Part 15

988 57 0
                                    

Bella memasang earphone di kedua telinganya sembari menghadapi meja di kamarnya bersama Lisa dan Victoria, berkonsentrasi pada layar laptopnya. Yeah, bujukan Skandar dan kata-kata pria itu yang menghibur mampu membuat Bella memutuskan bertahan disini, karena selain tidak enak dengan Grandma Beadles, dia juga akan merepotkan banyak orang jika dia tetap berkeras hati untuk pulang kemarin. Lagipula, tiga hari lagi mereka akan pulang, jadi tidak ada alasan bagi Bella untuk memaksa Victoria ataupun Cody mengantarkannya pulang. Bella menghela nafas panjang sembari membaca baris demi baris kalimat yang tertera di layar laptopnya, seraya salah satu tangannya terulur pada kantung keripik kentang yang berada di sebelah laptop. Keripik kentang, dan bunga adalah satu-satunya hal yang bisa membuat Bella merasa lebih baik, selain menangis sepuasnya. Gadis bermata biru itu telah menangis semalaman kemarin, dan meskipun matanya bengkak seolah baru saja ditinju oleh Mike Tyson, dia merasakan perasaannya telah stabil, tidak seperti dua hari yang lalu. 

“Bella?” tanya seseorang yang tiba-tiba menyembulkan kepalanya di pintu masuk. Bella yang menyadari keberadaan gadis itu lewat sudut matanya pun menoleh, sambil masih mengunyah keripik kentang di mulutnya. 

“Err… Lisa? Ada apa?” tanya Bella, salah satu alisnya terangkat. Lisa tersenyum dan dengan gerakan kikuk yang kentara gadis berambut hitam pekat itu mendekati Bella, berdiri di samping kursi Bella, seraya melirik sekilas layar laptop Bella. Dia sudah bisa menebak apa yang tengah dibaca oleh Bella. Puisi-puisi cinta karya Kahlil Gibran. Sahabatnya yang cantik itu memang begitu terobsesi pada karya-karya penyair asal Lebanon tersebut, dan menurut Lisa itu membuat Bella terlihat begitu melankolis. Lemah dan cengeng. 

“Apa aku mengganggumu?” Lisa bertanya hati-hati, yang dibalas Bella dengan tertawaannya. 

“Tentu tidak, Lisa. Apa yang kau inginkan hm?” 

“Emm… ini tentang Skandar. Kulihat kau dan Skandar cukup dekat. Apakah kau memiliki hubungan yang… yeah, aku tahu ini sangat konyol, tapi apakah kau memiliki hubungan yang spesial dengan Skandar?” 

“Ah?” Bella terkejut sedikit mendengar pertanyaan Lisa yang terkesan dilontarkan dengan begitu hati-hati. Lisa tidak pernah begini sebelumnya. Gadis keturunan Jepang itu merupakan pribadi yang blak-blakan, dan rasanya sungguh aneh jika Lisa bertanya dengan intonasi yang kelewat terjaga seperti ini. apa… Lisa memiliki perasaan pada Skandar? 

“Erm… yeah, aku dan dia cukup dekat. Dia merupakan pribadi yang menyenangkan, dan selalu punya pandangan yang indah akan sesuatu. Skandar sangat pandai menghiburku, dia begitu tahu akan apa yang bisa membuatku merasa senang. Dia benar-benar merupakan seorang… teman yang begitu baik,” ujar Bella menjelaskan. Lisa mengangkat salah satu alis tebalnya, ‘ 

“Teman? Jadi kau tidak punya perasaan apapun kepadanya?” Bella merenung sesaat begitu mendengar perkataan Lisa. Mendengar kata ‘perasaan’ entah kenapa angan Bella terbang kepada Justin. Justin memang sudah menyakitinya, begitu dalam. membuatnya lemah. Namun dalam hatinya Bella masih menyimpan segudang rasa untuk Justin. hanya pemuda itu yang hingga ini tetap berada di dalam hatinya. Skandar memang baik, dan kelakukannya meluluhkan Bella. Ah, entahlah, gadis bermata biru cemerlang itu mendadak jadi ragu akan perasaannya sendiri. 

“Err… aku sudah bilang kalau Skandar itu teman yang begitu baik, dan aku rasa aku tidak punya perasaan lain padanya,” 

“Apa itu artinya kau masih memendam perasaan pada Justin?” pertanyaan Lisa selanjutnya membuat Bella sedikit tercekat. Tubuh gadis itu menegang dan perlahan kelopak matanya melebar. Sepasang iris mata biru cerahnya memandang gadis keturunan Jepang yang berdiri di sebelahnya. 

“Lisa, mengapa kita membicarakan ini semua?” Bella balik bertanya dengan nada sedikit menuntut, yang membuat Lisa berdecak pelan. Helaian rambut hitam yang tebal milik gadis bermata almond itu bergoyang sedikit ketika bahunya bergerak. Lisa menggeleng sembari berusaha membalas tatapan Bella. 

“Tidak, hanya saja… baiklah, aku ingin jujur kepadamu akan satu hal. Kau sahabatku, dan jika aku mengatakannya, maukah kau bersedia untuk tidak marah? Karena sesungguhnya aku…” suara Lisa terputus. 

“Ya?” ujar Bella menunggu, 

“Aku menyukai Justin.” DEG! Jantung Bella seolah berhenti berdetak selama beberapa saat ketika mendengar ucapan Lisa itu. sahabatnya itu menyukai Justin? Bella tertunduk sembari menggigit bibir bawahnya. Entah mengapa ada sesuatu yang menusuk dalam hatinya begitu mendengar pernyataan Lisa tadi. Dia ingin marah, tetapi apakah dia berhak untuk marah disaat dia bahkan tidak ingin Justin di dekatnya? Disaat dia bahkan tidak mampu mengakui perasaannya sendiri. ah, salah. Dia bukannya tidak mampu mengakui perasaannya. Dia hanya takut terluka. Bella hanya takut Justin melukainya lebih parah daripada kejadian terdahulu. Lantas apakah sekarang gadis itu harus marah begitu mendengar Lisa menyukai Justin? ahya, tentu saja tidak akan ada yang bisa mengelak dari pesona Justin. siapapun. 

“Bella, kenapa diam saja? kau marah?” tanya Lisa hati-hati. Bella menghela nafas panjang sebelum akhirnya menatap mata sahabatnya dengan binar yang begitu dipaksakan. 

“Mengapa harus marah? Tentu saja, aku tidak akan marah, Lisa. Kau berhak untuk menyukai Justin. memangnya aku siapanya hingga kau khawatir aku marah padamu?” ujar Bella, sembari tersenyum pahit. Lisa memandang Bella dengan perasaan tidak percaya sebelum akhirnya memeluk sahabatnya itu. 

“Thanks, Bella. Aku harap kau pun bahagia bersama Skandar,” bisik Lisa di bahu Bella. Bella mengerjap sebelum akhirnya melepaskan pelukan mereka berdua. 

“Kenapa harus berterimakasih? Dan hei—bukankah aku sudah bilang kalau aku hanya berteman dengan Skandar? Selamanya akan tetap seperti itu, Lissie sayang,” ujar Bella membantah. Lisa terkikik,

“Well, memangnya kau bisa menebak masa depan?” 

~~~ 

Justin baru saja bangun dari tidurnya, dan begitu dia keluar kamar, aroma sedap di dapur telah menerpa indra penciumannya. Pemuda itu terkekeh sebelum akhirnya melangkah menuju dapur. pasti Grandma Beadles dan para gadis yang telah memasak sepagi ini, batin Justin sembari tersenyum, namun tiba-tiba saja Justin tersentak sedikit begitu dia mengucap ulang ‘para gadis’. Tentu saja Bella termasuk para gadis bukan? Bagaimana jika dia ada di dapur? batin Justin cemas, namun sebelum pemuda itu membatalkan niatnya, sisi hatinya yang lain menambahkan, Aku tidak akan menghindarinya seperti dia menghindariku. Tentu saja tidak, bisik hatinya menguatkan. Justin merapikan rambutnya sedikit lantas melangkah menuju pintu dapur. 

“Pagi semuanyaaa, wow, apa yang sebenarnya kalian masak? Mengapa harumnya begitu mengundang selera seperti ini?!” sapa Justin bersemangat, yang membuat Grandma Beadles terlonjak kaget. Victoria menoleh sekilas kemudian gadis berambut tembaga itu kembali sibuk dengan wajannya yang masih mengepulkan asap. Grandma Beadles yang tengah memotong sayuran di salah satu meja konter bersungut-sungut karena sapaan Justin mengejutkannya. 

“Kemarin Chace dan Cody yang berlaku mengejutkan seperti itu, dan sekarang kau. Bisa-bisa aku mati karena serangan jantung jika terus menerus tinggal dengan kalian,” gerutu Grandma Beadles. Justin terkekeh sembari mengelus pundak wanita tua itu. 

“Wah, jangan marah begitu, Grandma. Aku hanya bercanda. Sebenarnya apa yang kalian masak hari ini?” 

“Nacos,” sahut Victoria riang, “Well, Bella suka sekali masakan ini. akan tetapi dia belum turun juga sejak tadi. Sepertinya dia dan Lisa masih berada di kamar. Kau bisa panggilkan dia?” sambung Victoria sebelum akhirnya kembali mengalihkan pandang pada masakannya. Justin mengangkat bahu sembari meraih salah satu potongan selada yang berada di atas talenan Grandma Beadles, dan mengunyahnya, 

“Kenapa harus aku?” tanyanya polos. 

“Karena para anak lelaki yang lain tidak bisa dimintai tolong, Justin. cody dan Chace masih tidur—seperti kerbau saja! sedangkan Skandar, sepertinya dia sedang sibuk dengan gitarnya. Perlu kau tahu, Skandar tidak bisa diganggu ketika sedang memainkan gitarnya,” 

“Walaupun untuk membangunkan Bella-nya yang tercinta?” Justin menukas dengan sinis, yang dibalas Victoria juga Grandma Beadles dengan tertawaan renyah, 

“Kau bodoh. Bukankah itu artinya aku memberikan kau kesempatan agar kau selangkah lebih maju dari Bella?” senyum Justin mengembang begitu mendengar jawaban Victoria. Victoria benar. tanpa berkata apa-apa lagi, pemuda berambut cokelat keemasan itu melangkah keluar dari dapur dan menapaki tangga menuju lantai dua. Justin hampir tiba pintu kamar Bella ketika samar-samar dia mendengar percakapan antara Bella dan Lisa, dan yang membuatnya tertarik adalah ketika Lisa menyebut-nyebut nama Skandar. Justin merasa penasaran dan memutuskan menguping diam-diam. 

“Emm… ini tentang Skandar. Kulihat kau dan Skandar cukup dekat. Apakah kau memiliki hubungan yang… yeah, aku tahu ini sangat konyol, tapi apakah kau memiliki hubungan yang spesial dengan Skandar?” itu jelas suara Lisa. 

“Ah?” Suara Bella terdengar kaget, namun tidak lama kemudian gadis itu mulai normal kembali 

“Erm… yeah, aku dan dia cukup dekat. Dia merupakan pribadi yang menyenangkan, dan selalu punya pandangan yang indah akan sesuatu. Skandar sangat pandai menghiburku, dia begitu tahu akan apa yang bisa membuatku merasa senang. Dia benar-benar merupakan seorang… “ Justin berdecak dan memutuskan menjauh dari kamar Bella. Tidak. Dia tidak akan sanggup mendengar Bella mengatakan akan kedekatan gadis itu dengan Skandar. Tentu saja tidak. Mungkin benar apa yang diakui gadis itu. mungkin dia memang hanya sekedar masa lalu yang menyakitkan bagi Bella. Apa yang akan dilihat Bella darinya kecuali kata-katanya yang sedingin es di hari terakhir musim gugur delapan setengah tahun yang lalu? Tentu tidak ada. Dia hanya bisa berharap. Terkurung dalam pengharapan yang tidak nyata. Pemuda bermata hazel itu memutuskan pergi ke arah tangga, tanpa melihat sekalipun ke belakang. 

~~~ 
Apa yang akan selanjutnya terjadi pada mereka? 
Tetep stay tune di akun ini ;) 
Anyway, wdyt about this part? 
Komen yaaaaa 
Karena mau UN, aku post satu part perharinya yaaaa:D 
Muchkiss buat yang udah baca dan ninggalin jejak :** 
Ayolah, apa susahnya ninggalin jejak? Heheheeh:D 
Follow me on twitter : @renitanozariaa 
Sambel ;;) 

The Way to Your Heart (by Renita Nozaria)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang