Tak terasa aku telah menjalani masa trainee selama dua bulan, ternyata menjadi idol itu bukan hal yang mudah, begitu banyak proses aku alami sampai saat ini.
Aku melemparkan tubuhku ke kasur "huh" sambil menatap langit-langit kamar, hari ini benar-benar melelahkan. Bahkan aku sempat berpikir kalau sepertinya aku telah kehilangan beratbadan sedikit, mungkin karena aktivitas selama trainee ini. Kami bahkan dance seharian.
"Hei, apa kau sudah makan?" suara seseorang yang berasal dari depan pintu.
"Ne.. eonnie. Aku, akan segera makan. jangan terlalu menghawatirkan itu." jawabku spontan dengan senyuman tipis.
"Mana mungkin aku tidak khawatir, kau saja melewatkan makan siangmu tadi, Ini sudah malam makanlah yang banyak, kurasa tubuhmu sedikit berubah dari awal kita bertemu. Terlalu kurus itu tidak baik" ucapnya dengan tangan yang terlipat diperut.
"Mianhae, aku janji tidak akan melewatkan waktu makan lagi." jawabku dengan sedikit aegyo.
setelah melihat tingkah lakuku seperti itu, Chezi pergi meninggalkan kamar, mungkin tidak tahan dengan aegyoku yang cute ini. Aku sedikit tersenyum melihatnya.
Chezi, Dia adalah teman kamarku. Kami hanya beda dua tahun, dia lebih tua dariku.
Sikapnya yang peduli membuatku sudah menganggapnya seperti saudara..
.
.0
7:00 pm. Aku melihat jam yang menempel di dinding. Aku pun berinisiatif untuk keluar mengirup udara segar malam hari di taman yang tidak jauh dari gedung agensi.
Saat aku berjalan melihat sekitar taman aku mendapati seseorang yang duduk dikursi yang tidak jauh denganku. namun aku sepertinya mengenali dari postur pundaknya, dia seperti salah satu idol. Karena rasa penasaran ini aku mengampirinya.
Omo! Daebak.. dia Park Jimin. Seketika mataku melebar karena terkejut. Aku baru ingat ternyata aku satu agensi dengan BTS, Ya Tuhan apakah ini mimpi?
"Hei, mengapa kau mematung seperti itu?" tanya nya dengan wajah heran.
"Ah, tidak. aku hanya sedikit terkejut bertemu denganmu.
eh, maaf bila bicaraku tidak formal. seharusnya aku memanggilmu oppa" ucapku sembari mengusap rambut belakang dengan sedikit malu."hah, kau terlihat grogi, pipimu terlihat merah" balasnya dengan tawa kecil.
"benarkah? maaf oppa kalau bicaraku tidak formal tadi."
"santai saja, aku juga sudah tau tentangmu. Kamu Shin Jia, yang sudah lolos ke 10 besar itu bukan?"
Sontak aku terkejut dan tidak percaya. aku pikir mereka tidak begitu memperdulikan audisi itu.
"Aku juga pernah mengalami seperti yang kau alami sekarang, berjuanglah" sambungnya dengan tatapan yang membuatku tidak sanggup menatapnya.
Kami mengobrol banyak hal. Aku baru tahu sosok Jimin yang sebenarnya. dia sangat humble,bahkan dia bertanya banyak hal padaku,cara bicaranya juga sangat lembut. Malam itu adalah malam yang paling bahagia sepanjang hidupku, aku tidak percaya bisa mengobrol langsung empat mata dengan idol terkenal.
Walaupun itu obrolan singkat, namun aku masih terngiang-ngiang saat tidur.
Mungkin akan sangat bahagia jika menjadi Kekasih Jimin. tapi itu hanya hayalan semata, karena Big Hit melarang artisnya untuk berpacaran demi popularitas mereka.
Kebanyakan pengemar mereka adalah wanita, mungkin saja bila salah satu dari mereka berpacaran akan membuat penggemarnya merasakan patah hati.
Aku juga terkadang kasihan pada artis lainnya, mereka tidak menjalani hidup bebas.
Karena memang benar menjadi seorang idol itu tidak mudah, belum lagi mereka harus menghadapi berbagai pro kontra dan serangan haters.
Tapi menjadi Idol adalah impianku sejak kecil, ntah mengapa aku sangat terobsesi.~ Bersambung ~
gimana ceritanya guys?dipart selanjutnya akan ada kejutan tentang Jimin loh.
aku bisanya segini dulu ya:)maaf juga ya kalau bahasa yang aku gunakan kurang tepat 🙍
KAMU SEDANG MEMBACA
Different
Teen FictionPerbedaan ini ternyata menyatukan kita. Shin Jia adalah namaku, diusia yang masih muda ini aku ingin menggapai mimpiku, yaitu menjadi seorang idol namun itu bertentang dengan keinginan ibuku, ia sangat ingin aku menjadi dokter. Aku ciri orang yang...