"Biarkan aku menjadi seperti orang yang menenun kain di hutan yang sangat tersembunyi. Biarkan aku tahu prosesi-prosesi roh dalam tubuh. Biarkan setiap bulan purnama menemukanku yang tengah melihat ke atas pohon yang ditarik menuju langit yang cerah. Bahwa aku dapat membelai bunga liar dan menutup mereka dengan tanganku. Bahwa aku dapat membebaskan kumbang dan serangga dari jerat laba-laba. Biarkan aku tahu bahwa sebagai kucing, aku berkubang dalam darah dan tulang. Biarkan aku berbicara tentang kegembiraan dan rasa sakit. Dalam lagu-lagu yang terdengar seperti aroma rosemary. Seperti rumput kuat di padang. Biarkan aku mendekti hutan dan lingkaran batu. Biarkan pintuku terbuka bagi mereka yang diam di luar kesombongan dan ketidakadilan. Bahwa mereka yang tidak pernah pergi dengan bertelanjang kaki tidak dapat menemukan jalan dan dapat melukai pintuku. Tersesat di perjalanan. Biarkan mereka kembali. Bahwa aku duduk di samping api di musim dingin dan melihat api bersinar untuk apapun yang datang. Biarkan aku memiliki kotak kayu sederhana tempat dimana aku tinggal seperti hutan. Biarkan ada jalan, sumur, pohon dan hutan, hewan dan burung, semua yang aku kenal. Biarkan kehadiranku mengubah dunia tidak lebih atau kurang dari pukulan angin musim dingin. Jadi aku membuang pakaianku. Beritahu aku bahwa aku tidak punya pilihan. Bahwa aku membuat pilihan yang sama setiap hari."
Lewat tengah malam, Roseline membuka kelopak matanya yang tertutup, berpura-pura terlelap. Ia kemudian duduk di tepi ranjang dan segera beranjak dari duduknya untuk mencari kaus tangan serta jubahnya yang wajib ia kenakan ketika pergi.
Dengan tenang, gadis itu memakai jubah dan kaus tangan musim dinginnya. Roseline kemudian berjalan keluar dari kamar dan menutup pintu di belakangnya. Namun tanpa gadis itu sadari, Aileen yang masih berbaring di ranjangnya terbangun. Ia mengamati lekat-lekat bayangan yang melesat keluar dari ruangan temram itu.
Aileen bergegas mengikutinya meski tubuh rampingnya diliputi rasa takut yang amat mendalam.
Kembali kepada Roseline, gadis cantik berjubah hitam yang amat kontras dengan kulit sepucat rembulan itu berjalan dengan anggun menuju pintu hutan di belakang kastilguna menemui Niel, seperti yang telah ia janjikan.
Ia berjalan melewati salju-salju putih yang turun dari atas langit. Gumpalan salju terjatuh di atas rambut coklatnya yang tergerai indah. Ia berjalan menuruni bukit dengan hati-hati agar tidak terjatuh.
Dari kejauhan tampak seorang pria tinggi berdiri di samping kuda hitam yang pernah Roseline tunggangi bersama pria itu.
Roseline berjalan mendekatinya. Pria itu tersenyum ke arah Roseline.
"Maaf jika kau cukup lama menunggu." Ucap Roseline ketika ia sampai di depan Niel.
"Tidak masalah. Aku hanya ingin mengingatkanmu bahwa besok malam adalah purnama penuh, jika kau lupa." Pria yang memakai mantel tebal itu berkata dengan kedua lengan yang dimasukkan ke saku celana.
"Aku tidak akan lupa. Besok malam adalah hari yang penting untukku."
"Bagaimana dengan ketiga gadis itu?"
"Mereka aman. Besok malam kau datanglah ke tempat ini dan bantu aku membawa ketiga gadis itu. Satu lagi, usahakan jangan sampai pihak kastil memergokimu, terutama James." Roseline menimpali.
"Itu memang tugasku, Katalina. Ah aku sudah mengumpulkan pasukan untuk mempermudahkanmu menjalankan ritualnya. Dan jangan lupa, Katalina, jaga belatimu baik-baik kareana jika kau kehilangan belati itu maka rencana pembangkitanmu akan gagal dan Margaretha tidak akan pernah bisa kau temui." Peringat Niel.
"Aku mengerti."
Dari kejauhan, Aileen bersembunyi di balik semak yang tinggal ranting dalam kegelapan malam, "Pembangkitan? Apa maksudnya?" Ia bertanya entah pada siapa, "Mereka juga membawa nama James. Oh, jangan bilang gadis yang Roseline maksud adalah kami." Mata Aileen melotot ketika otaknya membawa ia ke pemikiran itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Schatten In Der Dunkelheit
FantasyEmpat orang gadis yang dipertemukan oleh pertentangan takdir. Dalam naungan sang penguasa malam, kisah romansa yang tak seharusnya terjadi. Dendam yang tak berujung. Keluarga yang bagaikan neraka. Serta takdir yang tak dapat ditolak. Perbedaan latar...