Nina berjalan menuju Kelasnya dengan langkah yang cepat.
"Pagi Na"
Nina pun segera menoleh ke samping mencari sumber suara yang sangat tak asing baginya.
"Eh, kok lo tumben datang sekolah sepagi ini. Biasanya 5 menit sebelum bel masuk lo baru dateng". Ucap Nina sambil mengejek pria yang ada di hadapan nya itu yang bernama Rizki.
"Yah lo Nin gini-gini gue juga bisa insaf kali. Kan yang dulu itu Khilaf".
"Khilaf kok sadar sama perbuatan"sindir Nina yang membuat Rizki memanyunkan bibirnya.
Nina tak dapat menahan tawa nya saat melihat ekspresi lucu dari sahabat tersebut. Rizki dan Nina memang bersahabat dari kecil. Rizki lebih tua setahun dari Nina, Rizki menginjak kelas XII sedangkan Nina kelas XI.
Rizki berjalan sambil merangkul sahabat nya tersebut. "Udah ketawa nya?"Tanya nya di sertai senyum tipis yang membuat jantung Nina berdegup kencang.
"U-udahh"
Melihat ekspresi Nina yang imut Rizki mengacak-acak rambut Nina dengan gemas.
"Lo mau kemana?"
Tanya Nina ketika ia berdua melewati kelas XII IPA 3, ya kelasnya Rizki.
"Gue mau ngantar lo supaya selamat sampai tujuan".
"Yaelah lo pikir gue anak kecil".
Mereka sudah tiba di depan kelas XI IPA 1. Rizki menatap wajah cantik Nina sebentar, ia sangat menyayangi gadis di depannya tersebut.
"Gue cinta sama lo Nin, tapi gue gak mau ngerusak persahabatan kita gue dan gue gak mau lo menjauh dari gue hanya karena ke egoisan perasaan gue. Gue akan menjaga batasan itu Nin sampai suatu saat nanti waktu yang pas gue bakal datang di hadapan kedua orang tua lo tapi bukan sebagai teman tapi jadi calon imam lo".
"Woy kok bengong, lagi mikirin gue ya?"
Pertanyaan Nina berhasil membangunkan Rizki dari lamunan nya. Bagaimana tidak suara cempreng itu begitu melengking ketika ia sedang berbicara nyaring.
"Iihh apaan sih geer banget, lo masuk gih gue mau ke kelas". Setelah mengucapkan kalimat tersebut ia langsung berlalu tanpa menunggu jawaban Nina.
"Kenapa tuh anak?jangan-jangan gue bener kali ya?"Nina terkekeh geli melihat ekspresi dari wajah Rizki seperti anak kecil sedang tercyduk mandi di kali oleh ibunya.
Mood yang baik untuk pagi ini pikirnya dengan seulah senyum terukir di bibir tipisnya. Nina duduk di kursinya lalu mengambil sesuatu yang ada di dalamnya.
"Nah ketemu!"ucapnya girang lalu keluar lah cermin kecil dari tas nya itu. Kebiasaan nya setiap pagi di sekolah adalah ngaca, siapa tau ada belek yang nyangkut di ujung matanya. Sambil terus berkaca ia melihat mata yang memperhatikannya dari arah belakang. Nina berbalik penasaran dengan orang tersebut yang selalu memperhatikannya.
"Lo kenapa sih liatin gue mulu?"tanya Nina yang mulai risih oleh tatapan gadis itu. Gadis yang bernama Sisi itu langsung menunduk ketika di tanya oleh Nina.
Nina menghembus nafas kasar sedikit muak dengan Sisi yang selalu memperhatikannya ia sedikit heran kenapa Sisi tidak mengatakannya secara langsung jika ingin mengatakan sesuatu tanpa perlu memberi tatapan yang membuatnya risih seperti itu. Sebenarnya Nina tidak pemilih dalam berteman hanya saja Sisi yang tidak pandai bergaul, ia sangat pendiam dan lebih nyaman dengan kesendirian.
"Hanya kamu yang bisa"..
Chapter 3 nya gimana kak. Lama gak post soalnya pada sibuk dan kemarin gak ada mood buat bikin cerita😁. Tapi sekarang mood udah mulai baik kok bantu Vote nya kak tolong jangan jadi Siders yah😣
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Kosong
HorrorPernah kah kamu penasaran dengan rumah kosong?. Rumah kosong menjadi misteri bagi sekelompok anak pemberani. Akan kah Nina dan teman-temannya dapat menguak misteri dari rumah kosong tersebut?dan siapakah yang akan bertahan dipermainan hidup dan mati...