"Akhirnya kelar juga kultum gue" Davira merebahkan diri diatas kasur kamarnya setelah seharian ini latihan lomba dalam acara bazar besok.
Kepala Davira rasanya ingin meledak mempelajari materi kultum yang lumayan banyak dan hanya diberi waktu satu hari. Bayangkan saja, satu hari. Memikirkannya saja sudah membuat kepala Davira terasa sakit. Ia ingin menyegarkan tubuh dan pikirannya dengan mandi. Mungkin dengan begitu tubuh dan pikirannya kembali fresh.
🍃🍃🍃
Davira mengusap rambutnya dengan handuk sambil berjalan menuju rak berisi novel novel kesukaannya, ia mengambil salah satu novel yang barusaja ia beli kemarin.
Davira menyiapkan cappucino dan beberapa makanan ringan. Hal yang harus ada ketika davira sedang bersantai. Setelah semua sudah tersedia, Davira mulai membaca novel dengan penuh perasaan.
"Haduh bego banget ni cewek, polosnya naudzubillah" omel Davira pada salah satu adegan yang ia baca di dalam novel. Ia meminum cappucinonya tanpa mengalihkan pandangannya dari novel.
Dddrrrtt dddrrrttt ddrrrtt
Seperti ada telepati, Davira bangkit dan mencari ponselnya.
"Duh mana lagi ponsel gue, ngilang mulu keg doi"Davira mencari di bawah bantal, ketemu. Ia melihat ada sebuah chat masuk. Dari Nadine.
Nadine
Jangan lupa besok berangkat jam 6.Davira memutar bola matanya malas, ia pikir dari doi ternyata malah dari Nadine. Ia hanya membaca chat itu dan kembali melanjutkan membaca novel yang tertunda.
🍃🍃🍃
"Hhooamm. Berisik" Davira mematikan alarm dan ponselnya yang berbunyi secara bersamaan sedari tadi. Matanya terbuka perlahan. Kontan ia membulatkan mata secara sempurna ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi.
"Mati gue" Davira segera bergegas ke kamar mandi dan bersiap siap untuk pergi ke sekolah.
Setelah dirasa sudah siap untuk pergi kesekolah, Davira segera pergi kesekolah.
Davira mengecek ponselnya ketika berada di angkutan umum menuju sekolahnya. Ada banyak chat dan panggilan tak terjawab yang memenuhi ponselnya pagi ini. Kebanyakan Isinya adalah menanyakan dimana keberadaan dirinya sekarang.
Davira mengelap peluh yang membasahi dahinya. Pagi ini ia seperti berlari berpuluh puluh putaran. Ini semua memang murni salahnya. Ia membaca novel hingga larut malam.
Ponselnya berdering, Nadine meneleponnya. Ia segera mengangkat panggilan itu dan menempelkannya di telinga."Vira lo kemana aja sih? Dari tadi gue chat ga dibales, gue telpon, ga diangkat. Lo dimana sekarang? Buruan deh, Ini sudah jam berapa? Jangan bilang lo telat. Kan gue udah ingetin lo semalam. Gimana sih" belum sempat Davira membuka suara, Nadine sudah melemparkannya dengan pertanyaan bertubi tubi.
"Maaf. Iya ini gue lagi dijalan. Bentar lagi juga nyampe".
"Oke gue tunggu disini. Lo jangan kelamaan. Bentar lagi acaranya mau dibuka"
"Siap bos" telepon diputuskan secara sepihak.
Davira melihat jam dipergelangan tangannya, pukul 7.15. Ia menghela napas berat, ia berharap semoga ia sampai disekolahn tepat waktu.
"Minggir pak" Davira berteriak kepada sopir angkot ketika berada di depan sekolahnya. Ia memberikan uang lima ribuan pada karnet dan segera berlari menuju gerbang sekolah.
"Nadine!" Davira melambaikan tangan pada Nadine yang sedang menunggu di depan gerbang sekolah.
"Akhirnya lo datang juga, buruan lo baris" Nadine berkata ketika Davira sudah berada di sampingnya dan menarik tangan Davira menuju barisan peserta lomba.
Suasana SMA Bhakti hari ini cukup ramai dan meriah karena banyak dari sekolah-sekolah lain yang berpartisipasi dalam lomba bazar kewirausahaan. Banyak tamu terhormat datang dalam acara ini, baik itu camat, polisi, lurah dan RT ikut hadir.
Davira memperhatikan instruksi dari panitia tentang peraturan dalam lomba, setelah selasai ia segera mengambil
nomor urut dan ia mendapat nomor delapan.
Sambil menunggu gilirannya untuk tampil, Davira membeli minuman segar yang dijual dalam bazar kewirausahaan ini. Pagi ini dia sudah menguras tenaga yang cukup banyak.
Davira memperhatikan peserta lain yang sedang berbicara dengan panitia, seseorang yang memakai baju koko berwarna merah, sarung berwarna navy serta peci yang menutupi kepalanya. Terlihat sangat Tampan. Sepertinya ia mengenal seseorang itu, tapi siapa. Otaknya berpikir keras mengingat siapa seseorang itu. Sampai akhirnya ia tersadar bahwa sessorang itu adalah Reynand. Orang yang ditemuinya beberapa hari lalu. Reynand Gavriella.
Davira terus memandangi Reynand, tersihir dengan penampilannya saat ini. Seolah Reynand adalah pusat tata surya dan Davira adalah planet yang mengelilinginya. Sampai saat bola mata Reynand bertemu dengan bola mata miliknya. Davira mengalihkan pandangan ke arah lain, tidak sanggup ditatap seperti itu.
"Peserta nomor 7" panitia memberi instruksi agar peserta lain
untuk tampil.Davira melihat Reynand menaiki panggung, diikuti dengan senyuman diwajahnya yang membuat hati Davira meleleh.
Reynand mulai berceramah dengan ekspresif, mirip seperti Da'i yang berada di televisi. Sungguh, Davira tidak tahan melihatnya. Sudah ganteng, pintar, sholeh, hafidz qur'an, Nikmat Tuhan mana yang kau dustakan? Rasanya, ingin sekali Davira membawa Reynand pulang kerumahnya dan mengikatnya di dalam kamar.
Sampai Reynad selesai berceramah dan nomornya dipanggil, Davira tetap dalam pikirannya.
"Ra, lo dah di panggil tuh, bengong aja. Semangat ya" Nadine memukul bahu Davira, menyadarkannya dan mengangkat tangannya, memberikan semangat untuk Davira.
"Eh, iya" Davira memperhatikan sekeliling, ia melihat Reynad melihat kearahnya, Davira merutuk dalam hati dan tersenyum canggung. Ia melangkah maju menuju ke atas panggung dan mulai berceramah.
Semua orang bertepuk tangan saat Davira barusaja selesai berceramah, ia tersenyum dan melihat Reynand juga tersenyum kearahnya. Ia menjadi salah tingkah dan segera turun ke panggung.
"Wah gila lo hebat banget tadi kultumnya, enggak sia sia kan lo temenan sama gue" Nadine memeluk Davira bahagia.
"Masa si gue hebat, padahal kan biasa aja"
Nadine melepaskan pelukannya, "Iya lo tuh hebat banget"
"Reynand ngeliatin gue enggak tadi?" Tanya Davira tiba tiba.
"Gatau gue. Emang gue dukun. Kenapa nanya gitu? Jangan bilang lo suka sama Reynand" picik Nadine curiga.
"Hehehe iya, keg nya aku sudah mulai suka deh sama Reynand" Davira mengatakan dengan ragu ragu.
"Seriusan lo?" Ucap Nadine tidak percaya.
"Tapi lo jangan bilang bilang ya, soalnya gue enggak mau orang lain tau" Davira memohon.
"Oke deh" Nadine mengangguk setuju.
Davira mulai memikirkan julukan atau panggilan kesayangan yang cocok untuk Reynand agar orang lain tidak tahu kalau dia menyukai Reynand. Ia melihat Reynand kesekian kali dan tersenyum merekah. Sepertinya ia mendapatkan 1 nama yang cocok.
Calon imam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Calon Imamku
Teen Fiction"Pokoknya dia calon imam gue. Ga ada yang boleh jatuh cinta sama dia selain gue" Davira Arabella, cewek yang selalu mengalami nasib buruk dalam hal percintaan. Di php-in, HTS, Friendzone, cinta bertepuk sebelah tangan, gebetan di sukain sama sahabat...