1. who am i?

94 11 5
                                    

Aimee terduduk di depan gerbang utama sekolah sambil terus mengamati gerombolan ulat bulu penjaga, siapa tahu, semua ini hanya salah satu ilusi dari pikiran jeniusnya yang kini mulai memberontak. Sedangkan Blake masih menunggu Aimee agar memulihkan semua pikirannya sebab ini memang benar nyata. Tapi, siapa juga yang tidak kaget, menilik sekolah ini sangat nyentrik daripada sekolah umum lainnya. Aimee bahkan mencoba untuk menepuk keningnya berkali-kali karena masih tidak percaya terhadap apa yang dia lihat.

Sepersekian menit kemudian, terdengar suara lonceng kencang dengan gema yang menyebar sampai penjuru sekolah. Aimee kembali tersentak dan itu sukses membuat Blake yang berdiri di sampingnya tertawa keras.

"Ayolah, Aimee. Kau tidak perlu setakut itu. Kau diterima di sekolah ini dan kau tidak akan dimakan apapun. Ya, mungkin saja kau hanya akan dihisap oleh Octopusya jika tesmu mendapat nilai terjelek sekelas. Tapi tenang saja, kau tetap akan kembali dengan keadaan utuh walau akan berlendir." Blake dengan wajah tanpa dosa langsung menyeret tubuh Aimee perlahan. Ocehannya masih berlanjut sampai-sampai Aimee ingin menghantamnya dengan tangan.

"Sebenarnya kalian ini apa sih? Kalian bukan manusia? Kalian bangsa jin? Atau apa?" Aimee melotot, dia menarik tubuhnya agar tidak diseret terus-terusan oleh Blake.

Blake menghela napas panjang. "Aku adalah makhluk yang akan mengusai dunia, menghancurkan manusia, dan memakannya hidup-hidup." Tatapan Blake menajam dan serius. Sementara Aimee yang mendengarnya langsung mundur beberapa langkah, sampai gelak tawa Blake kembali memenuhi ruangan.

"Bercanda. Aku adalah half iridescent. Sebagian manusia, sebagian lagi sosok pemancar cahaya." Blake tersenyum hangat, otak jahilnya sudah mulai menghilang.

"Maksudmu? Kedua orang tuamu campuran begitu?" Aimee masih menduga hal ini tidak nyata.

"Begini, aku bukan berasal dari dunia paralel milikmu, Aimee. Aku berasal dari Iridescent, dunia paralel hijau yang berdiam diri pada hutan Amazon jika dalam dunia paralelmu. Tapi, Ayahku yang sok jadi jagoan itu, berkelana, berusaha membuka portal dimensi lain menuju dunia ini, dan hasilnya lahirlah aku dari Ibuku yang notabene adalah penduduk dunia ini." Blake kini menuntun Aimee perlahan untuk tetap berjalan.

"Memang ada berapa sih dunia paralel itu?" Aimee mengikuti langkah Blake sambil terus berusaha bahwa ini semuan hanya mimpi.

"Yang kutahu hanya lima. Tapi aku tidak tahu pasti berapa banyak dunia paralel itu. Mulai dari urutan terendah adalah duniamu atau disebut Evanescent, lalu Phosphenes yaitu pembawa cahaya, lalu milikku, Iridescent sang pemancar cahaya, Sempiternal si abadi, dan yang tertinggi adalah Halcyon yaitu kedamaian terbesar."

Aimee mengangguk, walau dia tak sepenuhnya paham. "Jadi aku adalah Evanescent?"

Blake mengedikkan bahu. "Tidak tahu. Bisa jadi kau adalah half seperti diriku, bisa jadi kau memang benar-benar Evanescent. Eh tapi jarang Evanescent murni bisa diterima di sekolah ini. Besar kemungkinan kalau kau juga half sama sepertiku."

Keduanya kemudian melanjutkan perjalanan menuju kantor kepala sekolah yang letaknya lumayan tinggi, seperti di menara dengan penerangan minimum. Aimee menatapnya dengan saksama, ruangan ini juga sama anehnya dengan semua yang ia lihat. Saat dia tengah memperhatikan seisi ruangan, sebuah kursi yang terdapat di depannya mendadak berpurar dan terihat sesosok tubuh pendek gempal dengan kucing berwarna hitam dipangkuannya.

"Aimee Pierce. Selamat datang di Stalation. Disini kamu akan mengetahui semua jati dirimu yang sesungguhnya. Aku Alesya, panggil saja Ale. Sebagai kepala sekolah yang baik di dimensi Evanescent, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk menjamin keamananmu." Ale tersenyum lebar, juga kucing hitamnya. Aimee bergidik menatap kucing aneh itu, seketika dia jadi teringat film horror yang pernah ia tonton dengan Ibu.

"Kau tahu dimana Ayahku?" Aimee langsung pada pertanyaan inti ketika Ale mempersilahkannya untuk bertanya. "Mengapa dia mendadak hilang tanpa memberi keluargaku kabar. Aku tahu ini pertanyaan yang tidak relevan jika aku bertanya padamu, tapi mungkin kau mengetahui sesuatu, menilik kalian bahkan paham dimensi paralel."

Blake menepuk bahu Aimee lembut. "Ale bukan oracle, Aimee."

Ale tersenyum menanggapi. "Tidak apa, Blake. Setiap orang berhak tahu terhadap apa yang ia tanyakan. Pertama, aku tidak tahu dimana keberadaan Ayahmu, Aimee, aku turut menyesal. Kedua, alasanku menerimamu kemari bukan untuk mencari tahu dimana Ayahmu, tapi untuk mencari tahu jati dirimu. Dengan kau tahu siapa kau sebenarnya, maka kau pasti tahu dimana Ayahmu berada. Maaf, tapi hanya itu yang bisa kubantu."

"Apa maksudmu mengenai jati diriku?"

"Kau mungkin bukan Evanescent murni, Aimee. Itu terlihat dari dirimu yang berbeda dengan orang-orang dis sekitarmu. Kau pembuat gim handal yang gimnya sudah terjual lebih dari satu juta copy. Kecerdasanmu patut kuagumi—"

Blake menyerbu ucapan Ale dengan cepat. "Maaf Ale. Apa maksudmu Aimee adalah Halcyon? Dimensi agung terkuat dan terpandai yang pernah ada?"

"Aku tidak mengatakannya, Blake. Tapi yang jelas, kapasitas otakmu sangat unggul. Bisa jadi jika di dimensi lain, kau adalah sosok yang amat dibutuhkan setiap orang." Ale mengetukkan jarinya pada dagu.

"Lalu bagaimana agar aku bisa tahu asal dimensiku?" tanya Aimee dengan penasaran yang luar biasa.

"Itu tergantung dirimu sendiri, Aimee. Aku akan memberimu contoh-contoh siswa yang ada di sekolah ini." Ale menuntun Aimee agar mengikutinya menuju sebuah lorong dengan pencahayaan yang sama minimnya dengan ruang kepala sekolah.

Ale menunjuk suatu papan raksasa dengan tulisan berbagai nama siswa. "Peter Centineo, dia berasal dari Halcyon. Derajatnya sangat dijunjung tinggi disini, dia juga jenius, orangnya baik, dan kami bisa tahu kalau dia berasal dari dimensi itu adalah karena Peter sosok yang cenderung berguna dan dibutuhkan dimana-mana, melalui tes jati diri, sudah jelas jika dia memang berasal dari dimensi itu. Kedua, Lana Ambrivera, berasal dari dimensi Sempiternal. Si perfeksionis yang ambisius, pandai, dan menginginkan segalanya menjadi miliknya. Hm, dimensi ini memang yang paling menyebalkan, mereka suka merendahkan orang lain, dan mereka hanya patuh pada Halcyon saja. Sudah paham?"

Gelengan kepala dari Aimee sukses membuat pikiran Ale berkedut. "Ah, contoh lagi adalah Blake Carlson. Dia half, sungguh unik. Sifatnya mem-bumi juga terang karena pemancar cahaya. Evanescent-Iridescent. Perpaduan sifat rendah hati terbaik yang pernah ada." Ale berhenti sejenak, lalu kembali menunjuk satu nama. "Marinna Portalius. Jujur, dia pendiam sama sepertimu, asalnya adalah dimensi Phosphenes yang suka keheningan, mereka bekerja di malam hari, dan tidur di siang hari. Maka mereka adalah sang pembawa cahaya yang datang dari kegelapan untuk diberikan pada siang."

"Jadi aku adalah half Evanescent-Phosphenes?" Aimee menatap Ale.

"Itu hanya asumsi sementara. Belum ada bukti kuat yang menunjukannya."

"Tapi jelas sekali, aku pekerja malam hari, suka keheningan, dan Ibuku berasal dari dimensi ini." Aimee mulai memperkuat argumennya.

Ale menggeleng. "Kapasitas otakmu adalah 90% dari total semua kapasitas milik seluruh penduduk dimensi, Aimee. Hanya 10% yang menjadi tingkat kegagalanmu, seperti kau gagal dalam pertemanan, namun kau tak pernah sekalipun gagal dalam gim yang kau buat."

Hati Aimee terketuk, dia membenarkan ucapan Ale. "Lantas, aku ini apa?"

"Aku curiga kau bukan dari kelima dimensi ini. Maksudku, jelas kau half karena ibumu dari dimensi ini, tapi aku tidak tahu kau half Evanescent dengan apa."

"Atau jangan-jangan—"

Aimee mengernyit. "Apa?"

"Ineffable."

*
1 : end.

etherealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang