Lisa

31 3 0
                                    

Cuaca hujan menjadi suasana awal di semester baru murid SMA Taruna. Lantai yang basah membuat mereka harus berhati-hati ketika melewatinya. Tak terkecuali seorang siswi berbadan mungil yang tengah melewati koridor kelas sebelas. Ia berjalan dengan pelan takut jika tiba-tiba ia jatuh.

Hari ini adalah hari pertamanya menginjakkan kaki ke sekolah baru. Sekolah lamanya terpaksa ia tinggalkan karena terdapat sesuatu yang ingin ia lupakan.

Ia berharap teman-teman baru nya dapat menerimanya dengan baik. Sesekali ia melemparkan senyum ramah kepada siswa-siswi yang dilewatinya. Dengan penuh percaya diri, ia melangkahkan kaki ke kelas X IPS 5. Kelasnya masih sepi, baru beberapa anak saja yang sudah duduk manis di kursi.

Bangku yang terletak dipojok menjadi incaran Lisa untuk mendudukinya. Mendengarkan musik melalu earphone adalah pilihan yang tepat untuk mengisi waktu luangnya sebelum pelajaran pertama benar-benar dimulai. Pada menit ke lima belas setelah ia memasang earphone ke telinga, seorang laki-laki yang berperawakan tinggi dan sawo matang mendatanginya. Kepala yang semula telungkup diatas meja terpaksa ia dongakkan untuk menyambutnya.

"Lo siapa? Itu bangku gue, gue mau duduk. Lo mending pindah sekarang." Dengan seenaknya ia menarik bahu Lisa bermaksud mengusirnya.

Lisa menepis tangan yang ada di bahunya dengan rasa kesal kemudian melemparkan tatapan tajam. "Gue manusia, kenapa? Harus banget pakai cara kasar buat ngusir gue?"

Anan menaruh tangan kanannya dimeja lantas menatap sengit Lisa, "Kok sewot? Lo enggak tau ini kursi siapa?"

Lisa menatap Anan kesal, hari pertamanya tidak sesuai ekspetasi yang ia bayangkan dengan munculnya sosok laki-laki yang tidak jelas ini. "Yang jelas ini kursi milik sekolah. Kalau lo ngaku ini punya lo, emangnya kursi ini lo bawa dari rumah?"

Anan merasa jengah berdebat dengan spesies manusia seperti Lisa. Ia bahkan tidak tahu apalagi kenal dengan seorang cewek yang sekarang ada dihadapannya. Mungkin dia anak baru yang belum tahu Anan yang sejatinya. Yang ia inginkan sekarang, duduk diatas bangku yang sudah satu semester ini ia duduki.
"Intinya gue mau lo pindah dari tempat duduk gue. Sekarang!"

"Gue akan pindah kok. Lagian, siapa juga yang mau duduk yang mejanya banyak bekas iler."

Lisa mengambil tas yang sudah ia taruh di kursi, kemudian ia berjalan ke arah salah seorang siswi yang daritadi melihat aksi debatnya dengan cowok yang menurutnya sinting.

Lisa baru sadar, aksinya tersebut sudah dilihat anak-anak kelas. Mereka hanya melihat tanpa berniat melerai debat itu. Mungkin mereka berpikir tidak ada gunanya mencampuri urusan orang lain.
Lisa menampilkan seulas garis lengkung di bibirnya. "Hai, gue boleh tanya nggak? Bangku yang masih kosong dimana?"

"Setau gue meja yang di depan Anan masih kosong."

"Anan? Anaknya yang mana? " Lisa tampak melihat sekeliling kelasnya sambil sesekali melihat name tag masing-masing anak.

"Yang tadi debat sama lo. "

"Oh jadi yang tadi resek itu namanya Anan." Setelah mengatakan itu, seorang guru berbadan ramping dengan seragam rapi datang ke kelas mereka. Tatapannya tajam ditambah dengan polesan make up yang tegas. Image killer pun terpikir dibenak Lisa setelah melihatnya. Semua murid cepat-cepat duduk di kursinya masing-masing.

"Selamat pagi semua." Sapa guru tersebut.

"Pagi, bu." Balas anak-anak X IPS 5.

"Hari ini adalah hari pertama kalian bersekolah setelah libur satu tahun. Gimana rasanya? Seneng nggak? Pasti seneng dong, dan juga pasti kalian sangat semangat kan untuk belajar hari ini? " Guru itu dengan semangatnya berkata demikian. Tapi anak-anak yang mendengar itu merasa bosan. Masih awalan saja sudah begini, lalu apa jadinya lima bulan kedepan?

ANLIDISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang