Empat orang manusia, dengan masing-masing kepribadiannya, ditugaskan mengantarkan karavan melewati jalur Triboar ke kota pedalaman Phandulin.
Manusia yang menggunakan baju baja rantai-rantai mungil, membawa perisai besi di punggung dan paluperang bermata dua di pinggangnya, duduk menemani sang kusir. Satu ekor kuda yang gagah melangkah maju dan terus maju, dikemudikan oleh pria di 40-annya, berpakaian biasa.
"Pernah ke Phandulin sebelumnya?"
Si kusir bertanya pada pria di sebelah kanannya.
Si pria tak merespon. Entah apa yang dia pikirkan, si kusir tak tahu. Angin mengombang-ambingkan poni rambut hitamnya. Satu mata berwarna elektrik miliknya kosong memikirkan sesuatu.
Dia adalah seorang manusia laki-laki. Mata kirinya ditutup oleh penutup mata bajak laut, walaupun begitu, rambut merah dan mata elektrik menjadi faktor penentu bahwa pria ini aneh, unik, sekaligus menarik.
Di dalam karavan, isi karavan yang terselubung dinding dan juga atap kain putih, ada dua orang petualang lainnya.
Dua orang itu saling diam. Satu bersandar di dalam, bersamaan dengan suplai barang. Dan satu lagi duduk di pinggir belakang kereta kuda, bergoyang kaki.
Pria ini-yang melambaikan kaki ke jalanan-kulit wajahnya menandakan dia adalah seseorang yang berasal dari Region Shou. Orang-orang Shou memiliki nama yang aneh. Seperti; Feng, Kou, Kenji, dan nama aneh lainnya. Namun, tak ada satupun dari kelompok ini yang tahu, apa nama asli di balik aliasnya; D.
Kereta kuda terus melaju, mengikuti jalur Triboar yang seluas 50 kaki. Kiri kanan jalur ini merupakan hutan rawa yang cukup lebat. Hewan liar seringkali terlihat mengintai dari balik-balik pohon, kemudian kabur ketakutan.
Hewan kabur ketakutan. Goblin tidak.
Melesat anak panah dari balik pohon, si kusir terkena dan terlempar ke tanah.
Dalam waktu bersamaan, empat orang goblin 3 kaki muncul dari balik semak belukar. 2 di kanan, 2 di kiri. Tiap-tiap kiri dan kanan, membawa kombinasi goblin berparang karat-dan goblin dengan panah karatan.
"Aaaa!" goblin pendek cokelat itu mengeluarkan suara cemprengnya.
Satu pemuda yang di belakang, yang bersandar dan terlihat elegan, terbangun dari tidur dan mencium tanah saat kuda berhenti mendadak.
Tiga petualang lain, cekatan. Kuda yang berhenti mendadak, tai membuat mereka sampai terjatuh ke tanah sepertu sang kusir dan sang Warlock.
Kuda berhenti merintih, manusia berpenutup mata di samping sang kusir-sebelum jatuh terkena panah-melepaskan busur yang dipanggulnya dan melompat keluar.
Dia berguling-guling, kemudian berhenti berjongkok dengan satu lutut mencium tanah jalur Triboar.Dia melepaskan tembakan setelah mencabut anak panah dari pinggang kiri, arah bidikan: Goblin pemanah di bawah pepohonan.
Tembakannya meleset, anak panah menancap pada pohon. Dia tersenyum awkward. Satu goblin berparang karatan tertawa, "Hahaha!" dengan suara cemprengnya.
Sementara itu, di belakang kereta kuda, pria Shou dengan alias; D, cepat kurang cepat turun dari atas kereta kuda. Dua pedang pendek yang tersarung menyimpang di punggungnya, dia cabut. Bak tak kasat mata, cepat dia ke sisi kiri dan menerjang goblin pemanah dengan kedua pedang pendeknya.
Goblin cokelat berparang karatan menebaskan pedang untuk menghalangi. Pemuda itu lihai, gesit secepat angin, lembut selembut angin. Tubuhnya jatuh ke lutut, berseretan hingga sampai ke goblin di belakang goblin berparang.
Dia tertawa, "Huho!" dan mencucukkan dua pedang ke depan.
Goblin pemanah yang jelas ketakutan, mengangkat kedua tangan (masih memegang busur). Keringat dingin, berteriak cempreng, hampir pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Paket Saya Habis
RandomPaket saya habis, saya ga ada kerjaan. Jadi, saya buat aja ini. Ini bukan sesuatu yang patut dibaca, tapi bisa dibaca. Ini adalah kumpulan cerita yang dibuat, saat saya g ada kerjaan. Ya, silahkan.