Kita sama2 tau seberapa dalam TUhan menerka duka
Disaat senjakala menyingsing di sepertiga malam, disaat semua manusia menangis kesakitan di ujung savana. Disaat mata2 telanjang menertawai mata yang rabun.
Kau dan aku adalah kepingan tangis. Sisa jeritan surga yang lupa didiamkan, semua berlalu. Aku kini menulis cerita baru di saat mata seorang tuli mulai lelap beristirah, cinta yang serupa iblis mengajakku terlelap ke neraka, membutakan mata meniti surga. Aku terjatuh TUHAN, saat sayap2 bidadari patah menuju singgasana. Saat altar siap memenggalku.disaksikan ribuan malaikat yang menatapku dari ujung langit, kau dan aku tetap bersenggama tanpa malu. Lalu aku mengunjungi makammu, yang lupa aku ziarahi, menaburkan bunga, menyiram air mata. Ya ? Kau menangis menyesali hidupmu yang begitu rindang. Lalu kita termenung, menuliskan obituari kita masing2. Saling bertatap namun enggan menyapa. Berisik suara2 itu dari dalam kamar sang pelacur, menyayat telingaku seakan nafasnya terengah.mengintip dari jendela kenyataan, kau dan aku tetap bersembunyi di balik ketiak penyesalan.
~terus menangis dari dalam qalbumu, terus menangis !!
Dan tetap ku genggam bau anyir sisa kemarin.
Saat hibat kau ajak berkunjung ke tepian sungai.
Lalu kau menceritakan tentang kematian.
Aku terlelap ketakutan, seakan purnamamu mengajakku pulang. Mengajakku dalam.diam menuju keterasingan.
Ahhhhhhhh TUHAN semua begitu asing diperlihatkan
Mataku yang buta enggan menyapanya. Sungguh aku enggan menyapa