Ping.
Layar komputer memunculkan sebuah pesan. Bukan, bukan pesan dari Yahoo Messenger ataupun friendster. Tapi dari program komputer, Rania membalikkan badannya melihat kearah deretan IT yang sedang bekerja, disana Mas Kahfi nyengir lebar ketauan hanya dalam sepersekian detik.
Belum juga sempat merespon, tiba-tiba Mr. Tom sudah berdiri disampingnya. For your information, Mr. Tom adalah General Manager tempatnya bekerja. Walau pekerjaan Rania direct report Ke president direktur, Rania sesekali masih berkomunikasi dengan Mr. Tom, terutama saat Mr. Tom mencari bocoran tentang mood Mr. Vincent hari itu.
"Rani, kerjaan kamu lagi sibuk banget enggak?"
Mr. Tom melirik ke tumpukan dokumen diatas meja Rani, Purchase Request, Purchae Order, invoice, faktur pajak, surat jalan, quotation..."Okay! Saya rasa kamu ga masalah bukan untuk ditambah pekerjaan baru?" Mr. Tom menyimpulkan secepat kilat sebelum Rani menjawab melihat gelagat gadis itu sudah akan mengeluarkan jurus penolakan dari raut wajahnya.
Rani belum menjawab, kesenyapan menggantung di udara. Mr. Tom cengengesan dan langsung memberi kesimpulan
"Okay.. saya anggap kamu oke ya""Tapi.."
"Oh ini pekerjaan mudah kok, kalau jam kerja kamu ga cukup, lembur ga masalah kok. Kamu suka lembur khan? Hahahaha"
Rani di skak mat. Siapa sih yang tidak suka lembur, hahahaha. Kini, suara tawa Rani yang menggema di alam fikirannya. Mengingat kini aturan lembur sangat diperketat dan lembur berarti akan ada tambahan uang yang cukup lumayan bagi Rani untuk membantu keluarganya.
"Okayy.. ayo ke ruang meeting, saya mau kenalin partner kamu buat build sistem baru, lets go"
Tiba di ruang meeting yang sama dengan kemarin, duduk disana menghadap laptop, seorang laki-laki berkemeja putih bersih dengan celana hitam berpantofel, melambaikan tangannya ke udara menyapa kedatangan mereka.
"Okayyy... " Rania tidak mampu mendengar kelanjutan kata-kata Mr. Okay, maaf, Mr. Tom maksudnya.
Rania terpana melihat bagaimana seorang lelaki bisa sedemikian memancarkan karisma. Cara bicaranya lembut dan bersungguh-sungguh dengan lawan bicaranya, gerakannya seperti diatur dengan seksama tapi tidak kaku dan berlebihan, dan saat tatapan matanya beralih kepadanya, Rania menyadari bahwa lelaki itu pemilik senyuman dan tatapan mata teduh.
"Kenalkan, saya Enrico. Panggil saya Rico" Tangannya menjabat lembut tangan Rania.
Sumpah demi letak geografis indonesia yang dilewati jalur gempa tektonik, dada Rania lebih bergemuruh daripada guncangan manapun!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cross Road
RomanceApakah cinta itu? Apakah ia mengenali kebenaran? Sanggupkah ia menembus perbedaan?