"Dasar cewek genit"
"Pantes gue sering liat dia nongkrong di kantin lima, ternyata kerjaannya godain kakak kelas"
"Males banget gue deket dia, bau dosa! HAHAHA"
HAHAHA!
Lantai dingin kamar tidurnya menyambut pipiku. Dengan napas terengah-engah, aku bangun dan membebaskan kakiku dari balutan selimut linen yang mencegahku berdiri. Memori 12 tahun lalu ini sepertinya tidak pernah gagal menghantuiku, malah semakin memaksakan kehadirannya semenjak pertemuanku dengan orang yang paling tidak ingin ku lihat di dunia ini.
Kenapa gue selalu bangun gini ya. Masih pagi udah bikin badmood aja.
Satu minggu lalu, seseorang dari masa lalu yang telah aku kubur dalam-dalam datang dan sepertinya berniat untuk sekali lagi menghancurkan duniaku.
Aku menggeram lalu berteriak kecil.
ARGGH! Kenapa sih gue harus ketemu orang itu dari seluruh orang di dunia ini dan terlebihnya di hotel yang sama waktu trip kantor.
Aku memaksakan kakiku untuk bergerak menghampiri lemari dan bersiap-siap untuk memulai hari. Tanpa aku sadari, aku bersandar ke pintu kamar mandi dan memori satu minggu lalu langsung menyerang ingatanku.
Satu minggu lalu,
..................................
"At your service, ma'am," ujar Tian sambil mengedipkan mata.
Aku tertegun dan mundur perlahan hingga betisku menabrak sesuatu yang ku tebak adalah coffee table.
"Lo ngapain disini?" celetuk ku dengan tajam.
"Em, as a matter of fact, ini kamar gue." bibirnya terangkat dan mengulumkan senyuman jahil.
Damn, what a stupid question, Eva. Yaiyalah ini kan kamar dia.
"Eh iya.. em.. terus gue kenapa ada disini?"
Tian berkacak pinggang lalu merapatkan bibirnya. Mataku mengikuti gerakan jari-jari Tian yang sedang menelusuri bibirnya, seolah sedang berpikir keras.
Setelah 5 menit yang terasa seperti selamanya, Tian mulai menjawab,
"Gue nemu lo di lift. Pas gue sapa eh lo malah nanya gue kamar lo dimana. Gue bingung dong, gue mana tau kamar lo. Lo ada disini aja gue gak tau. Gue udah coba bawa lo ke front desk buat nanya kamar lo tapi lo gak mau gerak dan akhirnya gue bawa kesini deh."
"Lo ngapain bawa gue kesini coba?!" Aku mulai merasakan kepanikan menjalar di badanku.
"Gue gak mungkin ninggalin lo kali, gimana kalo ada orang terus-" Tiba-tiba, seluruh badan Tian membeku dan ia langsung bungkam.
Aku memejamkan matanya dan berteriak kecil dalam hati. STOP EVA. FORGET IT.
"Eva, gue minta maaf gue cu-" Tian maju dua langkah dan tangannya terangkat seolah ingin meraih pundakku.
Kakiku secara spontan membawa tubuhku ke kiri dan menghindari sentuhannya.
"Plis, gue cuma mau pergi dari sini." Aku menunduk dan air mata serentak ingin membuncah dari kedua mataku.
Ketika aku mengangkat kepala, postur kaku dan mata merahnya mengejutkanku, seolah-olah dia sedang merasakan kemarahan paling hebat atau kesedihan yang sangat mendalam.
Aku menggelengkan kepalanya dan mencoba untuk menyadarkan diriku sendiri, melupakan tatapan Tian.
Itu gak penting, gue gak peduli sama orang ini. Gue cuma mau pergi dan gak pernah liat dia lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil's Anatomy
Lãng mạnUang yang selalu jadi masalah nomor satu bagi Eva tiba-tiba berubah ketika ia mendapatkan uang mendadak dari warisan paman yang bahkan tidak pernah ia kenal. Masalahnya hanya satu, untuk mendapatkan itu ia harus mau bertunangan dengan Tian, orang ya...