Part 8

792 60 0
                                    

Justin memandang punggung Bella yang semakin menjauh. Justin bukannya tidak tahu kalau wanita berambut hitam kecokelatan itu tengah kedinginan. Setiap kali angin berhembus, Justin dapat melihat bahwa bahu dan jemari gadis itu yang mengerut bergetar, meskipun dengan gerakan tidak kentara. Dia sendiri bingung dengan segala tingkah laku Bella begitu defensif kepadanya. Pemuda itu sendiri tidak menampik bahwa dia memang sangat tertarik pada Bella begitu melihat gadis itu untuk pertama kali di hari pertama masuk sekolah. Justin langsung mencatat nama Bella di lembar belakang buku tulisnya begitu wali kelas mereka mengabsen nama Bella. Anabella Clarissa Winston. Mata biru cerah Bella mengingatkannya pada seseorang yang kini hanya tinggal dalam kenangannya. Cinta pertamanya. Gadis kecil yang memiliki mata seterang mata Bella, dan senyuman yang manis, meskipun dengan beberapa gigi yang telah tanggal khas anak sekolah dasar. Namun perlakuan Bella yang sangat memusuhinya membuatnya tidak punya pilihan lain selain membalas perlakuan tidak jelas gadis itu. 

“Apa yang terjadi denganmu dan Bella, Just? Mengapa bajumu basah kuyup begitu?” tanya Cody yang tiba-tiba saja telah berada di sebelahnya. Justin menghela nafas, 

“Bella, apa dia pernah membenci orang lain seperti dia membenciku?” ujar Justin dengan suara lemahnya. 

“Hah? Yang kulihat sih seperti itu. dia hanya bersikap begitu kepadamu. Buktinya, dia baik-baik saja kepadaku ataupun Chace, atau bahkan Skandar yang baru dikenalnya,” terang Cody. Alis Justin bertaut. 

“Skandar?” tanya Justin, seolah dia belum pernah mendengar nama itu sebelumnya. Cody terkekeh melihat ekspresi Justin. 

“Iya, aduh kau dan Chace benar-benar kurang ajar. Kau dan Chace belum bertemu dengan Grandma Beadles maupun Skandar kan? Skandar itu sepupunya Victoria. Ibu Skandar adalah anak bungsu Grandma Beadles,” jelas Cody. Justin hanya mengangguk-angguk, lantas dia berbalik dan melangkah menjauh tanpa berkata apa-apa kepada Cody yang langsung meneriaki Justin. 
“Mau kemana, Just?” 

“Berganti baju. Apakah kau tidak lihat bajuku yang basah kuyup seperti ini?” tukas Justin sembari memutar bola matanya. Cody terkikik sebelum akhirnya berusaha menyamai langkah Justin. mereka berdua kembali ke bungalow keluarga Beadles yang tidak jauh dari pantai. 

~~~ 

Justin terdiam begitu dia berpapasan dengan Bella dan seorang pria berambut hitam—yang dia duga sebagai Skandar—di pintu masuk bungalow. Bella dan pemuda itu tengah berangkulan dan tertawa dengan akrab. Candaan mereka terhenti begitu mereka berdua melihat Justin. Bella menatap Justin dengan tatapan sinis, yang dibalas Justin dengan pelototan garang. Skandar yang tampaknya mengerti apa yang terjadi langsung mendorong punggung Bella agar gadis itu masuk ke dalam, dengan alasan akan lebih baik jika Bella cepat-cepat mengganti pakaian basahnya dengan pakaian yang kering. Bella menurut dan kini tinggalah Cody, Justin dan Skandar yang berada di ambang pintu masuk bungalow, 

“Err… kau pasti Justin kan? Justin Bieber? Kenalkan, aku Skandar Keynes. Sepupu Victoria,” ujar Skandar sembari mengulurkan tangannya. Justin menatap tangan Skandar yang terulur selama beberapa detik sebelum akhirnya menjabat tangan pemuda tegap berambut hitam tersebut. 

“Well, ya. Aku Justin. senang bertemu denganmu, Skandar. Kau kelihatannya akrab sekali dengan Bella,” ungkap Justin dengan nada sedatar mungkin. Skandar tersenyum, 

“Dia baik. Gadis yang menyenangkan,” 
“Benarkah? Bagiku dia hanyalah gadis sombong yang tidak tahu terimakasih,” sela Justin angkuh. Skandar tersenyum samar. 

“Aku sudah tahu soal cerita permusuhan abadimu dengan Bella,” Ujar Skandar sembari tertawa kering, “Kurasa dia punya alasan khusus untuk membencimu,” 

“Apa? Aku bahkan baru mengenalnya pertama kali ketika kami bertemu di Senior High School yang sama. Jelas-jelas dia yang gila, membenci orang tanpa sebab. Aku bahkan tidak tahu apa salahku,” sahut Justin sedikit kesal. Skandar menepuk bahu Justin. dia benar-benar orang yang karismatik. 

“Entahlah, Justin. kurasa seseorang—terlebih wanita, tidak akan bisa membenci seorang pria tampan sepertimu tanpa suatu alasan yang jelas. iya kan? Aku saja penasaran apa alasan yang membuat Bella begitu membencimu. Padahal, kudengar melalui cerita Vic, kau adalah pangeran yang sangat terkenal di sekolahmu,” balas Skandar. Justin berdecak, 

“Kau harus tahu, kadangkala Victoria begitu berlebihan.” Ujar Justin menyangkal. Skandar dan Cody terkikik begitu mendengar reaksi Justin. mereka baru akan melangkah masuk ketika suara Grandma Beadles yang khas memanggil mereka, 

“Aku, Vic dan Lisa baru saja selesai memasak makan malam,” ujar Grandma Beadles, “Kalian segera bersiap-siaplah untuk turun ke meja makan,” lanjut Grandma Beadles lagi, masih dengan lengkingan suaranya yang terdengar hingga ke beranda depan. 

“Baiklah, Grandma,” balas Skandar, “Grandma memang agak cerewet dan yeah, menyenangkan seperti Victoria. Dia akan terus berteriak tidak jelas seperti itu sampai ada yang menyahut perkataannya. Okay, kalian bisa bersiap-siap, dan kau bisa berganti pakaian Justin. secepat yang kau bisa. Masakan Grandma enak sekali. Apalagi sekarang dia dibantu Lisa dan Vic,” lanjut Skandar. Cody dan Justin mengangguk sebelum akhirnya mereka bertiga masuk ke kamar masing-masing. Bagian bawah bungalow terdiri atas empat kamar besar, begitu pula dengan bagian atas bungalow. Namun demi alasan keakraban, Cody, Chace dan Justin menghuni satu kamar. Begitu pula Lisa, Victoria dan Bella. 

~~~ 

Justin turun ke meja makan sekitar lima belas menit kemudian, bersama Cody dan Chace. Ternyata mereka bertiga termasuk yang terakhir turun ke ruang makan karena begitu mereka masuk ke ruang makan, para gadis termasuk Grandma Beadles dan Skandar telah berada disana. Justin mengambil salah satu tempat di kursi makan, sebisa mungkin tanpa mempedulikan tatapan dingin Bella. Ketika semuanya telah berada di meja makan, Grandma Beadles—yang duduk di kursi paling ujung—tersenyum kepada mereka semua. Benar-benar wanita yang beradab dan kentara sekali kalau dia berasal dari golongan terhormat. 

“Wow, dikelilingi anak-anak muda yang rupawan membuatku merasa dua puluh lima tahun lebih muda,” Grandma Beadles bergurau, “Baiklah, kalian mulailah makan. aku, Lisa dan Vic yang memasak ini semua. Sayang sekali Bella tidak bisa ikut memasak bersamaku,” kata Grandma Beadles menyayangkan, 
“Maaf—” ungkap Bella sambil meringis, 

“Tidak apa-apa kan, Grandma? Tadi aku mengajaknya berjalan-jalan di pantai,” tukas Skandar. Grandma Beadles tertawa, 
“Tentu tidak apa-apa, Skandy. Well, Bella, kau harus waspada pada Skandar. Dia bahkan sudah begitu ingin bertemu denganmu ketika mendengar cerita Victoria. Terbukti kan sekarang kalau dia perlahan mendekatimu,” ledek wanita tua itu lagi. 

“Dengan kata lain, Skandar sedikit naksir kamu, Bella,” jelas Victoria usil. Bella tertunduk sambil tersipu, sementara Justin hanya menunjukkan wajah beku sembari meneguk air minumnya. 

“Sudahlah, Grandma. Jangan buat Bella merasa tidak nyaman,” sergah Skandar. Raut wajah lelaki itu sama sekali tidak berubah merah ataupun apa. Skandar benar-benar pribadi yang amat santai. 

“Baik—baik, lupakan masalah Bella dan Skandar. Apakah kalian sudah menyusun rencana liburan kalian selama disini?” Grandma Beadles mengalihkan pandang pada Victoria. Victoria dan Lisa langsung terkekeh, 

“Tentu, Grandma. By the way, Grandma masih menyimpan kapal yacht kita kan? Aku dan Lisa berencana menggunakannya untuk pergi ke Catalia Island yang berada beberapa mil dari sini besok lusa,” lanjut Victoria, “Tetapi tenang saja, kami tidak akan menginap kok. Kami hanya akan berjemur seharian dan bersenang-senang disana, lantas ketika hari mulai petang, kami akan pulang,” Victoria buru-buru menambahkan. 

“Tentu dong, Vic. Kalau aku membuang yacht itu, ayahmu akan membunuhku,” kata Grandma Beadles bergurau, 

“Catalia Island?” Bella dan Justin menyahut secara serempak, 
“Yep, tidak jauh dari sini. Pulau kecil tanpa penghuni. Kalian akan senang berada disana. Anginnya tidak terlalu kencang, dan pantainya jauh lebih biru daripada yang ada disini. percayalah, kalian akan suka,” jawab Victoria. Justin hanya mengangkat bahu dan tidak membantah sementara Bella hanya terdiam sembari menekuri makanannya. 

~~~ 
Intinya, meskipun Justin dan Bella musuhan, ternyata Justin udah punya rasa buat Bella xD 
Begitu juga dengan Skandar yang mulai suka sama Bella xP 
Gimana dengan perasaan Bella sendiri? 
Lantas bagaimana kelanjutan kisah mereka? 
Temukan jawabannya tetep di notes fb ini :P 
Muchkiss buat yang udah baca dan ninggalin jejak :** 
Follow me on twitter : @renitanozariaa 
Sambel ;;) 

The Way to Your Heart (by Renita Nozaria)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang