Jika seseorang bertanya kepada Wonwoo kapan dia mulai membenci Mingyu, dia akan mengatakan itu dimulai saat Mingyu mulai membencinya terlebih dulu, dan Mingyu akan mengungkit lagi kerja kelompok yang terpaksa mereka lakukan bersama di tahun pertama mereka.
Saat itu Wonwoo belum mengenal Mingyu tetapi Mingyu sudah mengenalnya. "Kamu adalah teman Soonyoung, Jeon Wonwoo," kata Mingyu, sambil duduk di kursi di sebelah Wonwoo setelah terlambat masuk ke kelas dan dengan sengaja melihat daftar nama teman sebangku yang ditempelkan di papan tulis.
Itu bahkan bukan pertanyaan, jadi Wonwoo tidak repot-repot memberi Mingyu jawaban. Dia menarik buku catatannya dari tasnya, dan berkata, "Dan kamu?"
"Aku Mingyu," kata Mingyu, menjulurkan tangannya. "Aku teman sebangkumu."
"Oke," jawab Wonwoo dengan singkat. Kelasnya dimulai jam 9 pagi dan dia tadi menjatuhkan semangkuk saladnya ke trotoar saat di perjalanan, salad dengan tambahan kinoa yang telah dia bayar dengan tambahan harga sebanyak 1100 won, dan kemudian hujan mulai turun dan dia bahkan tidak punya payung.
Jadi, dia duduk di sini dengan sebotol air yang penuh coretan dan perut keroncongan, dan terdapat orang yang sangat berisik dan menjengkelkan dan besar yang berusaha untuk terlibat dalam obrolan ringan dengannya ketika dia berusaha untuk mendengarkan dosen mereka yang menerangkan tentang mikroorganisme. Dia tidak tahu apa yang mendorongnya untuk mengambil mata pelajaran biologi Level I sementara dia adalah mahasiswa sastra, dan dia tidak akan pernah mengerti kenapa semua tipe teman Soonyoung itu selalu berisik dan menyebalkan, tetapi intinya adalah: kesan pertama Mingyu padanya bukanlah kesan yang baik.
Bukk. Buku The Odyssey mendarat di atas catatan kuliah Wonwoo. Wonwoo mendongak, tidak terkejut melihat Mingyu berdiri menjulang di depannya untuk kedua kalinya dalam seminggu ini. "Apakah kamu tersesat, Mingyu?" dia mengejeknya, "Aku bahkan tidak yakin apakah kamu tahu letak perpustakaan ini." Itu ejekan ringan, dan mereka berdua tahu itu. Mingyu mungkin terlihat seperti orang nakal, tetapi IPKnya lebih tinggi dari IPK Wonwoo; sebuah fakta yang diingat Wonwoo pada setiap kemerosotan nilainya di pertengahan semester. Kepahitan bisa menjadi motivasinya.
Alis Mingyu mengerut. Kulitnya terlihat tidak seperti biasanya, dia terlihat seperti telah menghabiskan waktu berjam-jam di sudut perpustakaan yang berdebu yang tidak terjangkau oleh sinar matahari. Wonwoo sudah mengenali tampilannya. Itu bukanlah yang pertama kalinya dalam minggu ini, dia ingin meminta maaf atau bertanya kepada Mingyu apakah dia baik-baik saja, atau memberitahunya bahwa karpet yang ada di bawah meja layanan, meskipun sedikit berdebu, merupakan tempat yang nyaman untuk tidur siang, dan mungkin dia ingin meringkuk di kaki Wonwoo? Tapi Wonwoo tidak pernah mengatakan hal-hal seperti itu sebelumnya, jadi kenapa sekarang dia harus mengatakannya? Dia meletakkan tangannya di atas buku The Odyssey, ibu jarinya menyapu ujung panah yang dilukis di sampulnya, dan dengan tenang bertanya, "Apakah kamu ingin aku memindai buku ini untukmu?"
"Aku tidak ingin meminjamnya," kata Mingyu, "Aku hanya menginginkan alasan untuk berbicara denganmu." Wonwoo pikir Mingyu akan melanjutkannya dengan mengatakan ha ha, karena aku tidak akan terjebak dalam pembicaraan yang mematikan denganmu, tapi Mingyu tidak mengatakannya, dan jantung Wonwoo di dalam dadanya terasa berhenti.
"Oh, baiklah. Apakah kamu ingin tidur" Wonwoo menghentikan ucapannya ketika Mingyu berjalan ke sisi Wonwoo, merangkak di bawah meja.
Dia terlalu besar — lututnya tertekuk dengan erat dan lehernya juga ditekuk agar dia tidak membenturkan kepalanya — tetapi cara dia tersenyum ke arah Wonwoo dan berkata, "Yujin noona mengatakan padaku bahwa tidur di bawah sini terasa nyaman," membuat Wonwoo menghentikan dirinya sendiri saat akan menyuruh Mingyu keluar.
"Ada apa?" Wonwoo bertanya. Dia menyandarkan dahinya di lengannya yang dia tempatkan di tepian meja. Di malam yang sudah larut seperti ini, tidak ada orang yang meminjam buku, dan dia pikir perhatiannya dapat dia berikan pada seberapa lama Mingyu ingin berbicara dengannya.
"Aku hanya—" Mingyu memulainya. Kepalanya terbentur bagian bawah meja karena terburu-buru menjawab pertanyaan Wonwoo. "Aku ingin tahu ... kenapa kamu tidak menyukaiku, hyung?"
Wonwoo menghembuskan napas panjang. "Itu pertanyaan yang membutuhkan banyak jawaban. Kamu ingin aku membuatkanmu daftarnya?"
"Tentu," kata Mingyu, telapak tangannya menangkup wajahnya.
"Lalu bagaimana denganmu," gumam Wonwoo. "Kenapa kamu tidak menyukaiku?"
"Aku juga bisa membuatkanmu daftar," kata Mingyu, lalu tersenyum. "Soonyoung hyung memberitahuku bahwa aku harus 'mencapai inti setiap permasalahan', dan kupikir ini adalah cara terbaik untuk melakukannya!"
"Kenapa kamu meminta nasihat kepada Soonyoung?"
Mingyu berhenti. "Oh, tidak ada alasan," jawabnya. Nada suaranya terlalu terang, terlalu terang untuk diarahkan pada Wonwoo.
Wonwoo ingin mengatakan pada Mingyu agar tidak berbohong, tetapi dia melihat rasa lelah di kelopak matanya, dan dia tidak ingin berdebat ketika mereka berdua sangat lelah. Sehingga dia hanya mengatakan, "Oooookay. Kamu bisa keluar sekarang, gumpalan raksasa," Dia mengatakan kalimat yang terakhir sambil menendang tulang kering Mingyu.
"Tapi" Mingyu mencoba membantah. Ucapannya terhenti karena dia sedang menguap.
"Aku akan selesai pukul sepuluh. Temui aku di luar?
"Baiklah, hyung," Mingyu menyetujuinya. Berusaha berdiri, salah satu tangannya menopang tubuhnya dengan memegang lutut Wonwoo. "Makanan Thailand untuk makan malam?"
Original Story by idolrapper
https://archiveofourown.org/works/7979119

KAMU SEDANG MEMBACA
If Cupid's Got A Gun - Meanie
Fanfiction"Kim Mingyu," Wonwoo starts. He scripted this. "I hate everything about you. You infuriate me every single goddamn day. You get on my nerves like no one else. In another universe, I bet we could've been best friends, but you had to be the biggest as...