-TIGA-

24 6 2
                                    

Anes sangat terkejut saat melihat siapa yang baru menolongnya. Vano. Cowok itu yang telah menolong Anes.

"Eh, Va-vano ma-makasi ya lo uda nolongin gue, coba lo ga nolongin mungkin gue tinggal nama doang kali" Kata Anes sembari menyengir.

"Ya" Jawab Vano dingin dan tatapannya lurus menatap mata Anes, sehingga Anes menjadi gugup.

"Lo mau ngapain ke sini?" Tanya Vano.

"Eh.. I-itu, anu..." Jawab Anes gugup.

"Anu apa? Ngomong yang bener si!" Kata Vano tak sabar.

"Lo dicari sama Bu Tutiek di kelas lo" Jawab Anes yang menundukkan kepalanya.

"Udah?" Tanya Vano lagi.

"Eh? Udah"

"Yaudah sana pergi" Kata Vano, lalu berjalan meninggalkan Anes.

"Tapi kan lo dicari Bu Tutiek"

"Nanti gwa nyusul"

"Tapi kata--" Kata-kata Anes terputus.

"Tapi apa lagi sih?!! Kebanyakan bacot lo, kalo suka sama gue gak gini caranya, gue jijik tau gak?! Udah pergi sana, gue pasti bakal nyusul, gue bukan maling yang main kabur aja! Paham lo?!" Kata Vano, dengan nada membentak. Anes kembali menundukkan kepalanya, kali ini lebih dalam. Ia merasa takut, karena ia belum pernah dibentak seperti ini oleh orang yang tidak memiliki hubungan apapun dengannya.

"Jadi orang terlalu tolol si lo! Gak punya harga diri, dimana-mana cowok yang ngejar cewek, cihh ini malah cewek. Murah!"

Anes merasakan sesak menjalar pada dadanya, matanya pun mulai terasa panas dan cairan bening itu sudah siap tumpah jika Anes mengedipkan matanya.

"Iya, gue bakal pergi kok. Tapi harus ya lo keluarin kata-kata kasar lo?" Tanya Anes dengan suara serak. Kenan dan Devano yang melihat kejadian itu menghampiri mereka.

"Hffftt" Vano membuang nafasnya kasar.

"No, tenang No" Kata Devano mencoba menenangkan Vano. Sedangkan Kenan menghampiri Anes.

"Sorry ya, Nes. Jangan masukin ke hati, sekarang lo balik aja ke kelas, nanti kita bakal nemuin Bu Tutiek" Tutur Kenan secara halus sambil mengelus pundak Anes. Anes hanya menanggapi dengan anggukan.

💫

Anes berlari sekencang mungkin supaya air matanya jatuh saat ia tiba di toilet. Dadanya begitu sesak.

"Hiks... Hiks... Segitunya ya Vano gak suka sama gue, sampe dia bentak gue, hiks..." Kata Anes disela tangisnya, kini dia sedang berada di toilet.

"Ekhemm... Ada yang sedih nih" Sebuah kalimat yang berhasil membuat Anes mendongakkan kepalanya dan hampir saja dia terjungkal ke belakang saat melihat siapa yang berbicara.

"Kenapa? Kaget ya?" Tanya Allana. Ya, cewek itu Allana, mantan pacar Vano.

"Makanya jadi cewek tuh jangan kecentilan, udah tau Vano gak suka sama lo masih aja di kejar. Dasar gatel" Kata Allana menusuk.

"Eh, lo kalo gak tau apa-apa mending diem aja! Ngaca dulu sebelum ngomong, udah jadi mantan aja gak tau diri!" Jawab Anes sambil menghapus air matanya kasar.

"What?! Lo ngomong apa barusan?! Lo nantangin gue?! Eh cabe, punya mulut tuh dijaga!" Kata Allana tak terima.

"Gue cabe? Ck... Kalo gue cabe, lo apa dong? Ratunya cabe?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AnesKaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang