Part 3

24 5 1
                                    

Tepat pukul 6:10 pagi Arsya telah sampai di sekolah, ia tidak langsung ke kelas melainkan berdiam diri di tempat favoritnya di mana lagi kalau bukan rooftop.Tatapannya kosong ke depan tapi beberapa menit kemudian bibir mungilnya terangkat membentuk senyum manis, ia teringat pada pekerjaan yang di tawarkan oleh Rendra pria baik yang di kiranya adalah pria hidung belang.

Arsya terkekeh mengingat senyum manis Rendra kemarin, senyum itu benar-benar manis siapa pun yang melihatnya seakan terhipnotis bahkan seorang Arsya pun bisa menyukai senyum itu

"Pria baik"-Gumamnya kecil

Ada apa ini kenapa senyum itu memabukkan, pikir Arsya memukul kepala nya lumayan keras.

"Aww"-lirihnya memegang kepalanya lalu terkekeh pelan

"Lo gila"-Skakmat, suara itu
Arsya memalingkan kepalanya ke arah sumber suara tersebut.Ia menatap datar orang tersebut, hanya beberapa menit tatapannya ia palingkan lalu menunduk

"Lo senyum?"-Arsya diam tak bersuara senyum manisnya tadi luntur, Samuel lah pria yang membuat senyum itu hilang
Samuel kini mendekat lalu duduk di sampingnya

"Lo kenapa?"

"Kacang njirr"

"Lo datang sepagi ini?"

"Tadi lo senyum ya?"-Tangan Samuel ingin menyentuh dagu Arsya tapi langsung di tepis kasar olehnya.Arsya berdiri lalu pergi meninggalkan Samuel yang termenung di tempatnya.

"Unik"-Samuel tersenyum

"Gue bakal cari tau tentang lu Sya"-Batinnya sembari dengan senyuman tipisnya

******

Arsya menjatuhkan bokongnya tepat pada bangku berukuran sedang miliknya.Ia menjadikan kedua tangannya sebagai bantal untuk ia tidur siang ini di kelas yang cukup senyap karena siswa lain telah keluar entah ke kantin atau ke tempat favorit mereka.Dengan sekejap matanya tertutup, ia tertidur dengan pulas.

Disisi lain Samuel kini tengah berjalan menuju kelasnya sembari membawa kentongan kresek yang entah ada isi apa di dalamnya, beberapa menit yang lalu saat bel dibunyikan ia segera keluar kelas tanpa mengganggu Arsya terlebih dahulu mungkin ini adalah alasannya.

Saat di depan pintu kelas Samuel tersenyum menatap Arsya yang sedang tertidur dengan wajah yang terlihat polos.Ia menduduki bangkunya lalu menangkup pipinya dan memperhatikan setiap lekuk wajah gadis di hadapannya, pahatan di wajah Arsya cukup sempurna hidung mancung kecil, pipi berisi bak bakpao, alis tipis, serta bibir pink yang cukup mungil.Rambut yang menutupi wajah Arsya segera Samuel singkirkan menggunakan jari dengan hati-hati.

"Nghhhhh"-Gumam Arsya tetapi masih dalam keadaan tak sadar

"Gemas anjir"-Batin Samuel

Samuel membelai pipi Arsya dengan jarinya, senyum yang ada di bibir Samuel seakan tak pernah hilang disana.

Samuel dikagetkan dengan tepisan pelan tangan Arsya yang tiba-tiba bangun dari tidurnya.Arsya berdiri seakan ingin beranjak dari tempatnya tapi dengan cepat tangan Arsya di cekal oleh Samuel.

"Mau kemana?"

"Lo ganggu"-Jawaban Arsya cukup padat singkat dan jelas

Samuel menarik Arsya hingga kembali terduduk dibangkunya lalu ia mengambil sesuatu dari dalam laci.

"Maaf"
Samuel membuka bungkusan roti lalu memberinya pada Arsya
"Makan dulu"

"Gak laper"

"Lo gak menghar-"

"Pinter"-Samuel mengusap kepala Arsya, sedangkan Arsya mengunyah rotinya

"Makasih el"

"Yap sama-sama es"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARSYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang