Pagi

105 5 2
                                    

Jingga masih kebingungan soal kejadian waktu itu ia berfikir apakah ana masih mencintainya dengan teramat,tapi apapun yang terjadi nantinya jingga siap.siap untuk terjatuh atau juga siap untuk tersenyum luluh.

Ana pergi kerumah jingga.seperti biasa,ana membawakan roti untuk jingga,jingga masih sibuk menuliskan sesuatu yang sampai sekarang pun ana diharamkan untuk melihatnya

"Kamu lagi nulis apa sih?aku kepo banget"tanya ana penasaran

"Jangan kepo ih,pokoknya kamu bakal tau"ujarnya

Lalu ana memikirkan apa yang sedang di tulis oleh lelakinya itu.
Sampai sekarang ana masih bingung dengan dimensi cinta yang sedang di alaminya sekarang,ia masih sibuk dengan kuliahnya nanti atau pekerjaannya kelak.
Tetapi ia sama sekali tidak mau mengecewakan jingga,jingga yang telah sepenuh raga mencintai ana,apa dengan segitu mudahnya ia selesaikan apa yang telah mereka buat

2 hari kemudian,ana meminta jingga pergi kerumahnya,ia bilang ada yang ingin dibicarakan.jingga bingung,ia berfikir apakah ia membuat kesalahan atau tidak.
Jingga beranjak pergi menggunakan vespa tuanya dengan cepat menuju rumah ana.
Sesampainya disana ia mengetuk pintu
Lalu ana keluar dengan menangis,matanya yang lebam karna terlalu banyak menangis

"Jingga aku minta maaf,aku tidak ingin mengecewakanmu tapi aku tidak bisa bersamamu,aku masih mempunyai mimpi yang harus kukejar.aku mencintaimu sangat jingga,sangat mencintaimu."katanya sambil menangis

"Ana,kamu kenapa?jujur sama aku,kamu kenapa?kenapa ana?"tanya jingga keras

"Aku tidak bisa bersamamu jingga,aku tidak bisa,aku ini gelap untukmu yang selalu terang,"

Lalu jingga mendekap raga ana dengan sangat kencang.

"Ana,aku mencintaimu.aku mencintaimu dengan sangat teramat,kata siapa kamu gelap?siapa yang bilang?"

"Aku hanya berfikir seperti itu,aku tidak cocok bersamamu"

"Ana.."panggilnya

"Ada apa?"ujar ana

"Jangan pernah berfikir seperti itu,jangan pernah berfikir kamu adalah malam,ana lihat mataku,lihat mataku."

Lalu mata mereka saling menatap ada debar didada yang tak dapat diberhentikan

"Ana,kamu selalu pagi dimataku sayang,kamu selalu pagi"ujarnya

Lalu ana memeluknya dengan sangat kencang
Tangan mereka saling bergenggaman
Dengan rasa yang saling beradu

"Jika ini memang takdir-Mu
Aku mohon,aku ingin bersama dia selalu
Suka dan duka aku yang menata
Tapi aku mohon kepadamu
Jadikan ia takdirku wahai pembolak-balik rasa"
Harap jingga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEGALA RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang