Chapter 5

23 6 0
                                    

Nina p.o.v

Na.. na.. na.. na

Suaranya terdengar jelas di telingaku, suara senandung yang merdu namun berhasil membuat bulu kuduk ku merinding. Anehnya kenapa hanya aku yang mendengarnya atau mereka sengaja menghiraukan suara itu.

Lo denger kaya ada suara orang nyanyi gak Cha".

Tak ada sahutan dari Chaca satu patah katapun yang membuat ku merasa jengkel.

"Cha gue tanya lo denger gak sih?". Ku ulang pertanyaan ku namun masih sama Chaca tak bergeming. Dengan kesal ku balikan badan ku untuk melihat apa yang sedang dilakukan Chaca.

Aaaarrgghhhhhh.....

Ketika aku berbalik aku melihat Chaca sedang memegang garpu dan langsung menusuk mataku dengan garpu tersebut. Nyeri yang luar biasa ku rasakan di mataku cairan kental darah dan bola mataku mengalir di pipi.

Tak kuasa aku menahan sakit teriakan erangan kesakitan keluar dari bibirku begitu kerasnya. Tubuh ku melemah dan langsung tumbang kelantai aku tak mampu melihat selain merasakan jatuhnya aku di lantai dengan keras, aku bersyukur sakit ini mulai mereda dan aku tak sadarkan diri.

******

Back of story

Nina membuka matanya dilihatnya sekililing hanya ada ruangan berwarna putih. Nina duduk seperti orang linglung, terdengar bunyi langkah mendekat kearah ruangan itu.

"Lo udah bangun Nin?". Terlihat Chaca dan Rizki masuk secara bersamaan dengan membawa minuman dingin.

"Gue dimana?"

"Lo ada di ruang uks, lo udah bikin jantung kita semua pengen copot gara-gara......". Mulut chaca dibekap langsung oleh Rizki. "Nin kita berdua izin keluar bentar ya"ucap Rizki kemudian menyeret Chaca keluar dari ruang uks.

Nina menatap kedua sahabatnya bingung. Kepala nya masih pening mengingat apa yang terjadi belakangan ini. Seketika badan Nina mendadak kaku dan bergetar.

"Ma-mataku". Dengan gemetar Nina berusaha bangkit menuju cermin. Ia memberanikan diri menuju cermin besar di ujung ranjang uks.

"Aneh apa yang terjadi, aku masih bisa melihat dan tadi benar benar seperti nyata, rasa sakit itu benar benar aku rasakan".

"Hahahahahaaa punyaku". Nina terkesiap saat melihat anak kecil berlari menembusnya, ia berlari menjauh. Di tatap nya anak lelaki itu wajahnya begitu pucat tanpa memiliki pupil mata, semuanya hanya putih.

Anak kecil itu menyadari bahwa ia sedang di perhatikan. Ia mulai berjalan mendekati Nina.

"Apakah kakak dapat melihatku?"

"Menjauh jangan mendekat".

"Menjauh ku bilang". Nina mulai menangis ketakutan.

"Pergi .... jangan mendekat".

"Kenapa aku harus menjauh, aku hanya ingin bermain denganmu". Suara lirih itu keluar dari bibirnya. Nina kembali menatap anak lelaki itu, raut wajahnya berubah sedih matanya berubah sangat indah pupilnya berwarna biru cerah.

"Aku hanya ingin bermain. Hiks..hikss" anak kecil itu menangis selayak nya anak kecil biasa saat kehilangan mainannya. Ia duduk dan langsung menutupi wajahnya dengan kedua tangannya membuat Nina menjadi Iba tapi mau bagaimana pun anak kecil itu tetap hantu.

"Adikk.." panggil Nina namun tak ada sahutan anak kecil itu semakin kencang.

"Hikss..hikss..hikss.. aku hanya ingin bermain". Ucapnya di sela-sela tangisan kencangnya.

"Adik kamu telah menakutiku, aku tidak tau harus bagaimana tapi tolonglah berhenti menangis seperti ini?". Ucap Nina memberanikan diri mendekati anak kecil tersebut.

Anak kecil itu mengangkat wajahnya menghadap kearah Nina, wajahnya sangat imut yang membuat Nina tak lagi merasa takut. Tak ada lagi mata tanpa pupil mata, hanya saja wajahnya masih pucat namun tidak menutupi wajah lucunya.

"Kakak cantik".

Anak kecil itu memuji kecantikan Nina, Nina hanya bisa tersenyum tipis. Begini kah rasanya di puji oleh hantu pikirnya.

Tiba-tiba terdengar bunyi pintu di buka membuat Nina dan Anak kecil itu menoleh ke arah pintu.

"Eh Nin ngapain lo di pojok situ lagi mojok sama nyamuk?

"Ini anak kecil ini lagi nangis"

"Anak kecil apaan?sedeng nih orang".

"Ini di depan gue". Chaca mendekat tubuhnya pun menegang. "Lo jangan ngada-ngada deh Nin gue merinding nih".

"Cuma kakak yang bisa lihat aku?".

"Kenapa hanya aku, kenapa mereka gak bisa lihat kamu?"tanya Nina kepada anak kecil itu. Chaca membalikan badannya yang entah kenapa langkah jadi berat.

"Nin gue kebelakang bentar"ucapnya sebelum melewati pintu.

Deg..

"Astagfirullah lo kak bikin gue kaget aja". Kedatangan Rizki secara mendadak berhasil membuat Chaca terkejut setengah mati di tambah jantungnya yang berdegup kencang karena melihat Nina yang agak kurang waras.

"Kenapa lo?" Tanya Rizki yang dibalas tanda miring dikepala oleh Chaca.

"Nin ini gue bawain makanan?".

"Makasih".

Rizki langsung memeluk Nina "Lo gak kenapa-kenapa kan Nin?"ucap Rizki yang semakin mempererat dekapannya. Nina berusaha melepaskan pelukan Rizki karena susah bernafas.

"Emangnya gue kenapa?"tanya Nina bingung dengan sikap Rizki yang begitu mengkhawatirkannya.

"Jawab Ki"gesak Nina. Rizki meneguk saliva nya untuk bercerita.

"Lo tadi...."

Tet.. tet.. tet

Bel berbunyi tanda pelajaran hari ini telah selesai.

"Nanti gue cerita, ayo kita kekelas buat ambil tas lo nanti gue anter lo pulang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rumah KosongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang