1

444 37 7
                                    

"June, kau tidak apa-apa ?"

Pria bernama June itu menoleh ke arah ajhuma penjual teopokki dekat rumahnya. Sambil tersenyum, iya menjawab kalau dirinya kini hanya terjebak masalah kecil. Ajhumma itu mengangguk mengerti, namun matanya masih tidak bisa berhenti menatap cara berjalan June yang kakinya terseret seperti sedang membawa sesuatu seberat 100 kilogram. Dan hati kecilnya tidak bisa membiarkan anak SMA kelas 2 itu berjalan seperti itu sendirian.

"Hei kau, bantu dia berjalan coba. Aku kasihan melihatnya,"

Ajhumma itu menunjuk salah satu pelanggannya yang lebih muda dari June untuk memapah June. Pemuda itu menoleh ke arah June sekilas, lalu menggelengkan kepalanya sungkan. Ukuran tubuhnya jauh lebih kecil dari June, ia tidak yakin akan sanggup membantu manusia sebesar itu.

...

June berhenti melangkah begitu sampai di depan rumahnya. Ia menunggu sebentar, dan seorang wanita berambut panjang yang acak-acakan dengan sebuah tali yang terikat di lehernya datang pada June. Wanita itu menarik paksa sesuatu yang ada di kaki June. Hingga akhirnya terlepas.

June bernafas lega, akhirnya ia bisa masuk ke rumahnya dengan normal. "Gumawo," katanya pada hantu wanita yang kini tengah menahan berontakan dari hantu seorang pria yang sudah berusaha menahan kaki June.

"Kau pulang terlambat nak," sapa seorang lelaki yang sedang membaca koran di ruang tengah saat June bari saja masuk.

"Hmm.. ada kerja kelompok di rumah Jinhwan hyung,"

"Makan dulu, eomma sudah masak,"

June mengangguk menyanggupi. Namun sebelum itu, sepertinya ia butuh mengistirahatkan kakinya sejenak yang masih saja terasa sakit. Padahal cuma di tahan oleh hantu asing yang tidak ia kenal disepanjang perjalanan, namun sukses membuat kakinya membiru seperti saat ia terkilir ketika bermain bola.

Ia duduk sebentar di ranjangnya, dan wanita dengan tali di lehernya datang lagi ke dalam, bersama dengan hantu yang tadi menahan kaki June.

"Kalau kau memaksaku seperti itu, aku malah tidak mau membantumu," June akhirnya buka suara setelah bungkam selama perjalanan menuju rumahnya.

"Itu karna kau tidak meresponku sama sekali !"

June dengan sadisnya menatap roh itu lalu melemparkan bantal kesana, "kau tidak akan bertanggung jawab kalau orang-orang bilang aku ini tidak waras karna bica sendiri, ish dasar bodoh !"

Hantu itu menutupi dirinya dengan tangannya untuk menepis bantal dari lemparan June, namun percuma. Bantalnya tetap menembus tubuhnya yang penuh dengan darah.

Hantu itu berlutut, menatap June dengan mata sedihnya, tangannya bertaut memohon pada June, "kumohon, bantu aku ! Aku ingin pergi dengan tenang,"

June menghela nafas sembari mengambil sebuah obat anti memar dari kotak p3k miliknya. Dengan santai ia mengoleskan itu pada kakinya, kemudiam duduk lagi di singasananya.

"Apa ?"

"Tolong beritau adikku soal kematianku, aku ingin di kremasi, dibuatkan lagu, di beri bunga setiap tanggal ulang tahunku. Ah dia harus merapikan kamarku, kamarku pasti berantakan. Oh lalu sampaikan padanya kalau dia juga bisa makan dengan baik karena sudah ada warung makan baru dekat apartemennya."

June otomatis melempar salep yang ia genggam ke hantu itu, "mau sampai kapan menyusahkanku seperti itu, aish jinjja !" Hardiknya kesal "dasar tidak tau diri, mampus saja sana kau!"

Hantu wanita yang gemas itupun juga ikut menoyor kepala hantu Junior yang ada di sebelahnya ini. Wanita bahkan tidak pernah dibantu June, karna Juna tau membantunya itu hanyalah sebuah ke-sia-sian. Dan si hantu anak baru ini, yang akan di bantu malah dengan tidak tau dirinya meminta banyak dari June. Kesal ? Tentu saja.

Help MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang