Seokjin melangkah pelan ke tempat yang diam-diam sering ia kunjungi.
Tempat ia bisa bicara dan meminta maaf pada wanita yang sudah terbaring tenang di alam sana, dimana Seokjin bisa bebas meluapkan rasa bersalah nya.
Seokjin terus mendekati makam jisoo, kaki panjang nya berhenti ketika netra nya menangkap sosok pria tidak asing bagi nya tengah berdiri di makam jisoo dengan kepala tertunduk.
Dia-- Kim Jongin
"Jongin?"
Pria itu mendongakan kepala, matanya melebar begitu tatapan mereka bertemu. Perlahan akhirnya pria itu bangun dan membawa diri nya berhadapan dengan Seokjin,
"Apa kabar, Kim Seokjin?"
****
Setelah pertemuan yang mengejutkan itu, mereka berdua memutuskan untuk berbicara di cafe kecil yang letaknya tidak jauh dari area pemakaman.
"Aku tidak tahu kau sudah kembali ke korea" ujar Jongin setelah cukup lama mereka berdiam diri.
Seokjin mengurai senyum tipis diantara gerakan memainkan sendok di atas potongan cheese cake miliknya tanpa minat.
"Aku sudah berniat memberitahu mu, tapi..." Seokjin menjeda ucapannya, "kurasa aku sedang menunggu waktu yang tepat" lanjut Seokjin.
Jongin memandangi Seokjin, "Apa kau membenci ku?"
Seokjin menggeleng. Didorong nya piring berisi potongan cheese cake yang sama sekali belum tersentuh.
"Tidak ada alasan untuk membencimu, Jongin-ah,"
Jongin tersenyum getir, "Tentu saja kau punya alasan untuk membenciku" Jongin menarik napas dalam, "peristiwa tiga tahun yang lalu adalah kesalahan ku. Seandainya aku tidak memaksamu menyetujui taruhan bodoh itu, mungkin hidup kita tidak akan seperti ini"
Seokjin menelan air liur, tenggorokan nya serasa terkancing, "Ini kesalahan kita berdua, jadi berhenti menyalahkan dirimu sendiri, sebab aku sama bersalahnya dengan mu"
Jongin tertunduk, lantas menekuri black coffe nya dengan tatapan kosong.
"Aku tidak menyangka bertemu dengan mu dimakam Kim Jisso" ujar Seokjin.
Jongin mengangkat wajah dan tertawa kecil, "Aku yang lebih tidak menyangka bisa bertemu dengan mu disana" Jongin menyesap black coffie nya, "Apa kau sering kesana?"
"Hampir setiap hari"jawab Seokjin, "dan kau?"
"Setiap bulan aku menyempatkan diri mengunjunginya"
Setelah itu suasana kembali canggung. Mereka sibuk berkutat dengan pikiran masing-masing, sampai suara Jongin membuyarkan lamunan Seokjin.
"Kau sudah bertemu Kim Namjoon?" tanya Jongin hati-hati.
Seokjin melipat kedua belah bibirnya, menimbang-nimbang apakah ia harus menceritakan tentang pertemuan nya dengan Namjoon.
"Sudah, kami bertemu sekali" akhirnya Seokjin memutuskan untuk jujur.
Jongin menaikan alisnya, "Apa kau mengatakan__"
"Tidak" potong Seokjin, "Aku...aku tidak berani mengatakan nya, Jongin-ah"
Jongin mengangguk maklum.
"Aku pun sudah beberapa kali bertemu dengan nya, tapi sama seperti mu, aku juga tidak punya keberanian untuk mengatakan siapa sebenarnya diriku" aku Jongin sembari tersenyum kecut.
"Kita berdua benar-benar berdosa besar padanya"gumam Seokjin, lebih ditujukan kepada dirinya sendiri.
Jongin mengangguk, "Malam sebelum aku pertama kali bertemu dengan Kim Namjoon aku sungguh gugup. Ketika akhirnya kami bertemu, aku ingin sekali langsung mengakui semua kesalahan ku, agar aku bisa sedikit lega" Jongin memulai cerita nya pelan,
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Me
FanfictionMereka tidak hiks mau bermain dengan ku, hiks mereka bilang hiks Taetae tidak punya hiks eomma" seorang bocah berumur lima tahun mengadu disela sengguk lirih yang membuat bahu nya bergetar naik turun. Sang Appa yang menjadi tempat mengadu berusaha s...