Dia, Jarak, dan Waktu

1.2K 51 6
                                    

23.23 WIB

Ddrrttttt

1 new message
Iqbal P

"Hai. I miss you.."

Nafas ku sedikit tercekat membaca pesan singkatnya. Ya, kupikir pesan ini cukup singkat setelah 2 bulan lamanya kami tidak saling berkomunikasi. Entah bagaimana awalnya, hingga akhirnya aku dan dia berakhir dengan seperti ini.

Iqbal Pradipa. Dia bukan kekasih ku, tapi entah mengapa aku menyukai semua hal tentang nya. Dia selalu bisa membuat ku tersenyum, bahkan membuat ku tertawa ketika ku menangis. Seakan dia sosok yang dapat memutarbalikan dunia ku dalam sekejap.

Iqbal adalah salah satu murid di sekolah lama ku.. tapi, sekarang tidak lagi. Dia memutuskan untuk melanjutkan SMA nya di luar negri, awalnya aku tidak berpikir Ia benar2 serius saat mengatakan akan daftar di salah satu sekolah di luar sana. Tapi ternyata dia benar-benar serius, wajah nya sangat gembira saat itu. Saat ia mengatakan, ia telah mendapat beasiswa di United World College (UWC) di USA.

Dan aku? Tentu aku sangat sedih, aku tidak ingin dia pergi sejauh itu tapi aku tak menunjukannya. Saat itu kami masih sering berkomunikasi.. sebatas chatting atau videocall.

-----

"Hai.. Kamu apa kabar?"

"Baik. Kamu? Baik? Maaf aku baru chat km lagi. :)"

"Gppa, its ok. :) Aku baik."

"Hm, kata Omara km pindah sekolah sha? Kok ga cerita?"

Omara, salah satu teman dekat Iqbal di sekolah ku yang lama.

"Oh iya, sudah 1minggu. Mama putusin untuk pindah ke Jakarta biar bisa bareng ka Kevin. Aku mau chat km dr sebelum pindah, tapi aku takut ganggu km. Jadi, aku urungkan niat ku. Skrg jg km udh tau kan. :)"

"Km ga pernah ganggu aku, sha. Anytime."

"Masa? Baaal. Aku cukup peka dengan km ga balas beberapa chat ku di bulan lalu. Dan km sendiri juga ga pernah kan memulai untuk chat aku? Ok baru skrg km chat aku.. setelah 2 bulan km diemin aku."

"Iya, aku waktu itu lagi banyak tugas sha. Sorry. Aku ga bermaksud untuk diemin km selama ini. Please sha, aku kangen sm kamu. Bisakah kita ngobrolin hal yang bikin kita happy?"

"Kamu egois, baal."

"Sha, aku harus gimana? Mau videocall?"

"Sorry, Aku ngantuk. Aku mau tidur. Goodnight."

"Goodnight sha, sorry sha aku ga bisa ada disana untuk kamu. I really really miss you, sha."

-----

Ternyata jarak dan waktu tidak mendukung kami. Begitulah, di setiap kali kami chatting aku sempat mengeluarkan uneg-uneg di hatiku, tapi hal itu ternyata malah membuat kami cekcok dan bertambah jauh.

Hatiku seakan seperti bom waktu, yang entah kapan pun bisa meledak begitu saja. Rindu ini terlalu menyiksa ku. Apa aku terlalu berlebihan?
Jujur aku sedikit menyesal harus mengakhiri chatting itu dengan perasaan seperti ini. Ah, rasanya sungguh memuakkan.

Sangat banyak hal yang ingin ku ceritakan padanya.. aku juga ingin bertanya banyak hal tentang dirinya yang berada jauh disana.

Tapi entah kenapa aku tidak bisa terima saat Ia meminta untuk dimengerti ttg kegiatan sekolahnya sampai-sampai harus mendiamkan aku selama 2 bulan. Sementara, aku disini juga ingin dimengerti.. aku hanya ingin dia setidaknya bisa memberiku kabar sesekali tapi dia tidak melakukannya.

Sungguh,
Aku rindu masa-masa bersama mu.
Aku rindu kamu.

VaneshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang