1. The Girl

497 28 1
                                    

1. Sang Gadis

Roseanne meletakkan barang bawaannya di depan pintu, mengambil ponselnya yang bergetar di saku celana kemudian melihat siapa yang meneleponnya selarut ini. Keningnya berkerut, agak sebal karena sudah merasa terganggu.

Pevita.

Roseanne mendesah. Kalau kali ini temannya itu mengeluh soal pengarnya lagi atau membuat ulah karena kebiasaan mabuknya itu, Rosie bersumpah tidak akan mau beranjak dari rumahnya kemanapun. Ini sudah ketiga kalinya dalam sepekan Pevita merepotkannya dengan kebiasaan buruk itu. Tempo hari, Rosie harus membolos dari kelas Professor Jonas hanya untuk menyelamatkan Pevita dari tong sampah pub tua bertema viking di pinggir kota. Itu mengerikan. Rasa mulas Rosie—karena teringat sekumpulan pria bertubuh besar, bertato, berkeringat dan bau alkohol yang menatap nanar kepada mereka—bahkan belum sepenuhnya lenyap dari ingatan, namun lihatlah, gadis itu sudah mulai berulah lagi. Hanya dengan satu panggilan telepon.

"Ya, halo." Rosie menjawab ketus. Ia menjepit ponselnya di antara bahu dan telinga kemudian mengangkat kardus yang dibawanya tadi dengan kepayahan.

Rosie mendengar Pevita menggerutu. "Astaga, judes sekali." keluhnya. Rosie memutar mata sambil berusaha memasukkan kunci ke dalam kenob pintu dengan tak sabar.

"Aku tidak tahu apa kepentinganmu selarut ini, Pev, tapi aku tahu pasti itu sesuatu yang buruk."

Pevita terkekeh. "Santai, dong, Rosie." balasnya.

Rosie berhasil membuka pintu apartemennya, lalu berusaha masuk dengan tergopoh-gopoh karena menahan kardus berisi benda-benda yang baru saja diambilnya dari rumah ibunya itu agar tidak terjatuh ke lantai. Oh, itu bukan benda-benda penting atau mahal juga. Hanya barang tua yang berdebu di gudang ibunya, Joanne, selama beberapa dekade dan teramat sangat disayangkan untuk dibuang, mengingat kenangannya terlalu banyak. Bicara soal ibunya, Rosie baru saja melalui satu lagi hari yang buruk karena wanita itu. Ia tidak ingin menyembunyikan ini, tapi hubungannya dengan Joanne memang tidak pernah membaik.

Ibunya hanya orang tua tunggal yang tinggal di pinggir kota. Oh, ayolah, kalimat itu paling sering dijadikan alasan oleh Joanne untuk membuat orang lain iba dan membenarkan tindakannya kepada Rosie. Termasuk yang paling buruk sekalipun, seperti mengusirnya dari rumah. Secara halus.

Roseanne tidak ingin menyalahkan siapa-siapa. Sejak dulu sikap ibunya memang sudah buruk. Namun belakangan, itu semua menjadi semakin parah karena pengaruh seseorang. Kekasih baru Joanne, Sean. Cowok tiga puluh tahunan yang tidak bekerja dan suka berjudi. Sebelum-sebelumnya Rosie tidak pernah menghakimi pilihan ibunya, tetapi kali ini ia rasa Joanne terjerumus ke sesuatu yang salah.

Hal pertama yang membuatnya berpikir begitu adalah truk makanan sialan yang terparkir di depan rumah mereka di suatu siang. Truk berwarna biru dan merah seperti Optimus Prime itu begitu mengilat sampai menyakiti mata dan perasaan Rosie. Ibunya, Joanne Walter, lebih memilih untuk membelikan Sean truk makanan—yang dijual kembali sebulan kemudian—daripada membiayai kuliahnya. Gara-gara itu Rosie harus bekerja selama musim panas di peternakan keluarga Jason dan menerima perlakuan buruk.

Kalau membelikan koki amatir yang hanya bisa memasak roti isi saja belum terdengar gila, maka kejadian kedua mungkin menyadarkan semua orang betapa salah arahnya Joanne selama ini. Sean pernah mencoba memperkosa seorang gadis di klub dan tertangkap polisi karena kasus narkoba, namun Joanne seolah buta dengan rekam jejak lelaki itu, sekeras apapun Rosie berusaha mengingatkannya.

Sejujurnya Roseanne sudah terlalu lelah untuk mengasihani keputusan Joanne. Bertahan dengan lelaki yang suatu saat mungkin bisa membunuhnya diam-diam. Luka lebam yang selalu ia temukan di tubuh Joanne setiap kali mereka bertemu adalah peringatan awal. Mengherankan sekali mengapa Joanne begitu terobsesi dengan Sean hanya karena ia rupawan dan muda. Ayahnya dulu juga tampan, penyayang—dan pemberani—tapi Joanne mampu meninggalkannya seperti serangga.

Ange Déchu | Book 02 [ Un Petit Souvenir ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang