PROYEK yang Jihoon kerjakan tempo hari diberi judul Oh My God.
Itu adalah sebuah lagu dengan lirik ringkas dan diulang secara konstan, kental dengan nuansa hiphop, dan alunannya tegas menghentak, tanpa basa-basi.
Jihoon menempati janji untuk membagidengarkannya duluan padaku sebelum dia mengirim versi digital ke perusahaan agensi yang memesan jasanya.
Saat pertama diputar, Jihoon memiliki ekspresi aneh di wajahnya yang kuartikan bahwa dia mengantisipasi tiap kalimat yang bakal meluncur dari mulutku tentang lagu itu. Sesaat kemudian seperti tubuhku diambil alih karena aku menari mengikuti irama; terlalu asli sekaligus asing. Aku mengernyit, tapi badanku tidak ingin berhenti sebelum musiknya turut dimatikan.
Pandangan terpana Jihoon tak lepas memaku diriku dari atas sampai bawah. Jarinya bahkan gemetar ketika menekan tombol jeda di alat pemutar musik. Jika dia sudah cukup terkejut, aku sendiri jauh lebih terkejut daripadanya. "Kau bergerak selincah penari taraf nasional," ujarnya.
"Tubuhku bergerak sendiri."
"Jangan membohongiku," dia menepuk pundakku, "sudah jelas kau pasti pernah berlatih."
Aku menggaruk pelipis. Waktu 24 jam dalam sehari hanya cukup bagiku bekerja dan mendapatkan tidur berkualitas. Mana pernah aku menyisihkannya untuk hal sepele seperti menari.
"Katakan kapan kau melihatku menari?"
"Entah." Bibir Jihoon mengerut. "Mungkin di saat aku sibuk mengerjakan sesuatu di dalam studio."
"Jangan konyol. Jika aku memang punya waktu senggang, aku lebih baik memakainya untuk tidur lebih lama."
Jihoon memicingkan mata, tampak tidak suka. "Kausudah punya bekal, kenapa tidak berusaha sedikit supaya menarimu lebih halus dan punya jiwa, Soonyoung."
"Aish. Itu akan melelahkan, Ji."
Tak mau kalah argumen, Jihoon memencet tombol jeda lagi; lagu yang tadi baru separo jalan, lanjut terdengar dan aku mengutuk tendensi aneh entah dari mana karena telah membuat badanku meliuk semangat. Mungkin ini salah lagu itu; Jihoon dari dulu pintar mengarang tapi yang satu ini benar-benar gila. Sekali dengar, efeknya seperti psikotropika.
"Kau tampak terbiasa."
Aku mengacak rambut, "Dan kau pandai menjebak."
"Anggap saja hobi tambahan, oke?" rayunya. "Kau tidak perlu melakukannya setiap hari, tapi kalau sewaktu-waktu kuminta saja."
"Hobi tambahan? Aku saja tak punya sesuatu untuk disukai, Jihoon."
Jihoon menjentikkan jari dan bersiul, "Maka ide bagus untuk membuatmu tertarik pada menari. Kaupunya sesuatu untuk ditekuni, seperti aku dan musik!"
KAMU SEDANG MEMBACA
STERNE | Soonhoon
Fanfiction[NV] Soonyoung putus asa pada hidup. Jihoon membangun harapan baru baginya. Ketika jalan untuk bersinar terbentang lebar di depan Soonyoung, ia dihadapkan pada pilihan untuk melepas Jihoon di saat bersamaan. "Aku memang menyukai bintang. Tapi aku pa...