2. Pickpocket

381 29 7
                                    

2. Pencopet

Printemps tidak begitu sibuk saat Wynstelle tiba. Hanya ada beberapa pelanggan yang duduk tenang menikmati sajian sambil mengamati hiruk pikuk kota. Cuaca di luar sedang hangat, sebab matahari sudah muncul sejak pagi sekali, membayar tuntas musim dingin panjang yang penduduk kota lalui beberapa waktu yang lalu. Wyns menyapa segelintir pelanggan yang dikenalnya sebelum terus berlalu menuju konter, menghampiri Chris Alexander. Pria muda itu tersenyum begitu melihatnya datang dan menebak dengan yakin, "kopi, 'kan?"

Wynstelle melemparkan senyum terima kasih kemudian berkata dengan lesu, "morning sickness ini membunuhku."

Chris terkekeh sembari segera menyibukkan tangannya pada mesin kopi. "Aku tahu. Masa-masa itu adalah yang terburuk. Aku ingat istriku mengalaminya dengan sulit."

"Kalian—para laki-laki—tidak akan paham." sela Wyns, menolak simpati Chris, yang membuat lelaki itu justru tertawa puas.

"Chika dimana?" tanya Wyns sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

Chris mengedikkan bahu. "Entahlah. Sepertinya aku melihatnya pergi dengan terburu-buru tadi."

Wynstelle serta-merta menegakkan punggungnya lalu bertanya cemas, "kau yakin?"

Chris mengangguk. Dia menambahkan satu blok gula ke dalam kopi Wynstelle, seperti biasa, kemudian mengangsurkannya kepada wanita itu.

"Mungkin ini ada hubungannya lagi dengan Josh. Tempo hari mereka bertengkar hebat." kata Chris. Lelaki itu mencondongkan badan dan menyandarkan kedua lengannya di meja konter. Mimik wajahnya berubah serius, bercampur khawatir.

Chris lebih muda dari Wynstelle dan seharusnya pria itu masih kuliah. Akan tetapi sesuatu terjadi di luar rencana dan ia harus menjadi seorang ayah di usia yang tidak lebih dari dua puluh satu tahun. Meski begitu, Wynstelle merasa sangat akrab dengan Chris karena jalan pikiran pria muda itu lebih dewasa dari dua digit umurnya. Seringkali Wyns mencari nasihat kepadanya, lalu terkagum-kagum dengan cara anak muda itu menemukan solusi.

"Aku tidak bermaksud mengadukannya padamu," Chris berhenti sebentar setelah mengamati Wynstelle yang tiba-tiba tercenung. "tapi kurasa temanmu itu butuh seseorang untuk membantunya keluar dari masalah."

Wynstelle menoleh untuk melihat Chris dengan tatapan serius. "Kupikir Josh cuma sedikit temperamental."

Chris tertawa sarkastis. Ia melepas apron pinggangnya, menggantung benda itu di sebelah rak lalu berkata, "seharusnya kau lihat sikapnya saat di dapur."

Wynstelle mengernyit tak mengerti. Ia ingin menuntut penjelasan lebih, namun Chris buru-buru menyela, "aku harus pergi ke suatu tempat karena kau sudah datang."

Ia mengitari konter dan berjalan mendekati Wyns. "Aku tidak menerima konsultasi gratis di luar jam kerjaku. Dan... silakan nikmati kopimu, Mrs. Andrews."

Chris benar-benar berjalan pergi meninggalkan Wynstelle yang masih melongo di kursi tinggi. Wanita itu perlu beberapa detik untuk tersadar sebelum Ellen muncul dari dapur dan menegurnya.

"Kau sudah cek bahan makanan hari ini?" tanya perempuan berambut keriting itu.

Wynstelle menggeleng. Ia menyesap kopinya dengan tergesa-gesa lalu mengekor Ellen menuju gudang penyimpanan.

"Maaf, aku belum sempat mengecek bahan-bahan lagi. Beberapa hari ini perutku terasa tidak nyaman." Wyns berkata dengan penuh rasa bersalah. Wyns benar-benar menyadari, selama sepekan ini ia pasti sudah merepotkan banyak orang. Mengambil hari libur di saat yang tidak tepat. Ini bukan sepenuhnya kesalahannya, melainkan kesalahan Raiden. Kunjungan ke Kanada yang mendadak dan sikap lelaki itu yang overprotektif menyulitkan Wynstelle di beberapa keadaan. Terutama soal pekerjaan.

Ange Déchu | Book 02 [ Un Petit Souvenir ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang