PROLOG

25 2 0
                                    


Senin.
Hari dimana semua orang malas untuk bangun pagi termasuk murid sekolah karena harus melaksanakan upacara bendera terlebih dahulu, kadang lupa sarapan sampai lupa ganti jadwal pelajaran, belum lagi keadaan jalanan yang bisa macet sewaktu-waktu tanpa di prediksi membuat para pengendara saling mengumpat satu sama lain dengan membunyikan klakson karena takut terlambat, membuat telinga sakit dengan bisingan dan ucapan mereka. Namun itu semua tidak berlaku bagi Yasmin yang biasa bangun pagi dan tidak lupa sarapan, menurut dia disiplin itu penting. Apa jadinya negara kita kalo semua orang malas? Kata-kata ayahnya itu selalu menempel di otak Yasmin saat dirinya dulu yang selalu malas membereskan kamarnya sendiri.

Hari ini Yasmin resmi menginjakan kakinya di sekolah barunya, yang dia tahu semuanya akan dimulai dari nol tentang segala macam hal di sekolah ini dan adaptasi dengan teman baru. Diantar oleh ibu dan adiknya yang masih berumur 3 tahun, Yasmin berjalan menuju ruang kepala sekolah dengan seragam yang terlihat tidak cerah hasil debat semalaman dengan ibunya yang memaksa dia untuk memakai seragam itu dulu.

"Baik Yasmin, silahkan perkenalkan diri kamu ya." Bu Rini mempersilahkan.

"Baik Bu," angguk Yasmin "Selamat pagi semua, perkenalkan nama saya Yasmin Alya Zahra, saya pindahan dari Bandung. Salam kenal." Ucap Yasmin tersenyum.

"Oke Yasmin silahkan kamu duduk di bangku depan Haykal." Bu Rini menunjuk meja bangku kosong di jajaran ketiga. Yasmin duduk dan segera membuka buku catatannya untuk mengikuti dan mencatat setiap yang guru jelaskan.

"Haykal." Cowok itu mengulurkan tangannya ke arah meja depan tempat duduk Yasmin. Yasmin melirik lalu membalas uluran tangan Haykal dan kembali berbalik ke arah papan tulis.

"Baju lu gak ganti ya dari sekolah lu yang dulu, buluk amat." Cowok itu malah cekikikan sendiri. Alhasil membuat darah Yasmin naik, baru masuk sudah ada yang mem-bully nya, apalagi kata-kata itu keluar dari mulut siswa laki-laki yang kebanyakan tidak peduli dengan penampilan orang lain. Padahal tadi dia sudah ingin memakai seragam baru nya tetapi karena ibunya menyuruh memakai seragam yang dulu jadi Yasmin menurut saja, dan ujungnya berakhir dengan bully-an seorang siswa laki-laki bermulut ember.

"Ngomong apa barusan?" Sengit Yasmin tanpa menoleh.

"Masa lu gak denger sih barusan gue bilang baju Lo buluk kaya gak di cuci setahun." Haykal tertawa ngakak yang membuat Bu Rini menegurnya karena tertawa sendiri.

"Haykal, diam kamu. Selalu saja kamu itu berisik, apa yang kamu tertawa kan?" Semprot Bu Rini membuat Haykal minta maaf. Lalu mengumpat pada Yasmin, sedangkan Yasmin diam tak merespon.

Jam istirahat pun berbunyi, semua murid berlarian keluar, ada yang bermain bola, nongkrong, pergi ke kantin atau hanya diam dikelas seperti yang di lakukan Yasmin. Berhubung dia masih murid baru jadi dia belum terlalu hafal setiap sudut sekolah ini, kecuali ruang kepala sekolah maka dari itu dia memilih untuk diam di kelas.

"Siskaaa sayang, kamu cantik deh hari ini. Makin lope-lope deh." Ucap Haykal memuji Siska yang duduk di sebelah Yasmin membuat Siska tersenyum malu. Yasmin yang mendengarnya merasa jijik lalu melirik Haykal dengan tatapan yang sama.

"Apaan lu liat-liat?" Tanya Haykal songong. Yasmin kembali melanjutkan membaca novel kesukaannya yang sudah dia baca berulang-ulang kali.

"Duh yang liat deh, gak novelnya gak yang bacanya sama-sama buluk ya, kaya gak ada yang lain aja." Ucap Haykal dengan nada mengejek.

"Lo gak usah ngeledek orang, muka Lo aja masih pas-pasan buat jadi playboy. Gak cocok gombalan Lo." Yasmin bangkit lalu meninggalkan kelasnya.

"Wooooo kal, berani juga tuh cewek kereen dah." Ucap Bono tepuk tangan. Haykal yang masih terdiam karena malu dengan ucapan Yasmin yang dia anggap benar sebagian, tapi hanya bagian gombalannya saja yang benar yang perlu ditingkatkan lagi, kalo masalah tampang mah Haykal jangan ditanya, paling ganteng se-kamarnya.

***

Yasmin berjalan ke arah taman namun dia bertemu dengan Dimas yang tidak lain adalah pacar sepupu Yasmin, yaitu Oliv. Sebenarnya mereka satu kelas namun Dimas takut murid yang lain merasa salah sangka bila Dimas menyapa Yasmin, dan Yasmin paham akan hal itu. Tapi setelah berpikir kembali Dimas merasa kasihan dengan Yasmin karena tak memiliki teman ngobrol atau sekedar keliling-keliling hanya untuk melihat lingkungan sekolah.

"Ehh Yas, mau kemana Lo?" Tanya Dimas berpapasan.

"Ehh Dim, ini gue mau jalan-jalan aja keliling sekolah sumpek di kelas hehe."

"Mau gue temenin gak?"

"Serius nih? Entar s Oliv marah lagi sama gue. Haha."

"Yaa enggak lah. Sekalian juga Lo kan masih baru biar gue tunjuk2in aja. Gimana?"

"Boleh."

Mereka pun berjalan bersama di koridor sekolah sambil sesekali tertawa dengan obrolan tentang pertama Dimas dan Oliv bertemu berkat comblangan Yasmin karena dulu mereka satu SMP sebelum Yasmin pindah ke Bandung.

Dimas mulai menunjukkan beberapa ruangan yang penting di sekolah dari mulai ruang OSIS sampe ruangan serba guna yaitu Aula.

"Lo dari dulu masih sama ya Dim, aktif di lingkungan sekolah." Yasmin tersenyum sambil berjalan ke dalam Aula.

"Haha tau aja Lo, ya selama itu hal yang positif sih menurut gue itu sah-sah aja, asal jangan aktif disekolah karena nakalnya." Cengir Dimas. Yasmin menganggukan kepala tanda setuju.

"Jangan kaya anak cowok di kelas tadi tuh yang bikin kesel orang." Yasmin duduk di kursi dekat jendela.

"Haykal maksud lo?" Dimas menebak dengan tepat. "Dia emang begitu orangnya kalo ngomong asal nyeplos, apa yang dia pikirin yang langsung dia omongin, tapi bagus sih dia tuh lebih suka ngomong di depan dari pada di belakang, dia gak mau dibilang munafik dan so basa-basi." Jelas Dimas panjang lebar. Yasmin hanya melihat dengan tatapan datar dan membuat Dimas serba salah.

"Ehh sorry..kok gue jadi promoin dia ya haha." Dimas tertawa garing.

"Hmm.. segitu sayangnya sama temen lo itu ya? Haha, udah yuk ahh ke kantin aja gue laper." Yasmin menepuk pundak Dimas.

***

"Ehh Mimin, ketemu lagi kita." Haykal menyapa dengan tatapan menggoda dan merangkul bahu Yasmin sedangkan yang di rangkul memutar mata malas dan melepaskan tangannya yang so akrab.

"Loh Dim, kok lu bareng dia? Lu emang udah kenalan sama si Mimin?"

"Mimin siape? Nama dia bukan Mimin, dia teman SMP gue dulu." Dimas menjitak kepala Haykal.

"Ooooooooooh CLBK ya? Hahaa," Haykal mulai tengil "lagian siapa sih nama Lo? Miiin yamin ya?" Haykal mencoba mengingat sambil menujuk Yasmin.

"Yasmin." Ucap Yasmin menyingkirkan tangan Haykal di depan wajahnya dengan tatapan sebal.

Dimas melihat keduanya dengan senyuman yang mengembang dia tahu pada siapa dia minta tolong untuk menemani Yasmin saat dia tidak bisa selalu ada saat di sekolah.


###
Tadaaaaaaaaa cerita kedua yang bikinnya deg2an karena takut salah karena ini tentang kisah seseorang. 😄😄

Semoga suka.. happy reading guys , love 😘😘

Melati yang TertinggiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang