CAPTHER 1
"Hidup itu keras!"
***Di bawah langit abu-abu, seorang gadis dengan rambut coklat sebahu terlihat sedang menunggu di pemberhentian bus di kotanya. Mata coklat semu, terhias indah saat beberapa ulasan senyum terlontar kepada orang orang yang berlalu lalang di depannya saling menyapa satu sama lain. Meski sekarang bukan jam kerja ataupun pulang kantor namun jalanan cukup ramai seperti biasanya. Suara klakson khas bus membangkitkan duduk manis gadis itu. Aini Rachel, begitulah ia dikenal.
"Saya duluan kek" seulas senyum Aini kepada seorang Kakek tua yang sama sedang menunggu bus seperti aini.
Hari ini adalah hari dimana seharusnya Aini menggunakan pakaian seperti orang Gila karena hari ini adalah masa ospek mahasiswa baru. Namun ada yang berbeda dengan Aini, Aini memilih bekerja dibanding melanjutkan sekolahnya. Ia tak pernah iri melihat semua saudaranya yang telah sukses dan selalu tampil mewah. Ia benci dikekang apalagi dipaska untuk melakukan hal yang tidak ia suka. Selama ia hidup hingga kini, ia telah banyak menurut, tapi umpatan dan hinaan selalu ia dapatkan bahkan dari orang tuanya sendiri.
Sabar memiliki batas. Aini memutuskan untuk tinggal jauh dari tempat asalnya, diam diam ia pergi untuk mencari kehidupannya sendiri. Senyum sinis Aini selalu muncul saat beberapa ingatannya mencelos masalalunya. Ia tidak merindukan keluarganya samasekali, jangankan rindu memikirknnya saja Aini merasa jengah.
***
Aini pergi meninggalkan segalanya.. Diam diam pergi ke bandara soetta dan pergi ke negara yang paling romantis di dunia katanya."PA..RIS" lirihnya penuh kemenangan.
Aini menghabiskan tabungannya hanya untuk pergi jauh sejauh-jauhnya dari keluarganya. Aini tau ini sebuah kejahatan tapi ia harus melakukannya demi dirinya sendiri.
Tidak senekad itu juga ia pergi tanpa persiapan, pastilah semuanya telah ia rancang begitu juga tempat tinggal di sini. Sewa apartement disini cukup tinggi bahkan hampir setara untuk ngekost di Indonesia selama satu tahun. Tapi yasudahlah, hari ini dipikirkan hari ini, esok dipikirkan esok.
Simpel!!!Setelah check-out dari bandara ia bergegas menuju apartemennya yang tak jauh dari bandara. So,, Aini memilih berjalan kaki karna dari maps yang ia bawa nampak dekat dari posisinya saat ini. Aini juga harus sadar hidup sendiri di negara orang , ia harus irit sepintar mungkin. 10 menit kiranya ia berjalan untuk sampai di apartement nya.
"Ting tong" Suara bel saat aini sampai di depan meja registrasi apartement bercorak putih susu khas bangunan Eropa. Seorang wanita dengan switer coklat menyambutnya dengan ramah.
"Aini Rachel.. " Wanita itu menjelaskan sedikit apartement ini dan menunjukan lantai serta nomor berapa kamar Aini berada.Setelah mengantar Aini hingga kamarnya, wanita itu lantas memberikan sepucuk kartu nama dan bingkisan coklat sebagai hadiah karna telah sukses mencapai rumitnya proses perjalanan.
Aini membuka pintu kamarnya seraya melihat sekeliling apa saja yang ada didalam ruangan itu. Hingga Mata nya kini terfokus pada jendela kaca yang menampakan pemandangan jalan raya serta bangunan artistik yang menghangatkan hatinya.
"Jika ini mimpi, aku tak ingin terbangun untuk selamanya" Gumamnya.
Dering telfon memecahkan lamunan Aini, merogoh tas slempang yang masih ia kenakan dan melihat siapa yang menelepon di jam kerja begini.
"Allo!! Rachel!! Kau sudah di Paris? Kenapa tidak memberi tahu ku?! Bagaimana kabarmu? Aku akan segera ke apartemen mu. Aku bolos kuliah hari ini demi kau!! Kau dengar..??? "
YOU ARE READING
Perangko
FantasySi Gadis kepala batu, begitulah Aini dikenal. Perjalanan yang panjang dimulai dari keinginannya untuk enyah dari tempat tinggalnya. Meninggalkan keluarga yang telah membesarkannya dengan penuh semangat dan ambisi yang gila akan dirinya. Sungguh, Ia...