasakannya jika Ava menelan darah itu dan begitu juga Drakwin menelan darahnya.
"Amis "kesal Ava saat Drakwin melepaskan ciumannya, astaga ciuman pertama ku batin Ava.
"Aku tau. Sekarang kau resmi menjadi istri ku dan aku perlu memberimu tanda dileher mu" belum sempat Ava protes tiba-tiba sesuatu yang runcing dan tajam menembus masuk kedalam lehernya, menghisap lembut darah yang keluar.
"Ss-sakit"gumam Ava yang merasa sakit dilehernya ,Drakwin mengigit lehernya dan itu membuat Ava takut bagaimana jika tiba-tiba dia berubah menjadi vampire dan bisa saja dia mati kehabisan darah. Sedangkan Drakwin tersenyum kecil disela-sela gigitannya.
"Selesai. Terimakasih, istri ku" senyum Drakwin mampu membuat Ava diam mematung. Dia suamiku? Astaga tampan sekali dan ritual pernikahan seperti apa ini, batin ava berkata.
"Ya aku memang tampan, dan ini adalah ritual pernikahan bangsa Vampire. Ingat kau istri ku sekarang " Ava hanya bisa ber oh dan menganggukkan kepalanya. Lagian Ava sudah tau jika Drakwin adalah Vampire tapi tidak terlalu jelas tentang kehidupan nya, apalagi tentang kabut hitam itu, padahal difilm film mana ada Vampire memiliki kabut hitam. Dan satu lagi Drakwin bisa membaca pikiranku

Bersambung....

DrakwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang