Hujan hari itu enggan berhenti, seakan-akan sedang merasakan pedih di hati. Suasana canggung setelah seharian beradu argumen membuat waktu terasa berjalan lambat. Tak satupun dari mereka membuka pembicaraan.
Mobil berhenti di depan sebuah rumah. Hujan sudah mulai mereda, namun diluar masih gelap gulita.
"jadi... kita gimana?" gadis yang sedari tadi menatap keluar jendela pun mulai buka suara.
"gimana apa nya?" lelaki di sebelahnya membalas dengan santai.
"Matt, aku nanti malem pergi ke Bandung, dan respon kamu kaya gini?"
"terus? aku harus nangis mohon-mohon sama kamu untuk gak pergi?" nada bicara yang mulai meninggi membuat suasana mobil terasa panas.
"aku disini mau cari jalan keluar, bukan mau terus-terusan kaya gini."
"mungkin emang jalannya kaya gini Zee, aku dan kamu harus pisah karna kita punya impian kita sendiri." gadis itu tak bergeming.
"jadi... kamu mau kita pisah? segampang itu? setelah semua yang udah kita lalui, kamu mau pisah?"
"aku gak tau apa aku bisa ngejalanin ini semua. Kamu di Bandung, aku di Semarang, apa itu mudah?"
"Matt, apa rasa sayang aku ke kamu gak cukup untuk buktiin kalo kita pasti bisa jalanin ini semua?"
"Zee... maaf" Matt menggenggam tangan Zee lembut. Ia memaksa mata kecil Zee yang sudah di penuhi air mata untuk terus menatapnya.
"aku yakin, kamu pasti dapet yang lebih baik disana." Matt mencium kening Zee lembut.
Gadis itu menggit bibirnya, menahan sakit yang menggebu di dalam dada.
"makasih untuk satu tahun ini, maaf Zee gak bisa bahagiain Matt." Zee membuka pintu, dan berjalan lemas menuju gerbang rumahnya.
Tak ada lambaian lagi. Hanya suara gerbang yang di dorong menutup. Hujan sudah membasahi separuh tubuhnya, untuk apa mencari tempat berteduh?
"non ada apa non? kok basah gini? ya ampun bentar bibi ambilin dulu kaen eh anduk maksudnya." bi Mun lari menuju kamar mandi, dan kembali dengan handuk kering di tangannya.
"ini non, keringin dulu badannya terus mandi ya non,"
"iyaa bi," Zee berjalan menuju kamarnya di lantai dua.
Setelah ia masuk kamar, pintu pun di kunci. Ia terduduk lemas, bersandar ke pintu kamar. Tangisannya pecah seketika, semua barang di dekatnya pun di lempar.
"non?? kenapa non?? buka pintunya.. ini bibi." bi Mun terus menggedor pintu kamar Zee.
"pergi bi!! Zee mau sendiri!!" akhirnya kesunyian pun datang, menemani malam itu, dan malam-malam selanjutnya.
........................................................................
19.47 WIB.
"Zee.. sayang, bangun nak. Kita berangkat jam 8 yaa.." Mama mengetuk pintu kamar perlahan.
"iyaa ma.." Zee langsung beranjak dari kasur untuk mandi.
Setelah mandi dan berpakaian rapih, ia berdiri menatapi rak buku yang tiap tingkatannya di penuhi foto, surat, dan hadiah dari Matt. Ia bimbang, apa barang-barang ini akan di bawa ke Bandung? atau di tinggalkan begitu saja? atau bahkan di bakar?
"Zee, udah beres semuanya?" Mama berdiri di pintu dengan tangan penuh tentengan.
"ma.. menurut Mama, ini semua Zee bawa atau buang?"
"kok di buang? emang kenapa sama Matt?"
"putus ma, tadi sore."
"terserah kamu, mau di buang atau di kenang?" Mama berjalan keluar kamar dengan senyum meledek di wajahnya.
"iiihh Mama apaan siihh..!!" muka Zee nampak memerah.
Zee memutuskan untuk menyimpan itu semua. Jaga-jaga siapa tau mereka balikan...
"heiii, udah siap??" Papa menyambut Zee dengan senyuman hangat.
"semangat dong!! Bandung pasti seru deh, ntar kamu dapet temen baru, guru baru, pacar bar.."
"aahh Papaa udah ah jangan aneh-aneh," ia memotong kata-kata Papa, lalu berjalan menuju mobil.
Sebelum Papa tancap gas, Zee turun dari mobil dan memandangi rumahnya sejenak. Rumah penuh kenangan, yang menemani hidupnya selama 16 tahun.
"Zee.. yuk keburu malem nak," Mama merangkul bahu, lalu menggiringnya masuk ke mobil.
Zee memasang earphone di kedua telinga. Mendengarkan lagu favoritnya dan Matt, 'I like me better' dari Lauv. Sambil terus menatapi rumahnya yang semakin lama semakin jauh.
Zee sudah kehilangan dua hal favoritnya. Rumah dan Matt. Mungkin, Bandung tidak seburuk yang ia kira. Mungkin Bandung bisa mengembalikan hal-hal yang sekarang hilang. Mungkin, Bandung bisa mengembalikan Matt ke pelukannya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadows
Teen FictionKadang, lingkungan baru tidak membuat mu lupa akan masa lalu. Zee merasa bahwa pergi jauh akan membuatnya melupakan Matt, yang selama ini ia cinta. Namun, itu semua hanya menambah masalah di kehidupan Zee...