-DUA-

29 5 2
                                    

Cantik? Manis sih lebih tepatnya. Woii lo kenapa si Van?

Vano kembali melamun dan kini lamunannya dibuyarkan dengan kehadiran Kenan.

"Woii, nih makanan lo pada" Kata Kenan sambil meletakkan nampan yang berisi 3 mangkuk mie ayam.

"Makasih" Jawab Vano dan Devano serempak.

"Eh, tadi gue ketemu Anes. Si Anes ternyata gak kalah cantik sama Zea, apalagi pas dilihat dari deket" Ujar Kenan.

"Hmmm, emang si Anes tuh cantik" Kata Devano menyetujui.

"Kalo lo gimana, Van? Menurut lo Anes cantik ga?" Tanya Kenan.

"Gak" Jawab Vano datar.

"Ck, gini deh. Antara Zea, Zelline, Anes siapa yang paling cantik?" Tanya Kenan lagi.

"Gak ada"

"Elahh, susah amat sih buat milih. Oooo atau... " Kenan menggantungkan kalimat nya.

"Atau apa?" Tanya Vano.

"Lo masih belum move on dari Allana ya? Ya kan? Ngaku deh" Kata Kenan sambil mencolek dagu Vano.

"Apaan sih bahas mantan? Ga penting banget" Jawab Vano dan langsung meninggalkan mereka berdua. Kenan dan Devano hanya bisa menahan tawa melihat wajah Vano.

💫

Di sini lah Vano berada, rooftop sekolah. Vano mengambil sebatang rokok dari saku celananya lalu disumut menggunakan korek api.

Pikirannya sedang bercabang kemana-mana. Dia merasa ada yang aneh di dalam hatinya, saat para sahabat nya itu membahas Anes.

"Mereka bener juga. Anes cantik. Eh, manis deh" Ucap Vano. Tanpa dia sadari bibir nya membentuk sebuah lengkungan kecil.

Vano menikmati rokok dan angin yang menerpa wajahnya. Rokok dan tempat yang sunyi adalah hal bisa membuat Vano tenang.

Semenjak kejadian satu tahun yang lalu juga, Vano mulai menjadi perokok berat.
Kejadian satu tahun yang lalu mngubah hidup Vano secara drastis.

Dan kini yang ada dipikiran nya hanyalah perkataan sahabat nya itu dan... Anes.

"Apaan sih, No? Kok lo malah mikirin tuh cewek sih?" Tanya Vano pada dirinya sendiri.

Lalu ia merebahkan tubuhnya di bangku panjang, yang memang diletakkan di sana, karena sudah tak terpakai.

Dia mematikan rokok dan membuang rokoknya ke sembarang tempat, lalu memejamkan matanya, dan sekarang ia membayangkan kejadian yang sangat ia benci.

"Maafin Vano mah. Kalau aja Vano gak balapan waktu itu, pasti mama masih ada sampai sekarang" Kata Vano penuh dengan nada penyesalan.

Dia terus menyalahkan atas takdir yang menimpa ia dan keluarganya. Vano masih belum bisa terima atas kepergian mama nya.

Vano kembali merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya. Rasanya dia ingin tidur untuk menghilangkan bebannya.

"Woii, No!" Panggil Kenan. Vano yang terkejut langsung melonjak dan berganti posisi menjadi duduk.

"Setan lo! Ngagetin aja" Kata Vano kesal.

"Lagian lo kesini gak bilang-bilang" Jawab Kenan.

"Lo abis sebat lagi, No? Tanya Devano, yang melihat puntung rokok.

" Iya. Kenapa?"

"Lo jangan kayak gini lah, No. Lo ga inget pesen mama lo? Kalau lo kayak gini terus, mama lo pasti sedih, No" Kata Devano. Sebelum mama Vano meninggal, beliau sempat berpesan agar Vano tidak menjadi perokok, karena mama nya meninggal karena penyakit paru-paru dan salah satu faktor.

"Hm" Jawab Vano.

"Susah dibilangin lo, No" Kata Kenan.

"Bodo"

"Kok lo pada kesini? Bukannya udah bel?" Tanya Vano.

"Belum, lima menit lagi" Jawab Devano.

"Yauda, gausah masuk. Bolos kuy" Ajak Vano.

"Kuy lahh" Kata Kenan setuju.

"Yaudah, gue ikut aja" Lanjut Devano.

💫

Pelajaran di kelas XI IPS-2 berlangsung. Bu Tutiek---gurusejarah--- sudah masuk sebelum bel akhir istirahat berbunyi, dan hal ini membuat kelas XI IPS-2 masuk dalam keadaan hening. Namun sejak tadi Bu Tutiek merasa ada yang ganjal.

"Adinda, coba bawa buku absensi ke sini" Pinta Bu Tutiek kepada Adinda---ketuakelas XI IPS-3---

"Oke, bu" Kata Adinda.

Bu Tutiek menerima buku absensi dari tangan Adinda dan langsung mengecek daftar hadir hari ini.

"Vano, Kenan, Devano? Di sini mereka tertulis hadir, tapi kenapa tidak keliatan dari tadi? Biasanya Kenan ngoceh mulu, kok sekarang tidak ada suaranya?" Tanya Bu Tutiek.

"Bolos lah bu, kemana lagi mereka kalo bukan bolos?" Sahut Jery.

"Bolos terus itu anak, padahal dulu gak kayak gini. Yasudah kalian kerjakan dulu tugas yang ibu kasih tadi, saya mau cari mereka bertiga dulu. Adinda tetap jaga ketenangan kelas!" Perintah Bu Tutiek.

"Siap, bu" Kata Adinda

💫

Bu Tutiek berjalan menyusuri koridor kelas XI dan kekebetulan Anes lewat berlawan arah dengan Bu Tutiek.

"Aneska" Panggil Bu Tutiek.

"Ada apa, Bu?" Tanya Anes sambil menghampiri Bu Tutiek.

"Kamu tolong cari Vano dan teman-temannya itu. Kalau tidak di kantin pasti di rooftop, lalu kamu ajak mereka menemui saya di kelas XI IPS-3" Tutur Bu Tutiek.

Deg..
Anes merasa ada yang aneh di dalam dirinya dan juga perasaannya. Ada rasa bahagia namun ada juga rasa takut.

"Anes.." Panggil Bu Tutiek.

"Eh.. Iya Bu, saya cari Vano dulu ya Bu" Pamit Anes.

Lalu Bu Tutiek pergi meninggalkan Anes yang masih berdiri mematung di tempat nya.

"Haduhh.. Gimana kalo Vano nolak? Bisa malu abis gue. Udah lah cari dulu, kena omel ntar gue" Kata Anes.

Lalu Anes berjalan menuju kantin untuk mencari Vano dan teman-temannya.

Setibanya di kantin Anes menengok ke kanan dan ke kiri, namun dia sama sekali tidak menemukan keberadaan Vano.

"Ya ampun, berarti gue harus ke rooftop dong?!" Tanya Anes pada diri nya sendiri.

"Males banget, tapi bisa ketemu Vano juga. Gak papa deh, demi Vano" Lanjut Anes.

Anes berjalan menuju rooftop. Saat ia hendak membuka pintu rooftop, Anes kehilangan keseimbangan nya dan membuat nya hampir terjatuh jika saja seseorang tidak menarik tangannya.

"Hfft.. Hfft.. Hfft.. Hampir aja gue jatuh" Kata Anes sambil mengatur nafasnya.

"Makas--" Ucapan Anes terpotong saat melihat siapa yang menolongnya tadi.
___________________________________________
Alloha! Cieee digantung:) semoga suka sama part ini, baca terus AnesKa.

VOTE AND COMMENT 🙌!

AnesKaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang