10. Precious

505 66 6
                                    

Karena setiap manusia punya alasan....
Alasan untuk bertahan, kemudian terus bertahan sampai menemukan waktu di mana sudah seharusnya untuk berhenti.

***

Varen

Ingatan gue selalu kembali ke masa di mana gue berjanji untuk nggak meninggalkan dia.

Dia yang nggak pernah bisa gue sayang namun selalu bisa membuat gue menjadi orang yang paling peduli.

Dia yang nggak pernah bisa membuat gue terlepas meskipun kita berdua sebenarnya sama-sama menginginkannya.

Karena setiap kali gue berusaha untuk menghentikan semuanya, maka di saat yang sama gue justru berlari untuk dia.

Untuk Pramitha.

Masih sangat jelas empat tahun yang lalu, saat pertama kali kita kenal kemudian menjadi dekat hanya karena dia membantu gue untuk menghindari Kakak senior yang sangat agresif ke gue dan saat itu gue yang notabennya masih seorang Maba sangat tidak menyukai dikejar-kejar seperti buronan.

Ya gue sadar klo gue itu ganteng tapi bukan berarti gue juga suka dikelilingi dengan para gadis, karena nggak semua cowok itu nyaman dengan hal itu, dan itu yang gue rasakan saat itu.

Karena bagi gue cewek itu tugasnya menunggu bukan mengejar, karena sudah sepantasnya cowok yang memiliki tugas untuk memulainya, sekalipun hanya sekedar berkenalan.

Dan saat itu cuma Mitha satu-satunya cewek super annoying dengan gaya tersantainya nyeletuk dengan mulut pedasnya ke cewek-cewek ganjen itu, sampai akhirnya mereka sendiri yang dengan sukarela menghilangkan diri dari pandangan gue. Entah apa yang dikatakan Mitha sampai Kakak senior nggak ada yang berani deketin gue lagi tapi seenggaknya yang membuat gue merasa bersyukur adalah gue terselamatkan karena Mitha, meskipun Mitha juga seorang Maba saat itu dia sudah disegani seisi kampus karena ternyata dia adalah salah satu anak pewaris tunggal dari seorang pengusaha terkenal yang belakangan baru gue ketahui setelah mengenalnya.

Enam bulan bersama Mitha kita masih berteman seperti biasa, sama seperti gue ke teman-teman gue lainnya.

Satu tahun terlewat kita semakin dekat, di mana ada gue, Mitha pun selalu ada.

Sampai di tahun berikutnya kita benar-benar dekat sampai semua orang mengira kita sedang menjalin hubungan hanya karena nggak ada satu hari pun yang kita lalui tanpa kebersamaan.

Namun di tahun kedua itu jugalah yang membuat gue membuat janji itu, janji yang sampai saat ini gue sendiri meragukan apakah saat itu gue dalam keadaan sadar ataukah hanya karena gue kasihan melihat dirinya yang ternyata berusaha untuk menyimpan luka itu sendirian tanpa ada satu orang pun yang bisa mengeluarkan dirinya dari kesakitan itu.

Pramitha...

Cewek yang hampir tiap hari gue antar jemput untuk ke kampus, cewek yang selalu gue ajak ke manapun gue pergi karena tahu dia butuh teman untuk menepis rasa sepinya ketika di rumah.

Tapi... ternyata satu setengah tahun gue dekat, sama sekali nggak membuat gue benar-benar mengenal Mitha.

Tepat sabtu malam setelah acara ulang tahun Ehan waktu itu gue mendapat telpon dari Bi Tati, asisten rumah tangga sekaligus yang menjaga Mitha selama ini. Malam itu jam satu malam gue berlari untuk dia dengan perasaan yang nggak bisa sama sekali gue definisikan karena hanya satu yang gue tahu ketika mendapat telpon kalau Mitha terluka parah, yaitu perasaan khawatir sekaligus rasa takut yang nggak bisa gue sepelekan.

CREATING LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang