Satu

11 1 0
                                    


1;

Naura, gadis cantik berdarah asli indonesia ini berjalan menuju sekolah barunya. Katanya sekolah favorit dijakarta. Tapi, lihatlah! Sudah jam 7:10 mengapa sekolah sesepi ini? Dimana murid-murid disiplin disekolah ini!  Dasar cacat,

"Sepi banget kata mama sekolah favorit muridnya gak ada yang bener udah jam 7:12 gak ada tanda-tanda kehidupan.  Dasar cacat!" Maki Naura menendang botol kosong yang berada didepannya. Hey! Lihatlah sekolah ini saja terlalu buruk untuk dikatakan bersih.

"Sudah terlambat,  masih sempat memaki?"

Naura terkejut jelas saja; suara lelaki datang dari belakangnya. Lantas ia berbalik menatap sang pembicara.

"Gue, terlambat? Yang benar aja!"Sangar-nya mendongak untuk dapat melihat sang pembicara. Badannya bongsor layaknya gendoruwo. Oh,-okee Naura! Ini masih pagi tidak sempat untuk memikirkan hantu-hantu itu.

"Disekolah ini jam masuk adalah jam 7 pas,  kalau kamu tidak tau."

Sebentar. 7 pas? Benarkah? 

"Terus? Se-semua orang dimana? "

Lelaki tersebut smirk lalu menunjuk salah satu ruangan yang bertuliskan "Aula".

Sial, kenapa suara mereka tak terdengar hingga keluar. Maksudnya mengapa tidak ada satupun orang disekitar sini bahkan suara sedikitpun.

"Teri----"

Lelaki bertubuh bongsor itu tidak lagi dihadapan Naura. Melaju melawati Naura yang terbengong ditempat.

"--Ma kasih."

🍓🍓🍓

Memasuki aula,  Naura menjadi sorotan oleh semua orang yang memandangnya.  Salahnya? Oke, banyak.
Ia terlambat 30 menit. Masuk tanpa mengetuk pintu.

"Terlambat,hm?" Kata salah satu orang yang memakai jas yang bertuliskan "Ketua osis."

"Ha? Saya? Ohh, iya kak.  Gak sengaja. "Si bodoh Naura ini menatap nanar ke arah sepatunya. Bukan sepatunya yang tampak menyedihkan. Pemiliknya! Ditatap seaula yang isi manusianya sangat banyak.

"Baiklah, hari pertama saya maafkan. Duduk dan jangan berisik."

Namanya Revaldo, ketua osis tadi. Pantas saja ruangan ini tidak berisik. Entah apa yang ditunggu.

"Nama gue Dira." belum sempat duduk Naura menatap orang disebelahnya.

"Ha?  Apa? Oooh,  Naura." Lihat,  otaknya perlu berpikir dua kali untuk melihat orang disebelahnya sebelum menerima uluran tangan dari orang disampingnya.

"Kenapa diam?" Naura berbisik pada teman barunya.  Ah, ralat kenalan barunya.

"Oh itu, lagi nunggu Daren."

"Siapa?"

"Kak Daren,  katanya sih anggota band disekolah ini. Terus gue denger dari tadi cewek-cewek disini ganteng-ganteng galak gitu."Kata  Dira menjelaskan. Dira juga tak tahu mengapa semuanya sangat menunggu si Daren-Daren itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 12, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nada. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang