Selamat Sentosa

212 19 74
                                    

"Assalamualaikum."

Adoy melirik sebentar ke arah pintu rumah yang baru saja terbuka lalu kembali menatap laptopnya, "udah bang?"

"Jawab dulu salamnya," Teryl menjitak pelan kepala adik tingkatnya itu pakai kunci mobil lalu berjalan ke dispenser untuk mengambil air minum, yang dijitak langsung meringis dan mengusap kepalanya sendiri.

"Iye iye waalaikumsalam. Gimana? Udah?"

"Udah. Aman. Selamat sentosa sampai di rumah."

"Lah?? Lo nganternya ke rumahnya bang?" Adoy kini menengok sepenuhnya.

"Eh, kosan kosan," ralat Teryl.

"Anjir siyok guaaa," sungut Adoy selepas menghela napas kasar. "Kirain tu anak mabok-mabok lu bawa pulang anjir, pala gua nanti yang ditebas sama emaknya."

Teryl yang sedang meneguk minumnya hampir tersedak, lalu terkekeh, "tapi gak mabok kok temen lu."

"Oiya? Tumben."

Teryl mengangguk sambil menaruh gelasnya di meja makan lalu berjalan menghampiri Adoy, melihat sekilas pekerjaan anak itu di laptop lalu merebahkan tubuhnya di sofa tempat Adoy bersandar.

Mereka sedang berada di rumah kontrakan ALSA. Tadi Adoy minta tolong Teryl untuk menjemput Tyas karena dia masih ada kerjaan ngedit video, kebetulan malam itu Teryl menginap di sana karena terlalu malam untuk pulang ke rumah setelah skripsian.

"Sepi amat Doy? Pada tidur?"

"Sepi lah orang kaga ada orang. Jo udah balik, Mark ke kontrakannya siapa gitu ngurusin moot court*," jelas Adoy.

Teryl mengangguk kecil, "Arin balik juga?"

"Iye, dianter balik sama Mark, katanya khawatir kalo Arin beduaan doang sama gua. Kurang ajar emang."

Teryl tergelak mendengar jawaban Adoy. Emang tadi waktu Teryl ninggalin kontrakan untuk menjemput Tyas, hanya ada empat orang itu yang tersisa. Mungkin karena Arin perempuan sendiri jadi lebih baik diantar kembali ke kosannya.



"Mobil Joni lu bawa bang?" tanya Adoy saat kunci mobil itu diletakkan di samping laptopnya.

"Iya, tadi kata Tyas bawa aja, ntar Joni yang ngambil atau lo yang anter."

Adoy mengangguk, "Joni lu pulangin ke apartnya kan? Tasha turun di kosan Tyas apa apart Joni?"

"Tasha turun di Apart Joni soalnya kata Tyas biasanya juga gitu. Gimana?"

"Iya, bener kok. Nanya aja gue memastikan. Thank you ya bang."

Adoy kembali diam dan fokus sepenuhnya pada video yang sedang ia pause berulang-ulang, memastikan semua sudah pas sebelum dirender dan tidak bisa diedit lagi.

Keheningan itu juga membuat Teryl tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Ia memikirkan bagaimana bisa dalam kurang dari seminggu, dia udah bertemu Tyas sampai sebanyak tiga kali, dengan cara yang tidak terduga pula.

Sebenernya untuk pertemuan yang ketiga ini dia udah tau sih kalo bakal ketemu Tyas, tapi dia nggak tau kalo ketemunya bakalan di tempat kayak gitu. Dia kan tadi asal aja naik ojek yang udah dipesenin sama Adoy, mana masih setengah sadar karena dibangunin pas lagi pules-pulesnya, untung selamat sampe rumah.

"Tadi Tasha ama Joni mabok bang? Gak usah ditanya lah ya, pasti mabok." Adoy nanya sendiri jawab sendiri, Teryl mengangguk aja.

Pernyataan Adoy bikin Teryl kebayang lagi gimana Tyas jalan ke parkiran sambil digelendotin dua manusia yang udah segede bagong karena kesadarannya nggak ada. Apa lagi Joni, itu Tyas ada kali tingginya cuma se-dada Joni, sama Teryl yang itungannya nggak tinggi aja dia cuma se-pundak lebih dikit.

Degene • [Moon Taeil]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang