STIGMA

4 0 0
                                    

Aku menatap mata teduhnya yang ketakutan, kenapa? Aku tidak akan menyakitimu. Tapi lebam di tulang pipinya, darah segar yang keluar dari luka di tubuhnya adalah ulahku.

“Jungkook?”

Aku mendekatinya yang menjauh dariku, nyeri terasa di kedua tanganku. Aku yang melakukannya, melukaimu. Aku menatap tanganku, ini darahmu. Aku menatapmu yang seperti pesakitan karena ulahku, ya memang karenaku.

....

“Hyung sudah makan?”

Aku melihatnya, tubuhnya yang berbalut pakaian mahal dan juga wajah manisnya, dia anak yang terurus dengan baik oleh kedua orang tuanya. Aku menghembuskan asap rokok dan menggelengkan kepalaku.

“Belum,”

Ujung bibirnya tertarik membentuk kurva yang aku sukai, dia sangat manis.

“Kalau begitu, makan bekal bersamaku. Ayo.”
Aku hanya diam membiarkan apa pun yang dia ingin lakukan denganku, aku menerima itu. Hanya untuknya.

Aku memandang jauh langit biru dan jejak kakimu terdengar, seperti biasa kau ikut berbaring di sampingku. Kau berbicara tentang harimu, aku hanya mendengarkan sambil membayangkan.

Kau membelai kepalaku sayang dan aku tersenyum karena kasih sayangmu bukan hanya untukku, ini memuakkan. Aku bangkit dan pergi meninggalkanmu seperti biasa.

“Jungkook?”

Panggilku dan wajah sedihnya terganti dengan senyuman yang aku sukai, dia begitu manis. Siapa yang membuatnya merasa sedih?

“Hyung, apa aku boleh minta pelukan?”

Aku diam menatapnya, ingin tahu apa yang terjadi. Jungkook mendekatiku dan meremas jaketku, dia begitu kecil saat ini. Aku merengkuh tubuhnya dan dia menenggelamkan wajahnya pada dadaku, dia menangis. Dan aku hancur.

“Maafkan aku Taehyungie hyung-“ aku menekuk alisku saat dia menyebut namaku, “Jika aku punya salah, maafkan aku- tapi jangan tinggalkan aku begitu saja.”

Dan akulah penyebab Jungkook menangis, brengsek sekali.

....

Kau tertawa saat melihatku datang dan merangkul bahuku, aku mencoba ikut tertawa dengan yang lain saat kau berguyon. Ini sulit, apa yang harus aku lakukan selanjutnya?

“Jadi apa itu yang di namakan kebetulan?”

Aku melirik Jungkook yang tersenyum lebar mendengar pertanyaan dari temannya, lalu mata bulatnya melirikku yang mencoba mengerti maksud dari perkataan temannya pada Jungkook.

“Kecerobohanku lebih tepatnya,” ucap Jungkook dan meminum jusnya membuatku diam, beberapa temannya langsung menatapku aneh. Seakan merasa tidak enak, ada apa?

Saat aku melukai lenganku dan kau dengan mata teduh itu mengobatiku, menepuk bahuku dan menyemangatiku. Kau menyuapiku makan dan merawatku hingga pagi. Sangat menyenangkan memilikimu.

....

Karena aku kau marah, kau mendorongku menjauh dan berbalik pergi tapi aku menahanmu dan kau terkejut karena sikapku.

“Hyung ini keterlaluan!”

Aku mengabaikannya dan terus menarik tangannya keluar dari pelataran kampusnya, dia mencoba melepaskan tangannya tapi aku tidak perduli dan melemparnya memasuki mobilku lalu aku membawanya pergi.

“Kau keterlaluan! Bagaimana jika Daniel meninggal hyung!”

Aku hanya diam tidak mau meledak sekarang, aku sungguh marah dan muak. Aku melajukan mobilku membelah jalan dengan gila, Jungkook berteriak dan aku tidak peduli, ini sudah terlalu menyakitkan.

Aku menyeretnya memasuki gedung apartemenku dan membanting tubuhnya pada sofa di ruang tamuku, dia meringis kesakitan dan sekali lagi aku tidak peduli.

Jungkook merangkak ingin pergi tapi aku menarik pergelangan kakinya dan menyentak kerah bajunya.

“Diam sialan!” sentakku dan Jungkook meringis mencoba melepaskan cengkramanku.

“Lepaskan aku! Aku harus melihat keadaan kekasihku!”

Aku menyeringai dan menatapnya tajam, Jungkook bergidik dan menggeleng brutal kepalanya saat aku mencium paksa bibirnya yang baru saja menyakiti hatiku.

Ini aku, ini aku yang sebenarnya. Aku melukaimu dan membuatmu memohon ampun, ini aku.

hiks akh sakit! Aahhh hiks! SAKIT! LEPASKAN!”

Aku bergerak keras tak membiarkannya melawanku.

Akh! AKHH! S-SAKITH! HAKH-!

Aku memeta tubuhnya dan mencambuknya kuat-kuat dengan ikat pinggangku.

Ak-ku hiks mohon~ SAKIT! Lepas-kan aku..

Aku membuatmu berteriak keras kesakitan, ini aku. Kau mencoba melawan tapi aku jauh lebih kuat darimu, ini aku.

AKH! Ja-ngan di d-alam hiks hyung hiks!”
Aku mengabaikannya dan mendorong kuat pinggulku lalu menjambak kuat rambut hitam legamnya, tubuhnya berkeringat dingin dan aku masih marah.

Aku melakukannya, melukai tubuhmu, melukai perasaanmu, melukaimu sangat dalam.

“Kenapa kau lakukan ini padaku?” ucapmu dengan suara lembut yang menenangkanku, tapi suara itu berbeda dari biasanya. Apa karena kau sangat membenciku? Tidak ada nada kasih sayang lagi, yang ada hanya kehampaan. Dan itu karena ulahku.

“Maaf.” Ucapku dan berbalik pergi, selalu seperti ini semenjak kau tidak sengaja mengambil jaketku di motor dan memberanikan diri untuk mengembalikannya kembali.

Kau pria yang baik, sangat baik. Kau tidak pantas berkawan denganku, pria yang dikuasai stigma.

Aku tidak akan pernah berubah, bahkan jika dunia ini dipenuhi oleh lelaki baik sepertimu. Maka akulah pria jahat itu.
























Ini lebih ke sikap sih, dimana Jungkook anak baik-baik dan Taehyung anak yang gak baik. Dimana emosi juga ngelingkupin, so tahan emosi, biar gak nyesal pada akhirnya.

Yak kitu dah

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE EMOTIONSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang