Tes
Tes
Tes
Untuk yang kesekian kalinya aku kembali menghela nafas, pandanganku tak urung dari sebuah pantulan yang merupakan wajah ku sendiri pada kaca jendela, jauh ke depan sana aku turut memperhatikan rintikan hujan yang kian merembes di setiap detiknya.
Perasaan seperti ini, aku membencinya. Perasaan dimana hati ku akan kembali terjatuh saat kilasan itu datang seiring dengan datangnya hujan.
Aku ingin bersikap acuh namun aku kembali menemukan hatiku yang kian berdenyut sakit saat potongan-potongan masa lalu tersusun dengan begitu apiknya seolah menyudutkan ku.
Kembali, pelupuk mata ku kembali memanas di buatnya, aku mendongak guna menghindari buliran yang kian mendesak. Aku bukanlah seseorang yang lemah akan setiap keadaan namun tidak untuk yang satu ini, perasaan yang telah mengubah diriku jauh dari yang sebelumnya, perasaan yang akan selalu membuatku bertanya siapa diriku.Aku kembali memeluk lututku berharap bisa mendapatkan rasa hangat walau hanya sekilas, sang pencipta kembali menunjukan kebesarannya dengan memberi rahmat berlimpah berupa hujan yang begitu deras.
Mungkin bagi setiap orang akan menyukai namun naas bagiku
Aku kembali mendapati diriku terjebak di tengah hujan untuk yang kesekian kalinya, entah aku terlalu bodoh atau apa hingga harus mengalami kejadian seperti ini berulang-ulang.Aku memperhatikan benda bundar di pergelangan tanganku, bahkan hari sudah beranjak malam namun semakin di lihat tidak ada tanda-tanda akan berhenti sama sekali.
Hanya menghela nafas yang dapat ku perbuat, aku menunduk, menendang beberapa kerikil guna mengusir rasa bosan. Dalam hati sudah memutuskan akan berlaku nekat saja jika dalam sepuluh menit terakhir tetap tidak ada perubahaan.Tanpa sadar sebuah tepukan halus mendarat di bahu kiri ku, memperbaiki posisi ku sekilas aku pun menoleh.
Tampan. Itulah kata pertama kali yang terlintas dalam benak ku saat melihatnya.
Seorang lelaki dengan garis wajah tegas yang kudapati, tak lupa dengan senyum menawannya walaupun gurat wajahnya menunjukan kekhawatiran yang kentara.
Reflek aku menyentuh bagian dada ku yang berdenyut begitu saja, ku lihat lelaki itu merogoh sesuatu dari saku celananya. Tanpa sadar aku terkekeh saat melihat ujung celananya yang menggantung, ia sungguh tinggi.Aku menyambut sebuah sapu tangan kecil dengan harum menyenangkan yang ia berikan ke arah ku.
Lelaki itu mengisyarat dengan gerakan-gerakan lucu di bibir tipisnya, tak mau membuatnya marah aku pun mengusap beberapa bagian wajahku."Kenapa tidak pulang?"
Aku terdiam cukup lama menikmati suara indahnya yang melantun begitu lembut, aku menatapnya dengan dengungan samar di telinga ku.
Aku berpikir apakah ada suara yang lebih menyenangkan selain suara ini?"Unggg... Aku tidak bawa payung"
"Sama kalau begitu"
Lelaki itu terlihat menurunkan letak ransel yang sebelumnya ia sandang di punggung dan ikut mendudukan tubuhnya di sebelahku. Aku mengerjap bingung, bunyi yang cukup berisik terdengar nyaring seiring dengan di keluarkannya beberapa bungkus permen dari saku celana trening yang ia kenakan.
Lelaki itu kembali menyodorkan sesuatu kepada ku. Permen lollipop berbungkus soft pink dengan tulisan-tulisan lucu di dalamnya."Kata ibuku kalau sedang bosan makan saja sesuatu nanti kau akan membaik" Lelaki itu berbicara tanpa menoleh ke arah ku, ia membuka bungkusan permen di tangannya dengan fokus, membuatku bertanya-tanya mengapa ada lelaki setampan dirinya dan parahnya aku baru mengetahuinya sekarang.
Aku menunduk, mencoba tenang sebisa ku."Kenapa? Kau tidak suka? Ini permen favorit ku loh"
"Ohh... bukan begitu, aku suka, hanya saja..."
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love (Yeonjun X Beomgyu)
RomanceAku melihatmu dengan sebuah senyum tulus yang sampai kapan pun tidak akan kau ketahui maknanya. Aku mengagumi setiap tingkah mu, senyum mu dan suara halus mu. Harus ku akui aku menyukai setiap hal kecil apapun dari diri mu, namun aku tidak tahu seja...